Haloo kawan aku kembali!!
Siapa yg kangen sama WiLan??
Kasih emosi "🤍" ini klo kalian kangenMaaf ya baru update lagi. Kmrin2 aku ngadepin perkuliahan yg jujur aja bikin ga fokus klo harus ngetik wkwk
Aku harap kalian bisa memaklumi. Dan semoga kalian selalu suka sama kisah nya Wilan!!
Happy reading!!
***
beberapa bulan kemudian.
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sebentar lagi pendidikan S2 Yolan akan selesai. Kini Yolan tengah disibukkan dengan tugas-tugas akhirnya sebagai syarat ketulusan.
Yolan yang nampak frustasi di depan laptop mengacak-acak rambutnya macam orang gila.
"Udahlah gue nyerah! Mending tidur, dilanjut besok aja." Ucap Yolan pada dirinya sendiri. Setelah laptop di matikan Yolan bangun dari duduk nya dan hendak beranjak dari ruang tengah.
Yolan sempat melirik jam yang ada di dinding. Pujuk 00.30. Tanpa sadar Yolan menghela nafasnya panjang.
Yolan pun buru-buru memasuki kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Namun sebelum benar-benar tidur, Yolan masih sempat-sempatnya membuka hp dulu. Padahal tadi beberapa menit yang lalu waktu dia ngerjain tugas ngeluh ngantuk banget. Dasar aneh. Giliran waktunya tidur malah mainan hp.
Yolan membuka aplikasi chat nya. Di sana ada pesan dari Adam yang belum dia balas. Seperti pada umumnya orang pacaran, mereka saling bertukar kabar dan bercerita tentang kegiatan hari ini. Sudah 2 hari mereka tidak bertemu langsung. Yolan taunya Adam sedang di luar kota karena ada seminar.
Setelah membalas chat dari Adam, jari Yolan tergerak untuk menscroll halaman chat nya. Memeriksa siapa tau ada chat yang belum sempat dia balas.
Namun seketika jarinya berhenti bergerak saat matanya membaca kontak bertulisan 'Bang Wira'.
Tertera di sana centang satu. Terhitung sudah lewat sebulan tanda centang itu tidak berubah-berubah dari terakhir kalo Yolan mengirimkan balasan chat untuk Wira.
Yolan tanpa sadar mendumel. "Ini orang kemana sih? Lagi di gurun pasir apa ya? Gak ada sinyal, gak ada listrik, gak ada pulsa."
"Ngenes amat pekerjaan lu Bang." Tambah Yolan setelahnya.
Yolan lantas mematikan ponsel nya dan menaruh benda itu di atas nakas samping tempat tidurnya.
Yolan pun berbalik badan untuk memeluk gulingnya. Tak lama kedua bola mata Yolan pun terpejam.
***
Keesokan harinya, Yolan bangun pukul 7 pagi meski tidak ada kelas hari ini. Namun Yolan bersiap akan produktif untuk hari ini.
Rencananya Yolan akan Yoga sebentar lalu bersih-bersih rumah dan siangnya Yolan akan jalan-jalan cantik ke mall sebelum akhirnya ke supermarket untuk belanja isi dapur.
Begitu bangun tidur Yolan jalan ke dapur mencari makanan. Di dapurnya hanya tersisa susu dan roti. Yolan pun sarapan pagi dengan menu tersebut, susu dan roti topping nutela.
Lagi enak-enaknya sarapan tiba-tiba ponsel Yolan menampilkan notif telpon dari Amara. Dengan keheranan Yolan pun menjawab panggilan itu.
"Yolannnn!" Suara melengking Amara langsung menusuk di telinganya.
"Apaan sih bumi! Berisik amat lo masih pagi-pagi juga!" Omel Yolan sedikit kesal karena telinganya menjadi panas karna suara Amara tadi.
Sang pemilik suara hanya cekikikan tanpa merasa bersalah.
"Gabut gue Yol, makanya nelpon elo." Balas Amara kemudian.
"Ah gue tau. Lo gabut karna gak pernah bangun pagi-pagi gini kan, makanya gak tau mau ngapain. Cuih. Dasar kebo." Ledek Yolan sambil terkekeh.
Amara pun berdecak tak terima dari sebrang sana. "Enak aja lo ngomong! Tapi emang iya sih. HAHAHA!"
