003: ngelamar jadi kakak ipar

164K 11.2K 56
                                    


Happy reading!!

Yolan masih belum bisa menguasai dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yolan masih belum bisa menguasai dirinya. Penampilan Wira yang sangat mempesona di matanya dengan rambut cepak dan seragam tentara nya. Yolan baru tau kalo abang Amara seorang abdi negara juga.

"Yolan?"

Mendegar namanya dipanggil, barulah Yolan tersadar.

"Maaf bang. Bang Wira cari Amara?" Tanya Yolan cepat-cepat.

"Iya. Dia masih mandi?"

"Engga kok. Amara malah belum mandi. Dia ketiduran."

Wira nampak menimang-nimang.

"Kalo abang mau, Amara nya dibangun aja gapapa. Biar abis itu bisa mandi sekalian."

Wira langsung setuju dengan ucapan Yolan. "Saya boleh masuk?"

Yolan langsung mempersilakan. Menggeser badannya agar Wira bisa masuk.

Astaga. Saat lelaki itu lewat, wangi badannya menyeruak masuk ke lubang hidung Yolan. Yolan pun dibuat meleleh.

Yolan bahkan sampe menggigit bibirnya tanpa sadar. Udah kaya mba-mba mesum banget dia.

Yolan mengekori Wira yang berjalan menuju tempat tidur Amara. Di sana Wira menepuk pelan pundak adiknya itu.

"Dek?"

Suaranya adem banget.

Wira mempunyai suara yang berat dan tegas tapi lembut saat didengar oleh telinga. Bisa kebayang gak tuh.

"Dek, abang mau pamitan." Kata Wira lagi.

"Hm?" Akhirnya mata sebelah kiri Amara pelan-pelan terbuka dan menemukan bayangan abangnya yang rapih.

"Abang mau pergi?"

Wira mengangguk.

"Kok cepet banget katanya lagi libur." Keluh Amara kini dia sudah sadar sepenuhnya.

Amara sedikit tidak rela ditinggalkan abangnya. Baru beberapa menit mereka berkumpul sekeluarga. Namun sekarang harus berpisah lagi.

"Abang dapat urusan mendadak." Terang Wira merasa bersalah dengan Amara. Namun dia sendiri juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Yaudah." Amara duduk di kasur lalu merentangkan tangan ke arah Wira. Minta peluk.

Tanpa berkata-kata lagi Wira segera memeluk adiknya. "Abang usahain pulang secepatnya."

"Hm. Aku sebenernya gak percaya sama semua omongan abang, tapi bodohnya aku tetep nungguin abang pulang."

Wira tersenyum simpul. Yolan yang masih diam di tempatnya, memperhatikan interaksi adik-kakak itu dengan saksama.

Sama Amara aja bisa selembut itu, apalagi sama istrinya besok.

Amara melepaskan Wira. "Semangat tugasnya, abang!" Ucap Amara dengan ceria.

Sebelum pergi, Wira mengelus puncak kepala Amara lebih dulu. Lalu sempat melirik Yolan sekilas dan mengangguk kepalanya sekali, tanda pamit.

Yolan tidak bisa berkata lagi. Jantungnya berbedar tak karuan. Badannya ikut memutar, mengikuti arah perginya Wira. Lewat tatapan matanya terlihat dengan jelas sekali. Ada rasa tertarik yang begitu besar.

"Kedip woi. Abang gue itu." Tegur Amara membuat Yolan terjolak menoleh.

"Abang lo keren banget. Parah." Puji Yolan masih terkagum-kagum seraya duduk di samping Amara.

"Gue aja yang adiknya demen ngeliat dia. Wajar sih cewek lemah iman kaya lo pasti ngiler lah."

"Ish. Sialan lo."

Amara terkekeh geli.

"Mar, gue boleh jadi kakak ipar lo gak?" Tanya Yolan tiba-tiba. Memang kelewat jujur banget nih anak.

Amara cuma bisa tepuk jidat.

"Pikirin dulu skripsian lo, sidang, baru deh pengajuan jadi ibu persit."

"Anjir ah. Lo restuin gue nih secara gak langsung hah??" Yolan kesenangan sendiri. Padahal Amara engga bilang gitu deh.

"Gue gak mau ikut campur, terserah bang Wira aja. Kan dia yang mau kawin."

"Tapi lo ngebolehin gue buat deketin abang lo gak? Kalo lo bolehin gue bakal maju!" Ucap Yolan penuh tekad.

Amara geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya ini. Baru kali ini Amara melihat seorang Yolan sangat berambisi. Bahkan waktu kuliah aja Yolan sering ogah-ogahan.

"Gimana Mar? Gue nunggu restu dari lo dulu nih."

"Hm." Jawab Amara ala kadarnya.

"Apa? Gue gak denger, Markonah. Kalo ngomong yang jelas dong." Goda Yolan.

Amara pun berdecak kesal. "Iya ah! Terserah lo deh mau ngapain."

"KYAAAAAA! Beneran lo restuin gue??" Amara hanya diam. Tidak mengiyakan tidak pula membantah.

"Makasih Amara ku sayanggg. Gue janji bakal jadi kakak ipar yang baik!"

"Gue bakal bikin Bang Wira bahagia!"

"Cuih. Yakin amat lo." Remeh Amara.

"Yakin lah! Kan sesuai kata lo, bang Wira itu cocok nya sama gue yang imut, happy kiyowo ini."

"Gue gak pernah bilang gitu ya!"

"Gak peduli. Yang penting gue udah ngantongin restu adiknya bang Wira. Ahahaha!" Yolan langsung memeluk Amara erat-erat. Calon adik iparnya nih.

"Lope you sekebon Markonah."

Yolan sudah menentukan pilihannya. Terkesan gegabah dan terdengar gila memang. Namun Yolan tidak peduli. Firasatnya mengatakan hidupnya akan jauh lebih sempurna jika Wira yang menjadi pendampingnya di masa depan.

"Gila lo! Lepas!" Amuk Amara tapi tidak benar-benar marah. Dia hanya geli plus jijik. Ew. Yolan bahkan mencium-cium pipinya.

"Gue harus mandi tujuh kali nih." Gumamnya sambil mengelap kasar jejak bibir Yolan di pipinya.

Yolan menyahuti. "Heh. Lo pikir gue anjing yang najis?"

"Mirip sih.... Kelakuannya." Setelah itu Amara langsung ngacir ke kamar mandi dan mengunci pintunya agar Yolan tidak bisa masuk.

"Amara sialan!!!" Teriak Yolan dari kamar.

"Untung hari ini gue lagi seneng." Sambungnya seraya senyum penuh arti, lalu Yolan membanting diri ke kasur.

***

Pendek ya untuk chapter ini? Cuma 700 Words soalnya.

Next akan lebih panjang deh🤭

Sampai jumpa di chapter selanjutnya. Babyee🤘

Hi, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang