Annyeongg
Siapin tissu dulu yok:b
Happy reading!!
***
"Kalau saya suka sama bang Wira, gimana?"
Wira terdiam.
Gantian Yolan yang sekarang benar-benar menunggu jawaban Wira.
Namun melihat Wira yang hanya dia dan tatapannya lurus tidak terbaca, Yolan jadi was-was. Apa barusan dia salah ucap?
Yolan hanya ingin tau. Sebelum dia benar-banar harus kembali ke dunianya. Yolan akui belasan hari di Surabaya, bertemu dan mengenal sosok Wira adalah suatu anugerah terindah dalam hidupnya.
Wira berbeda, dari semua laki-laki yang pernah ditemuinya bahkan coba mendekatinya. Wira jarang sekali berbicara tapi sikapnya gentle dan cukup peka terhadap sekitar.
Bagi Yolan yang tidak butuh lagi pacar-pacaran, Wira sangat mendambakan di matanya.
Keheningan di antara mereka cukup lama. Hingga akhirnya Wira berdeham sekali dan melepas pandangan dari Yolan.
"Barusan kamu nembak saya atau cuma ingin mengungkapkan nya saja?" Tanya Wira dengan tidak menatap Yolan. Suaranya pun terdengar dingin di telinga Yolan.
Tanpa menunggu jawaban dari Yolan, Wira kembali berucap.
"Saya bisa terima kalau kamu sekedar ingin mengungkapkan nya." Nada bicara itu datar tapi cukup tegas di waktu yang bersamaan.
"Maaf kalau ini terdengar menyakitkan. Tapi saya tidak punya rasa apa-apa terhadap kamu, Yolan."
Deg.
Meskipun Yolan sudah bisa menebak jawabannya tapi rasanya tetap saja sakit.
Kedua mata Yolan tanpa diperintah, mulai memanas. Namun Yolan berusaha tahan untuk menatap laki-laki di depannya ini sampai menyelesaikan ucapannya.
"Selama ini saya cuma anggap kamu seperti Amara, adik saya sendiri."
Yolan pun manggut-manggut semakin mengerti dan dia tersenyum. Ternyata hanya Yolan yang terlalu percaya diri selama ini.
"Makasih bang Wira." Ucap Yolan setelah diam cukup lama. Sekuat apapun Yolan menahannya, suara itu masih tetap terdengar bergetar.
Yolan ingin nangis, sungguh. Ditolak oleh orang yang kita suka pastilah menyakitkan.
Namun disisi lain bukankah harusnya dia? lega, bisa mengungkap isi hatinya dan juga tau apa isi hati Wira.
"Mungkin ini akan jadi terakhir kalinya kita ketemu. Makanya saya ingin tau apa perasaan bang Wira yang sebenarnya ke saya." Yolan kembali memaksakan senyumannya.
"Bang Wira udah baik banget sama saya. Padahal saya orangnya aneh gini, tapi bang Wira tetep aja nanggepin saya."
Sial. Mata Yolan kembali memanas. Semua memori yang telah Wira kasih seperti setelan kaset yang berputar ulang di kepalanya.
"Saya gapapa kok Bang."
Wira masih terdiam, kini menatap dalam Yolan yang mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
"Kita balik ke Hotel aja, yuk. Pasti yang lain pada cariin."
***
Keesokan harinya, seperti kemarin, mereka breakfast di restoran hotel. Sebelum nantinya pukul 10 pagi WITA keluarga Amara bertolak ke bandara.
Yolan turun ke restoran paling terakhir. Dia menghabiskan banyak waktunya mencuci muka di kamar.
Jelas lama, orang mata Yolan sembab dan bengkak gara-gara semalam dia nangis bombay di balkon sendirian.
Amara belum tau. Yolan juga tidak berniat memberi tahunya. Biarlah ini menjadi masalah dirinya sendiri.
Yolan tersenyum saat menghampiri meja makan Amara bersama keluarganya.
"Selamat pagi!!" Sapaan Yolan seceria mungkin, membuat semua yang ada di meja itu pun menoleh.
"Astagaa. Makanan gue udah mau habis, lo baru nongol Yol?!"
Yolan hanya cekikikan. Tak lama makanannya pun datang.
"Maaf ya om, tante. Yolan bangunnya kesiangan."
"Gapapa kali Yolan. Sarapan kita juga masih banyak nih." Sahut Ami.
"Tante sama om jadi pulang hari ini?"
"Maunya om sih liburan lagi. Tapi ada pekerjaan yang menanti om di kantor." Kekeh Om Prabu membuat Yolan juga ikutan terkekeh.
Beberapa saat kemudian. Walaupun Yolan masih sakit hati gara-gara kemarin pernyataanya ditolak, nyatanya Yolan masih mencari keberadaan Wira yang pagi ini tidak nampak.
"Bang Wira kemana Tan?"
Ami sedikit menelan makananya sebelum menjawab pertanyaan dari Yolan. "Tengah malam dia pamit pulang duluan. Ada kerjaan katanya."
Mendengar hal itu entah kenapa rasa kecewa di hati Yolan semakin bertambah.
Apa Wira membencinya? Selain karena katanya ada kerjaan, apa Wira juga ingin menghindari nya?
"Yol! Kok ngelamun sih."
Yolan tersentak dari lamunannya. Dia kemudian hanya menyengir pada Amara sebentar lalu lanjut makan sarapannya yang terasa hambar di lidahnya.
Gila.... Ternyata sesakit ini patah hati.
Berdarah sih engga, tapi nyeseknya sampe ubun-ubun sialan.
Perasaan waktu putus sama Refal aja engga segalau ini. Hiks!
***
Keesokan harinya. Tinggal Amara dan Yolan saja yang liburan kali ini.
Dari jam 9 pagi keduanya sudah jalan-jalan mengunjungi sebuah cafe untuk sarapan. Di lanjut keling Bali seharian.
Selama jalan-jalan di Bali selain menguras tenaga, dompet mereka pun terkuras. Alamat makan mie instan terus besok di kontrakan.
Di hari terakhir pun sama. Yolan dan Amara masih sempatnya jalan-jalan dari pagi hingga siang. Lanjut malamnya mereka penerbangan menuju Surabaya untuk pulang.
Yolan berhasil melewati hari-harinya dengan baik meskipun bayang-bayang Wira selalu muncul.
Sesampainya di rumah Amara, yang menyambut mereka pun hanya Kedua orang tua Amara.
Sepertinya memang Wira menghindarinya. Benar apa yang Yolan ucapkan waktu malam itu.
Mungkin ini akan jadi terakhir kalinya kita ketemu.
Yolan tersenyum kecut mengingatnya. Dia pun menutup kopernya setelah semua barang bawaanya tersusun rapih di sana.
Im home, Jogja.
Saatnya Yolan kembali ke kehidupan yang semula. Tanpa ada unsur-unsur romance nya, melainlan hanya ada genre horror dan thriller, menghadapi skripsi dan sidang ke depannya.
***
Belum tamat yagesya🙈
Wira gaakan muncul dulu beberapa saat setelah ini. Karnaaa, abis ini ada tokoh baluu yg akan muncul di kehidupannya Yolan. Aw
Sapa penasaran???
Jgn lupa vote dan coment yg banyak ya!!
Terimakac!!! See youu♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Future!
Romance[Tamat] "Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PUNYA ABANG GANTENG AMARA SAYANGGG!" *** Berawal dari yang katanya mau cari inspirasi buat skr...