24

2.4K 317 13
                                    

4 Years Later

.
.

Naruto melangkah masuk ke rumah bergaya Eropa klasik dua lantai yang berlokasi di salah satu area town house di sudut kota London.

Pria itu mengerutkan kening kala mendapati sebuah tenda kain berwarna putih tulang berdiri di ruang tengah kediamannya. Pagi tadi saat berangkat ke kantor itu belum ada di sana.

"Aku pulang, Hinata." Naruto menghampiri istrinya yang tengah menata meja untuk makan malam. Tentu saja wanita itu selalu ada di sana di sore menjelang malam seperti ini.

Hinata menyambut suaminya dengan sebuah ciuman di pipi seperti biasanya.

"Di mana Bolt?" Naruto bertanya lembut. Dia lalu meletakan jas dan tas kerjanya di salah satu kursi meja makan.

"Sedang bersembunyi." Hinata tersenyum simpul.

"Kutebak, tenda di ruang tengah itu tempat persembunyiannya." Naruto menatap istrinya dengan sebelah alis terangkat, dia penasaran soal kejanggalan benda baru di ruang tengah kediamannya. "Siapa yang membuatnya?"

"Ayah tadi membawa Bolt ke toko peralatan camping dan pulang membawa itu. Mereka memasangnya bersama." Hinata memberitahu suaminya apa yang terjadi saat pria itu ada di kantor. Sebetulnya itu tenda luar ruangan tapi karena usia Bolt baru empat tahun, kakeknya tidak mengijinkan dia berkemah di luar rumah.

"Astaga, Ayah sepertinya sangat menikmati masa pensiunnya." Naruto tertawa. Dia tentu saja sangat senang melihat orangtuanya bahagia, menemani cucu, dan bersantai. Bukankah semua orang memimpikan masa tua seperti itu?

"Tentu saja." Hinata mengangguk. "Oh ya, nanti Ayah dan Ibu akan makan malam di sini."

"Baiklah, aku akan mandi nanti saja selepas makan malam." Naruto lalu melipat lengan kemejanya dan mencuci tangan di dapur sebelum menghampiri putranya.

"Tolong bawa Bolt kemari, makan malamnya sudah hampir siap." Hinata kembali menyusun sendok dan garpu di atas meja.

"Baiklah." Naruto kembali ke ruang tengah untuk menghampiri anak itu di persembunyiannya.

...

Suara kekehan anak laki-laki terdengar samar-samar bersamaan dengan suara remahan makanan dari dalam tenda. Itu tenda kain yang terpasang dengan kokoh, sepertinya memang dibuat khusus untuk anak-anak karena ukurannya cukup kecil.

"Permisi tuan pendaki gunung, boleh Ayah bergabung?" Naruto menunduk di depan tenda itu dan menyingkap sedikit pintunya. Dia mendapati putranya duduk memunggungi pintu tenda sambil memeluk mangkuk yang isinya sereal tanpa susu dan sepotong roti keju.

Boruto menoleh cepat sambil terkekeh "Ayah, menemukanku." Padahal dirinya sudah bersembunyi sejak tadi sambil menunggu ayahnya pulang bekerja, dia tak menyadari kalau tempat persembunyiannya itu sangat memikat mata.

Naruto tertawa pelan sambil memasukan separuh tubuhnya ke dalam tenda itu, sedangkan kakinya tentu saja tetap di luar. "Tendanya bagus sekali, Bolt memasangnya?"

"Aku hanya membantu, Kakek yang memasangnya." Bolt berujar senang.

"Apa Ayah boleh bergabung?" Naruto menarik tubuh anak itu ke dekapannya, untuk mengecup pipi gembilnya yang bulat dan memerah.

Anak itu berpikir sejenak sambil masih memeluk mangkuk camilannya. "Ayah tidak muat." Dia tahu ayahnya memiliki tubuh yang sangat tinggi, kakinya panjang, dan badannya besar, tidak akan bisa bergabung di sini.

SanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang