Months Later
.
.Angin musim gugur berembus kencang menyapu kota London. Banyak orang berpakaian kasual berlalu lalang di area bandara.
Hujan di musim gugur selalu terasa menenangkan bagi Hinata. Dia suka suasana ini, udara yang tidak terlalu dingin dan juga tidak terlalu panas membuatnya merasa nyaman.
"Sepertinya kita datang terlalu cepat." Kushina menyesap kopi panasnya sambil mengalihkan pandangan dari dinding kaca lounge bandara.
Minato menatap arloji yang melingkar di lengan kirinya dan meletakan koran yang sejak tadi dia baca di atas meja. "Bersabarlah sebentar lagi pesawatnya landing."
Hinata terus mengusap perutnya dengan lembut, menunggu dengan sabar suaminya tiba di Inggris.
Ya, pria itu akhirnya akan pulang, setelah berbulan-bulan mereka tidak bertemu.
"Mungkin sebentar lagi." Hinata berujar lembut ke arah ibunya.
Kushina mengangguk "karena pesawatnya sedikit delay, dia jadi belum tiba. Mungkin sebentar lagi."
Tentu saja bukan hanya Hinata yang merindukan pria itu, tapi juga ayah dan ibunya karena Naruto sudah tak kembali ke Inggris selama dua tahun penuh.
Selain ayah dan ibunya, bayi dalam perut Hinata juga nampak sama tidak sabarnya karena sejak pagi dia terus menendang dengan semangat seolah tahu kalau ayahnya akan datang.
...
Naruto menunggu bagasinya keluar dengan tidak sabar, sepatu hitamnya terus mengetuk di lantai seolah sudah muak menunggu. Keterlambatan jadwal terbang sudah membuatnya lumayan naik pitam saat berangkat dan sekarang bagasinya tak kunjung keluar juga.
Entah memang semua petugas bandara bekerja lebih lambat dari biasanya atau Naruto memang sedang sangat-sangat tidak sabar.
Setelah melihat koper hitamnya, Naruto bergegas mengambilnya dan melangkah ke gate keluar dan mencari mereka yang sudah menunggunya.
Di salah satu kursi tunggu di sudut bandara Naruto melihat mereka, senyum simpul terpatri di bibir bersamaan embusan napas lega kala mendapati wanita itu baik-baik saja.
Kushina mengangkat alisnya saat mendapati Naruto melangkah ke arah mereka. "Itu dia."
Hinata menoleh saat mendengar ibu bicara sambil menunjuk ke salah satu sudut tempat itu.
Wanita itu bangkit berdiri dari kursi dan mendapati sosok yang ditunggunya selama ini akhirnya tiba juga.
Naruto melangkah cepat sambil menyeret kopernya dan mendapati mereka dengan lebih jelas. Namun matanya tak bisa lepas dari wanita itu.
Wanita yang berdiri di hadapannya dengan pakaian terusan berwarna cokelat di bawah lutut dengan coat yang nampak hangat membalut tubuhnya, dia cantik dan memang selalu begitu.
"Naruto." Hinata mendongak untuk menatap mata biru pria itu yang kini sudah ada di hadapannya.
Naruto membuka tangannya dan memberikan sebuah pelukan hangat tanpa bicara apa-apa pada wanita itu.
Kushina tersenyum penuh haru sambil mengusap punggung Naruto yang bergegas memeluk istrinya begitu dia tiba di sini.
Minato mengembuskan napas lega kala mendapati putranya akhirnya ada di sini. Dia lalu menepuk bahu tegap anak itu dengan pelan.
Naruto mendekap punggung Hinata dan menghirup aroma lavender yang sudah sangat dia rindukan. Pelukan itu masih terasa sama hangatnya, namun sesuatu menghalangi dirinya untuk memeluk lebih erat, yakni bayi yang tumbuh sehat di perut Hinata. "Aku merindukanmu." Bisik Naruto di telinga Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.