"Gila." Yolan ikut tertawa.
"Gara-gara si Alva noh. Bangun terus doi muntah-muntah di kamar mandi. Gue kan jadi ikutan bangun."
"Alva muntah pagi-pagi juga karna anak lo. Sejujurnya gue kasian sama dia. Elo yang hamil malah dia yang nanggung mualnya." Kekeh Yolan.
"Yeuu emang harus gitu lah! Lo gak perlu kasianin dia. Ini juga kan anaknya dia. Dia yang bikin. Berani berbuat berani bertanggung jawab lah!"
"Anjay bahasa lo... ngalor ngidul!"
"Ish Yolan!"
Yolan tertawa sejenak membayangkan betapa konyolnya muka Amara. Gak kebayang, Amara yang masih kaya bocah tau-tau udah mau jadi ibu aja. Walaupun memang Amara bisa bijak juga sih, tapi lebih sering gila nya dari pada bijaknya. Bhak.
"Sayanggg!"
"Nah tuh suami lo manggil." Ucap Yolan.
"Ganggu aja ah dia mah. Yaudah Yol gue cabut dulu!"
"Hm. Jangan galak-galak ke suami bumil, kasian suami lo."
"Gak denger gue Yoll."
Sedetik kemudian telpon pun terputus oleh Amara. Yolan cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum geli.
Tidak sekali-dua kali dia dengar cerita gimana rumah tangannya Amara yang konyol itu.
Yolan menggigit kembali rotinya.
Tapi kalo dipikir-pikir lebih menyenangkan hidup seperti itu dari pada sendirian begitu. Batin Yolan.
Begitu sadar Yolan membuang jauh-jauh isi pikirannya. Hari ini dia tidak boleh berpikiran yang jelek-jelek.
Yolan lantas beranjak dari tempat sarapanya. Dia kembali ke kamar untuk ganti baju dan bersiap-siap yoga.
Waktu terus berjalan dan kini hari semakin terang. Yolan mandi lalu bersiap-siap untuk pergi ke mall mencari makan siang dan memanjakan diri disana.
Perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya Yolan telah tiba di sebuah Mall yang cukup terkenal di kotanya.
Pertama Yolan mencari tempat makan. Dia sudah laper shay. Selanjutnya Yolan menuju nail art dan ke sebuah salon untuk memotong rambutnya.
Gila gue cakep banget rambutnya gini. Batin Yolan saat melihat penampilan barunya. Yang biasanya rambut Yolan panjang ke punggung sekarang dia pangkas menjadi sepundak dan berlayer.
"Wah mbanya cantik banget." puji mba-mba kasir pada saat Yolan ingin membayar. Yolan pun tersenyum malu.
"Iya nih mba. Saya juga suka banget sama hasilnya, next potong di sini lagi deh."
"Xixixi. Saya tunggu lho mba." kasih itu pun mengembalikan credit card milik Yolan beserta struknya. "Ini kartunya ya mba. Terimakasih atas kunjungannya."
Yolan segera keluar dari salon. Namun saat dia berbelok dari tempat itu Yolan justru bertabrakan dengan seseoranhg.
"Aduh!" keduanya sama-sama mengaduh.
"Maaf." ucap Yolan terlebih dulu sambil mengangkat pandangannya. Ternyata seseorang itu perempuan yang Yolan tebak seumuran dengannya.
"Eh kamu Yolan ya?"
Sontak Yolan tertegun. Dia berusaha mengigat-ngigat apa perempuan ini kenalannya? kok bisa dia mengenalinya.
"Ah sorri. Kamu mungkin gak kenal aku ya, tapi aku kenal kamu. Kenalin aku Anna."
Perempuan itu mengulurkan tangannya pada Yolan. Antara kebingungan dan etika baiknya, Yolan membalas uluran tangan itu.
"Aku sahabatnya Adam. Adam pacar kamu kan Yolan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Future!
Romance[Tamat] "Allahuakbar! Cowok siapa itu tadi, Mar?!" "Abang gue itu." "Sumpah demi apa?!" "Demi puja kerang ajaib." "SIALAN KENAPA LO GAK BILANG-BILANG KALO PUNYA ABANG GANTENG AMARA SAYANGGG!" *** Berawal dari yang katanya mau cari inspirasi buat skr...