Bonchap

3.5K 291 14
                                    

Hinata melirik ke arah jam dinding kamarnya sekali lagi. Sudah nyaris lewat tengah malam, suaminya akan segera tiba di rumah. Pria itu pergi ke Manchester tujuh hari yang lalu untuk memantau perkembangan pembangunan project besarnya di sana.

Wanita bersurai indigo itu masih berdiri di depan crib bayinya, mengayunnya dengan lembut agar bayinya semakin terlelap ke alam mimpi.

Sedangkan Bolt sudah terlelap di kamarnya sejak pukul delapan malam tadi.

Benar saja, lima menit setelah itu Hinata mendengar suara mobil di pekarangan depan kediamannya.

Hinata bergegas menyelimuti kembali bayinya dan menutup kelambu putih yang mengelilingi crib.

Kemudian wanita itu bergegas pergi ke balkon kamarnya dan mendapati suaminya melangkah turun dari taksi membawa sebuah koper besar berwarna hitam.

Naruto menoleh ke balkon atas dan mendapati istrinya ada di lantai dua. Dia melempar senyum lembut ke arah wanita itu dan bergegas masuk ke dalam rumah agar dapat segera memeluk wanitanya yang sudah seminggu tak dia temui tersebut.

Hinata melangkah masuk kembali ke kamar, sekilas merapikan penampilan di depan kaca meja rias sebelum suaminya tiba di lantai dua. Tentu saja dirinya selalu begitu kala menyambut suaminya pulang setelah perjalanan bisnis.

Saat pintu kamar terbuka, Hinata sudah ada di depan pintu.

"Hey." Naruto meletakan tasnya di sofa lalu memeluk istrinya erat-erat. Wanita itu terlihat seolah sudah menunggu.

Hinata memeluk bahu pria itu sama eratnya "bagaimana pekerjaanmu di sana?"

"Sangat melelahkan." Naruto menghela napas berat seraya melepaskan pelukan itu.

Hinata mengusap punggung suaminya dengan lembut "semangatlah, sebentar lagi akan selesai kan?"

"Benar." Naruto membelai surai indigo istrinya yang terurai indah di pinggulnya. "Saat project itu selesai, kau harus memberiku hadiah."

"Hadiah apa yang kau inginkan?" Hinata kini menatap mata biru suaminya, dia tentu saja akan memberikan sebuah apresiasi atas kerja keras pria itu selama ini.

"Ayo pergi berlibur, berdua saja." Naruto berbisik di telinga istrinya.

Hinata memukul pelan bahu suaminya "bukankah Hima masih terlalu kecil?"

"Kau pikir aku akan minta bayi lagi huh?" Naruto tertawa.

"Terakhir kali kita ke Manchester bersama, kita punya Himawari." Hinata tidak akan lupa soal bagaimana mereka bisa memiliki anak ke dua sepulangnya dari perjalanan bisnis selama musim dingin itu.

Naruto meraih dagu istrinya dan mengecup bibir ranum wanita itu secara singkat. "Tiap musim dingin kau harus lebih waspada, aku biasanya sangat bersemangat saat musim dingin tiba."

Hinata meremang kala mendengar ucapan pria itu karena itu adalah sebuah fakta yang dirinya sendiri selalu jadi korbannya.

...

Naruto mengecup pipi gembil putrinya yang baru saja terjaga di pagi hari "kau sudah bangun?"

Bayi perempuan itu menendangkan kakinya ke udara kala mendapati ayahnya yang mendekapnya pagi ini.

"Kau sangat merindukan Ayah huh?" Dia memeluk anak itu ke dekapannya dan menimangnya dengan lembut.

Bayi itu terus menggeliat seolah sangat bersemangat.

SanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang