014: cinta monyet

116K 9.7K 65
                                    

Masih di Baliii

Semoga kalian suka ya♥

Happy reading!!

***

Sampai di Bali dan check in hotel, Yolan, Amara dan yang lain memilih untuk istirahat sebentar hingga makan siang tiba.

Makan siangnya mereka memilih kulineran ke sebuah restoran yang menyediakan pemandangan asri seperti sawah-sawahan.

Setelah makan siang beres dan matahari tidak seterik tadi mereka pun lanjut ke sebuah objek wisata yang namanya Pura Alas Kedotan.

Pura Alas Kedaton adalah sebuah pura Hindu yang sakral peninggalan dari zaman megalitikum kuno di Pulau Bali. Letaknya di tengah-tengah hutan kera.

Sesampainya di sama Yolan, Amara dan yang lain langsung disambut monyet-monyet liar.

Yolan yang belum terbiasa merasa takut. Yolan bahkan sampai mencari perlindungan di balik badan Amara.

"Lo ngapa sih Yol. Ini kan sodara lo, ngapa pake takut segala." Guyon Amara justru bikin Yolan kesal.

Yolan menampol ujung topi Amara. "Sodara gue gigi lo. Gue takut digendolin Mar...."

"Tandanya dia suka sama lo."

"Iya gue tau gue cantik, tapi ya jangan mereka juga yang ngedeketin. Gue geli Mar."

Semuanya pun terkekeh geli mendengar betapa narsisnya Yolan tapi tetap menciut di akhir.

Amara justru sengaja mancing-mancing monyet itu agar mendekat dengan kacang di tangannya.

"Amara jangan ngadi-ngadi ya lo! Mereka pada ke sini Markonahh." Gemas Yolan makin merinding.

Amara hanya tertawa bahagia di atas penderitaan Yolan. Tingkah usilnya makin jadi hingga tangan si monyet berhasil memegang kaki mulus Yolan.

"Amara!" Cicit Yolan menahan geli bukan di kakinya saja melainkan sekujur tubuhnya. Hingga tangan monyet itu menjauh barulah Yolan melompat menghindar, kini dia minta perlindungan ke Wira.

Yolan sama berlindung di balik badan Wira yang kali ini dua kali lipat dari badannya. Jadi Yolan benar-benar merasa lega.

"Yeeuuu bisa ae cari kesempatannya." Ledek Amara melihat Yolan penggangan belakang kaos Wira. Dan Wira diam saja lagi, tidak menolak.

"Gara-gara elo! Tadi kaki gue dipegang tuh monyet, Mar!"

Amara terkikik puas. "Makanya sini cobain kasih makan. Ntar monyetnya pasti nurut."

"Ogah! Yang ada monyetnya makin ngelunjak. Bisa-bisa gue digendolin sampe pulang."

Lagi-lagi Prabu, Ami dan Amara tertawa melihat tingkah Yolan.

Yolan yang masih ketakutan hanya mengintip-ngintip di balik punggung Wira.

Sampai mereka berjalan, menelusuri semakin dalam tempat itu, Yolan masih anteng tidak mau melepaskan Wira barang sedetik pun.

"Bang Wira, saya bukan modus lho." Ucap Yolan di sela-sela mereka berjalan. "Tapi Amara nya nyebelin tuh."

Wira diam sesaat, sebelum membalas. "Kamu mau belajar kasih makan monyetnya gak?"

"Ih gak mau ah. Geli."

"Engga geli. Kalo kamu terus menghindar gimana bisa."

"Tetep gak mau, saya takut." Kali ini suara Yolan berbisik. Dia tidak punya nyali.

"Saya temenin. Mau?"

Yolan langsung mendongak. Memastikan apa barusan dia salah dengar. Namun dari wajah Wira hanya ada kesungguhan.

"Sini. Jangan di belakang saya." Wira menuntun Yolan agar mau pindah ke depannya.

Yolan yang masih ragu, sempat menahan diri cuma sampai di samping Wira.

Yolan kembali menatap Wira. "Bang, kalo nanti saya dicakar sama monyetnya gimana?"

"Kalo kamunya tenang, monyetnya juga tenang."

"Saya nya gak tenang berarti monyetnya gak bakal tenang dong!"

Wira tersenyum sangat tipis. Dia cukup geli melihat wajah panik Yolan.

"Percaya sama saya enggak?"

"Percaya." Tapi anggukan Yolan nampak ragu.

Wira pun membuang muka untuk tersenyum lebih lebar. Sikap Yolan kali ini benar-benar keliatan menggemaskan di matanya.

"Sini, mana tangan kamu."

Yolan menyodorkan tangannya perlahan. Wira pun menahannya lalu menaruh dua biji kacang di atas telapak tangan Yolan.

"Tarik nafas dulu." Aba-aba Wira sambil menahan geli.

Yolan hanya menurut saja sambil pejemin mata erat-erat. Tanpa sadar kini dia sudah dalam rengkuhan Wira.

Wira menuntun tangan Yolan agar terulur. Tak lama seekor monyet pun mendekat.

Yolan yang bisa merasakan bulu-bulu itu, sontak terpejam semakin erat.

"Bang Wira...."

"Tenang." Ucap Wira di dekat telinga Yolan.

Tak sampai sedetik kacang itu pun menghilang dalam sekejap diambil oleh si monyet. Dan monyet agak menjauh setelah mendapatkan makannya.

"Sudah. Coba buka mata kamu." Kata Wira memberikan aba-aba lagi.

Pelan-pelan kedua mata Yolan pun terbuka. Dia melihat tangannya yang kini bersih dan tidak lecet sedikit pun, sontak dia kegirangan.

Yolan menoleh ke belakangnya dan tersenyum lebar.

"Udah? Kok gak kerasa??" Muka Yolan sangat lucu. Yolan berubah exited sekarang. Bahkan dia mengambil kacang lainnya dari tangan Wira untuk coba memberi makan monyet itu sendiri.

Wira pun tak bisa lagi menyembunyikan rasa gelinya. Wira kelepasan tersenyum di depan Yolan untuk pertama kalinya.

Yolan yang melihat itu jelas membeku. Matanya tak bisa berkedip. Lebih tepatnya tidak mau menyia-nyiakan rejeki itu.

Dia gak senyum aja ganteng, apalagi ini pake senyum!


Hi, Future!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang