Omake

2.7K 308 19
                                    

Boruto duduk di atas karpet di ruang kerja ayahnya di rumah. Hari ini ayahnya sedang sangat sibuk, membereskan berbagai arsip dan barang yang sudah tak terpakai. Rencananya barang-barang itu akan dibawa ke tempat pembuangan besok pagi dan Boruto hari ini menawarkan dirinya untuk membantu sang ayah.

Naruto membawa sebuah kardus besar berisi file dan arsip pekerjaan yang sudah tidak digunakan kemudian meletakannya di samping pintu. "Bolt."

Boruto yang tengah sibuk melipat kertas menjadi sebuah pesawat terbang langsung menoleh. "iya?"

"Bantu Ayah, buka brankas di bawah meja, tekan angka-angka ini pada tombol di pintunya." Naruto memberikan secarik kertas pada putranya, dia tahu anak itu sudah mulai bosan menemaninya di sini. Ya, daripada disebut membantu, anak itu lebih cocok disebut menemani saja karena anak itu di sini karena sedang bosan akibat adik bayinya sedang tertidur di lantai dua.

Boruto meraih kertas itu dengan bersemangat, ini seperti permainan para detektif. "Baiklah."

"Keluarkan uang-uang di sana dan masukan ke dalam tas." Naruto memberikan sebuah tas hitam yang agak besar. Dirinya akan mengganti brankas lamanya dengan ukuran yang lebih besar. Sore ini brankas besi yang lebih besar itu akan diantar ke rumah jadi dirinya harus membereskan ruang kerjanya dan menata ulang barang-barang.

Ruang ini adalah ruangan tempatnya paling sering menghabiskan waktu selain kamar tidur tentu saja. Dia tak membiarkan pelayan membereskan ruangan ini sebab banyak hal penting dan berkas project jangka panjang yang dia simpan di sini. Selain untuk membersihkan debu dan mengepel lantai, pelayan tidak akan datang kemari, maka dia hari ini membereskan semuanya sendiri.

Lagipula sejak putrinya lahir enam bulan lalu, bibi pelayan lebih sering dia minta untuk membantu Hinata melakukan berbagai hal sebab wanita itu sedikit kerepotan mengurus dua anak yang masih kecil, apalagi keduanya begitu aktif luar biasa.

Boruto nampak serius sekaligus bersemangat saat tombol kunci brankas kecil di bawah meja bisa terbuka setelah dia menekan beberapa angka.

Naruto menoleh dan tersenyum tipis saat mendengar suara brankas terbuka, putranya itu memang pintar.

Boruto lalu dengan bersemangat memindahkan tumpukan uang milik ayahnya ke dalam tas hitam yang tadi ayahnya berikan. Anak itu belum tahu benar soal uang, kalau tahu mungkin dia akan terkejut melihat tumpukan dollar di dalam brankas milik ayahnya.

Dan ya, kegiatan berberes itu nampak seperti penggeledahan markas mafia sekarang sebab Bolt menjatuhkan lembaran-lembaran uang itu di atas karpet.

...

Naruto mengusap keringat di keningnya kemudian menoleh ke arah putranya yang masih mengais isi brankasnya. "Sudah selesai?" Dia menghampiri anak itu dan menangkap tubuh gemuknya yang separuh masuk ke dalam brankas.

Boruto terkekeh sambil memegang erat sebuah harta karun yang dia temukan di antara tumpukan uang kertas di dalam brankas. "Ada harta karun."

Naruto mengangkat alisnya dengan agak terkejut saat mendapati anak itu menggenggam kotak kalung emas putih yang dia beli bertahun-tahun lalu tersebut. "Ah, itu milik Ibu."

"Tadi Bolt mengintip, itu sangat bersinar." Ucap anak itu sangat bersemangat.

Naruto meraih kotak kalung itu, akan dia berikan pada pemilik sesungguhnya malam ini. Sepertinya sudah saatnya Hinata tahu seberapa jatuh cintanya dia dulu.

...

"Kau suka brankas barumu?" Tanya Hinata pada suaminya yang tengah berbaring di atas pangkuannya dengan sebuah bantal mengalasi kepalanya.

SanityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang