Hinata pulang dari rumah sakit tepat lima hari setelah persalinan. Kondisinya cukup baik begitupula dengan bayinya yang sehat dan gemuk. Anak itu minum susu banyak sekali sampai Hinata cukup kualahan.
Naruto sedang berdiri di tengah kamar sambil menimang bayinya yang nyaris terlelap.
Malam ini istrinya harus beristirahat karena selama di rumah sakit Hinata nampak sangat kelelahan, di tambah lagi ada beberapa anggota keluarga Uzumaki yang datang menjenguk membuat Hinata agak sulit beristirahat.
"Tidurlah sayang, aku akan menjaga Bolt sampai dia terlelap." Ujar Naruto pada istrinya.
Hinata sedang duduk di atas ranjang sambil bersandar. Dia tersenyum simpul menatap pria itu. "Terima kasih."
"Jangan berterima kasih, ini tugasku juga." Naruto mendekap bayinya dengan lembut sambil menepuk bokongnya agar dia lekas tertidur.
Wanita bersurai indigo itu lalu berbaring di atas ranjang dengan nyaman. Matanya masih menatap ke arah suaminya. Pria itu nampak sempurna dari sudut pandang ini.
Di tengah gelapnya kamar, pria itu sibuk menimang putranya yang nampak amat mungil di dekapan lengan kekarnya.
Tak pernah Hinata bayangkan kalau hal ini benar-benar terjadi di hidupnya. Naruto adalah cinta pertamanya, pria yang menemaninya menghabiskan masa remaja bersama, kini dirinya mrlihat pria itu menimang bayi mereka yang belum genap seminggu usianya.
...
Naruto meletakan tubuh bayinya di tengah ranjang tepat di samping Hinata saat bayi itu sudah memejamkan mata dan terpulas. Tentu saja Bolt harus dekat dengan ibunya agar mudah disusui nanti malam.
"Kau belum tidur?" Tanya Naruto setengah berbisik saat mendapati amethyst Hinata nampak bercahaya.
"Belum." Hinata melipat sedikit kain bayi yang membungkus tubuh putranya agar tidak terlalu ketat.
Naruto membaringkan tubuhnya di ranjang, di samping bayi mungil itu dan mengapitnya di tengah. "Tidurlah dan istirahat Hinata, sebelum Bolt lapar dan terjaga lagi."
Hinata tersenyum tipis dan meraih lengan Naruto. "Naruto."
Naruto mengusap kepala Hinata dengan lembut "ada apa?"
"Aku tidak pernah berpikir kalau kita akan berakhir begini." Hinata sejak dulu sangat jatuh cinta pada pria itu namun dulu dirinya tak pernah berani membuka diri dan takut mengatakannya.
"Rencana Tuhan memang luar biasa kan?" Naruto menatap wajah bayi mereka yang nampak lelap tertidur.
Hinata setuju dengan ucapan Naruto barusan.
Naruto mengusap bahu Hinata dengan lembut "apa saat ini kau sudah berubah pikiran, Hinata?"
Hinata tahu yang Naruto maksud adalah soal pulang ke Jepang. Dulu mereka pernah bertengkar soal ini. "Aku tidak ingin bohong di hadapanmu."
"Katakanlah sejujurnya yang kau rasakan dan inginkan saat ini." Naruto ingin berpikir dan berdiskusi dengan kepala dingin bersama Hinata agar kedepannya tak ada lagi pertengkaran.
"Aku bahagia sekali ada di sini bersamamu, Boruto, Ayah dan Ibu. Hinata dulu selalu berdoa agar keluarganya bisa seperti keluarga utuh pada umumnya, namun Tuhan telah menjawab doa itu dengan cara yang tak pernah dirinya bayangkan sebelumnya.
"Aku ingin di sini, aku ingin bersamamu." Hinata akui setelah dia melahirkan dan dia dapati Naruto beserta keluarganya benar-benar menyambut kelahiran putranya, dirinya merasa keputusannya sudah benar untuk ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.