Boruto mengenakan floppy hat hitamnya lengkap dengan pakaian lembut yang terasa hangat. Musim semi sudah tiba namun udara dingin masih sedikit terasa.
"Bolt kenapa murung hm?" Kushina mengusap pipi gembil cucunya yang nampak menggemaskan meski dengan wajah cemberut.
"Ibu sudah sembuh atau belum?" Boruto sebetulnya sangat sedih karena tidak bisa menemui ibunya.
"Sebentar lagi Ibu akan sembuh." Minato tak ingin cucu kesayangannya murung begini.
"Ayah bilang perut Ibu sakit, memangnya kenapa?" Anak itu bertanya penasaran. Dia ingin tahu sebetulnya ibunya kenapa?
Anak itu belum tahu kalau sebentar lagi dia akan memiliki adik. Keadaan di Tokyo agak kacau maka Naruto dan Hinata masih menahan berita ini dari Boruto.
"Ibu banyak makan pedas, jadi perut Ibu sakit." Kushina mendapat pesan dari Naruto untuk sementara merahasiakan berita kehamilan itu dari Bolt.
Boruto membulatkan bibirnya. "Ibu tidak suka pedas, Ibu akan menangis kalau makan pedas." Dia ingat saat di London mereka pernah membuat ayam panggang pedas dan hanya Ayah yang bisa menghabiskannya.
"Iya, nanti kita beritahu Ibu agar tidak makan pedas lagi ya." Kushina mengusap punggung cucunya.
Boruto mengangguk "tapi kapan Bolt bisa bertemu Ibu dan Ayah lagi?" Dia ingin bertemu ayah dan ibunya segera.
"Setelah liburan sebentar bersama Kakek dan Nenek di Okinawa, Bolt bisa menemui Ayah dan Ibu." Minato kemudian meraih tubuh anak itu dan membawanya ke atas pangkuan.
Mereka sedang berada di dalam mobil, menuju bandara untuk berangkat ke Okinawa.
"Okinawa itu apa?" Boruto masih mencebikan bibirnya sambil bertanya.
"Okinawa itu tempat yang sangat indah, Ayah dan Ibu Bolt dulu bersekolah di sana." Minato menepuk punggung Bolt dengan lembut sambil mengajaknya bicara.
"Sekolah?" Bolt senang sekali kalau dengar kata itu sebab tahun depan dirinya akan masuk sekolah, Ibu bilang dirinya sudah mendaftar di taman kanak-kanak di London dan hanya tinggal menunggu waktunya tiba.
"Iya, Ayah dan Ibu Bolt bertemu di sekolah dulu. Mereka berteman baik." Kushina jadi ikut tersenyum melihat Bolt tidak cemberut lagi.
"Apa Okinawa jauh dari sini?" Boruto bertanya penasaran dengan mata penuh binar.
"Tidak terlalu jauh. Kita akan naik pesawat sebentar." Minato memberitahu anak itu.
Boruto mengangguk, dirinya jadi tidak sabar.
"Di sana kita akan memancing ikan dan menemui seseorang." Minato sepertinya harus beritahu Bolt agar anak itu tidak terkejut nanti saat dibawa menemui Hiashi.
"Menemui siapa?" Bolt selalu senang menemui orang baru meski dirinya harus mempersiapkan diri untuk mengucapkan salam seperti yang selalu Ibu ajarkan.
"Menemui Kakek Bolt yang satu lagi." Minato menatap mata biru cucunya dan bicara serius.
Anak itu nampak shock dengan mata melebar dan tarikan napas diikuti bibirnya yang membulat. "Kakek Bolt ada dua?"
Kushina mengiyakan pertanyaan itu.
...
"Bayinya bagaimana?" Hinata meraba perutnya begitu dia tersadar dari masa kritisnya karena yang dia ingat di saat terakhirnya membuka mata hanyalah rasa sakit.
"Bayinya baik-baik saja." Naruto membelai wajah cantik istrinya yang nampak begitu pucat.
Hinata sedikit merasa tenang sekarang karena yang terpenting baginya hanya bayinya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.