AKSEN 33 | ALUNAN PIANO

714 75 1
                                    

Untuk siapapun yang membaca note pendek ini, semangat menjalani hari-harinya <3 meski banyak halangan yang memang berat, sabar sedikit, yaa. Kesuksesanmu ada jatahnya sendiri, kok...

siap berpetualang dengan aksen? here we go! ditulis 3000kata!

Jangan lupa vote dan komennya, ditunggu buat perkembangan gue nulis <3

Jangan lupa vote dan komennya, ditunggu buat perkembangan gue nulis <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aksen menatap Deon dengan tatapan heran. "Apa ini?"

"Titipan," sahutnya singkat sambil meletakkan sekotak susu dan surat di atas meja.

Aksen mengangkat alisnya. "Dari?" Deon mengedikkan bahunya, seolah-olah ia tak tahu apa-apa. 

"Baca sendiri. Gue tinggal ke bawah dulu."

Aksen meraih sekotak surat terlebih dahulu yang sedari tadi menarik perhatiannya. Apa Deon sengaja memberinya surat? Dari siapa? Dari renterir SMA Ganesha? Ah, tidak mungkin! Aksen sama sekali tidak pernah memiliki masalah dengan renterir yang satu itu. Apa ini hanya akal-akalan Deon saja? Tapi sepertinya tidak.

Tangan Aksen membuka perlahan kop surat dan membaca beberapa kalimat di sana.

Untuk Kak Aksen Millian Grady.

Lengkap banget, gak tuh, nyebut namanya. Canda, Kak. Aku cuma mau sampaikan rasa bersalah aku kemarin. Kakak masih ngambek? Aku minta maaf, ya. Jangan ngambek lagi, nanti gantengnya ilang.

Kak, boleh pinjam flashdisk-nya? Soalnya aku mau transfer data cintaku buat kamu.

With luv,

—Asmirandah, XI IPS 2

Aksen hampir saja meremas surat di tangannya. Namun, pikirannya berubah sedemikian rupa. Cowok itu menyimpannya di saku celana. Tidak! Ia tidak boleh luluh begitu saja hanya karena secarik surat yang isinya sangat singkat.

Eh, lho? Mau yang panjang? Ekor matanya menangkap sesuatu, yang sedari tadi ia campakkan.

"Susu kotak?" Bibir Aksen terangkat perlahan.

"Cewek aneh. Belakangan ini lo yang diemin gue. Sekarang, gue sendiri yang susah diemin lo."

Aksen berpikir, sepertinya posisinya dengan Mira kini bertukar. Ia yang dulu pernah menggertak Mira, sekarang giliran cewek itu yang berani menggertaknya. Ekor matanya menangkap Gavin dan Alfa yang sibuk mabar dengan hebohnya.

"Woi! Itu tembak bego! Ah, lo kenapa malah pergi, woi balik lagi!" cerocos Gavin masih sibuk memijat layar ponsel dengan wajah serius.

Aksen menghela napas pelan, memilih untuk mengabaikan pikirannya yang mengembara akan rasa cemburunya dengan Wira. Jujur, sangat berat jika melihat mereka berdua selalu bersama.

"Sial! Lo pakai headshoot dulu, sih, Al! Yah, kalah, kan!"

Gavin menggerutu sambil meletakkan ponselnya dengan kesal di atas meja dengan kasar. Ditatapnya Alfa dengan sorot jengkel. Sedangkan yang ditatap seperti orang aneh saja tingkahnya.

AKSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang