062: beberapa fakta

65.5K 4.6K 97
                                    

Happy reading!!

***

Yolan merasa silau disekitar matanya. Dia pun perlahan membuka kedua mata itu. Di sekeliling nya sudah banyak orang yang menunggu. Ada dokter, perawat, pak Ardi, dan Mamah.

Saat melihat kehadiran Mamah nya, Yolan langsung menangis tersedu-sedu. Mamah pun yang khawatir sekali dengan keadaan anaknya ikut menangis sambil memeluk Yolan.

Terimakasih Tuhan, sudah melindungi anak hamba.

“Mamah di sini nak, gak perlu takut lagi.”

“Aku ingin pulang Mah.”

“Iya, nanti kita pulang sama-sama ya.”

Yolan terus menangis, kilasan mimpi buruknya kembali berputar di otaknya. Hal itu membuat kedua tangan Yolan menjadi gemetar.

Dokter mengintrupsi keduanya karena ingin memeriksa keadaan Yolan setelah sadar. Namun Yolan belum bisa ditanyai tentang banyak hal. Dia masih sedikit syok atas kejadian yang sudah menimpanya.

***

Seminggu kemudian, Yolan sudah beraktivitas sesuai to do list yang sudah dia buat. Semenjak pulang ke kota tempat tinggalnya, Yolan dianjurkan untuk menjalani terapi ke psikolog untuk mengurangi rasa cemasnya.

Walaupun Yolan juga lulusan psikolog dan tau teorinya, tapi dia tidak bisa mendeteksi dirinya sendiri. Dia tetap butuh bimbingan di saat dirinya sedang tidak baik-baik saja.

Seminggu ini keadaan Yolan jauh lebih baik. Yolan mulai produktif lagi dan berusaha supaya tubuh dan pikirannya kembali sehat.

Yolan sudah cerita semuanya ke Amara. Salah satu dukungan dari Amara pula yang membuat Yolan menjadi lebih tenang. Hari ini katanya Amara ingin datang ke rumah Yolan. Rumah kontrakan mereka berdua dulu.

Namun tidak Yolan sangka, ternyata ada Alva dan Ami, ibunya Amara juga.

“Ya ampun, rombongan pengajian dari mana ini?” kata Yolan menyambut kedatangan Amara dan keluarga nya itu.

“Gak usah bercanda. Gue kangen banget sama lo!!!” Amara langsung memeluk Yolan dengan sangat erat. Amara yang senang bisa ketemu sahabatnya itu lagi, menitihkan air mata.

“Lo nangis?!” Kaget Yolan.

“Hiks. Gue bersyukur banget masih bisa ketemu sama lo. Walaupun lo ngeselin tapi gue belum siap kalo hari kehilangan elo. Hiks."

“Dasar bumil. Moodswing nya engga ilang-ilang ya Va.”

Alva hanya terkekeh saja.

“Gue juga bersyukur, masih dikasih umur panjang sama Tuhan.”

“Habis ini lo harus tobat Yol, banyak-banyak ibadah. Jangan maksiat terus. Udah dikasih kesempatan hidup lagi sama Tuhan.” Amara melepaskan pelukannya lalu menghapus sisa air matanya di pipi.

Kampret. Batin Yolan.

Yolan lalu terkekeh dan ingi  menjitak kepala orang sok polos itu. Namun dia masih waras, kini ada ibu dan suami nya. Yolan pun beralih pada Ami yang dari tadi memperhatikan mereka berdua.

“Tantee, apa kabarnya? Yolan kangen banget." Saya Yolan cipika-cipiki dengan Ami.

“Bersyukur, keadaan tante sehat Yol. Kamu sendiri gimana? Udah baikan?”

“Kecemasan Yolan Udah lebih berkurang tante.”

“Syukurlah. Tante lega dengarnya.”

“Ayo, tante. Masuk ke dalem. Pasti tante capek habis perjalanan jauh.”

Hi, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang