Naruto membuka pintu kamar dengan perlahan, ini tengah malam dia yakin Hinata dan Bolt sudah terlelap lebih dulu.
Hari ini banyak sekali pekerjaan yang dirinya lakukan mulai dari meeting rencana pembangunan hingga penyusunan tim yang akan menggarap proyek besar ini.
Saat melangkah masuk ke kamar dia mendapati istrinya benar sudah terlelap di atas ranjang, memeluk putra mereka yang nampak sama lelapnya.
Naruto enggan menginterupsi, biar mereka beristirahat dengan nyaman di sana. Hujan salju turun lebat di luar nyaris seperti badai jadi pria itu merapatkan seluruh pintu dan jendela serta menaikan suhu ruangan agar istri dan anaknya tidak kedinginan.
Setelah meletakan tas kerja dan coat beserta jasnya di atas sofa di sudut kamar, Naruto melangkah masuk ke kamar mandi. Mungkin dirinya butuh sedikit merilekskan ototnya sebelum tidur dan beristirahat.
...
Hinata tak mengetuk pintu seperti biasa dan melangkah masuk ke kamar mandi dengan langkah pelan.
Dia terjaga saat mendengar suara suaminya berdehem pelan dari kamar mandi dan dirinya terkejut saat mendapati bahwa ini pukul satu dini hari, dan suaminya baru kembali.
Naruto membuka kelopak matanya yang terasa lelah saat mendengar suara pintu kamar mandi terbuka dan dia dapati istrinya melangkah masuk dengan gaun tidur satin berwarna silky pink dibawah lutut yang nampak manis.
Hinata melangkah menapaki undakan jacuzzi dan menghampiri bibir kolam air hangat itu di mana suaminya berada "larut sekali kau kembali." Dia memeluk bahu pria itu, tak mengindahkan tubuhnya yang ikut sedikit kebasahan.
"Ada makan malam yang sangat penting sekaligus meeting besar dengan tim." Naruto melepaskan lengan istrinya, tak ingin wanita itu kebasahan meski ini air hangat. "Kembalilah ke ranjang, temani Bolt."
Hinata tak mengindahkan perintah itu "ingin kutemani saja?"
"Nyaris dini hari, tidurlah sayang." Naruto bukan ingin menolak tapi dia kasihan pada istrinya.
Hinata menatap mata pria itu dengan serius kemudian membelai wajahnya dengan lembut "tidak apa-apa."
Naruto perlahan meraih tengkuk wanita itu dan mengecup bibirnya dengan lembut "baiklah jika kau memkasa."
Hinata kemudian bangkit berdiri, turun dari jacuzzi dan menanggalkan gaun tidurnya, meletakannya di atas washtafel counter kemudian kembali menghanpiri suaminya.
Mata Naruto tak bisa lepas dari wanita itu, langkahnya yang ringan dan tubuhnya yang sintal selalu memikat mata. Sejak dulu hingga hari ini tidak pernah berubah, wanita itu selalu mampu membuat seluruh atensi hanya tertuju padanya.
Di detik Hinata ikut bergabung di dalam jacuzzi, Naruto menarik sudut bibirnya.
Hinata meminta pria itu duduk memunggunginya agar dirinya bisa memijat punggung pria itu. "Aku tidak selelah dirimu, jadi kapanpun kau butuh ditemani aku akan melakukannya."
Naruto ingin menggeram lega saat merasakan pijatan lembut di punggungnya. Benar-benar terasa melegakan. "Maksudmu aku tidak perlu ragu?"
"Boleh dibilang begitu." Hinata bukan tipikal wanita yang begitu mahir menggoda suaminya tapi dia akan lakukan apapun yang suaminya minta atau sukai asal membuat pria itu senang.
Keduanya begitu nyaman duduk di dalam kolam air hangat berukuran cukup besar tersebut.
Saat pijatan Hinata di punggungnya perlahan semakin menurun dan melembut, seolah ingin membuainya, Naruto menoleh. "hey.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanity
FanfictionEven though we shouted out countless times, without it ever reaching one another but whenever you ask me again, how I feel, please remember my answer is you.