"Jangan menangis atau berbuat nakal ya." Minato kemudian mengecup kedua pipi gembil cucunya.
"Nanti Bolt akan dijemput?" Boruto mengangguk patuh sambil bertanya.
"Iya, nanti kakek dan nenek akan menjemput Bolt jam empat sore, tidak lebih dan tidak kurang." Minato kemudian membuka pintu mobil dan membawa anak itu turun.
Kushina membawa tas ransel cucunya beserta sebuah kotak kue yang cukup besar.
Bolt meraih semua barang miliknya yang dipegang nenek dan memakai ranselnya secara benar. Hari ini kakek dan nenek memiliki urusan yang sangat penting di tempat orang dewasa jadi dirinya tidak bisa ikut dan akan dititipkan di rumah kakek kemarin yang katanya adalah ayahnya Ibu.
"Jika sesuatu hal menyeramkan terjadi, tekan tombol hijau ini." Minato menunjuk sebuah tombol pada ponsel kecil yang tergantung di leher Bolt. "Ketuk pintu rumahnya ya dan tetaplah berlaku sopan." Dia terus mewanti cucunya untuk berhati-hati.
Kushina rasanya enggan melihat cucunya pergi ke rumah itu. Namun dia percaya pada rencana suaminya.
Boruto kemudian memeluk neneknya "sampai bertemu nanti sore."
Kushina hanya menatap anak itu dengan raut khawatir, berat sekali untuk melepaskan pelukannya namun anak laki-laki bersurai pirang itu melangkah riang menuju rumah mewah dekat dermaga.
Kushina menghela napas berat sambil mengamati punggung mungil cucunya. "apa kau yakin ini akan baik-baik saja?"
Minato membawa istrinya kembali masuk ke dalam mobil. "Anggap ini belas kasihku pada Hiashi, karena setelah ini kupastikan dia tidak akan dapat menemui Bolt atau Hinata lagi."
Kushina hanya takut kalau sesuatu terjadi pada cucunya. Meski mereka akan menunggu di area ini sampai nanti sore tiba dan memastikan cucu mereka baik-baik saja di rumah cottage milik Hiashi.
"Naruto akan sangat marah kalau tahu hal ini." Kushina berujar serius.
"Jangan katakan apapun padanya." Minato lalu bersandar di kursi mobil mewahnya dan menoleh ke arah rumah itu dan mendapati cucunya sudah berada di sana sedang susah payah mengetuk pintu.
...
Boruto berdiri di depan rumah bercat putih dan abu itu sambil mengetuk pintu.
Tubuhnya terlalu pendek untuk bisa menekan bel rumah jadi dirinya hanya mengetuk.
Tak sampai dua menit pintu bercat putih itu akhirnya dibuka dan seorang pria tua dengan surai yang mulai memutih membuka pintu.
"Permisi, oji-sama." Boruto membungkukan tubuhnya dengan sopan.
Hiashi sangat terkejut saat mendapati anak bersurai pirang itu ada di depan rumahnya pagi-pagi seperti ini. Dia menoleh ke kanan dan kiri, tak menemukan siapapun di area itu. "Di mana kakekmu?"
Boruto memberikan kotak kue yang dia bawa pada kakek di hadapannya karena tangannya tidak sanggup lagi membawanya, kue itu sangat berat untuk dibawa.
Hiashi meraih kotak yang dibawa anak itu dengan kening menyerenyit. "Bagaimana bisa kau ada di sini?"
"Kakek dan nenek sedang ada urusan, Bolt katanya dititipkan di sini sampai jam empat sore nanti." Anak itu menjelaskan dengan napas yang agak terengah karena lelah membawa kotak kue besar tadi.
Hiashi meraih secarik kertas yang tertempel di atas kotak kue itu dan mendapati sebuah pesan yang sangat tidak sopan yakni pemaksaan untuk merawat anak ini sampai sore tiba.
Pria baya itu kemudian menatap lekat anak kecil di hadapannya dengan tatapan yang cukup tajam, mencari maksud lain dari semua ini karena dia tidak bodoh dan dia tahu benar bahwa ini hanya rencana gila Minato. "Pulanglah kepada kakek dan nenekmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.