AKSEN 32 | PROTEKTIF

867 80 1
                                    

chapter kemarin kayaknya udah momen Aksen marah-marah ya? TAPIII...

DI CHAPTER KALI INI AKSEN NGAMUK LAGII^^

aksen emosi, marah, ngumpat >>>>>> than everything!

KALIAN MASIH BACA INI KARENA APA? padahal banyak kekurangannya :((

KALIAN MASIH BACA INI KARENA APA? padahal banyak kekurangannya :((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Kak, ada apa?" tanya Mira di ujung telepon. Tentu Rima dan Sasi menatap Mira dengan penuh tanda tanya. Setahu mereka, Mira tidak pernah menelepon siapapun selain di jam istirahat atau pulang sekolah. Malah, Rima dan Sasi jarang melihat Mira bertelepon di dalam kelas kecuali ritual video call bertiga.

Mira makin mengerutkan kening saat tak ada balasan dari Dea, Kakak kelasnya. "Halo, Kak Dea? Ada apa? Halo?"

Sayup-sayup, Mira mendengar suara deru napas seperti orang kelelahan berlari. "Mir, ke lapangan indoor sekarang juga!" Jawaban dari Dea, malah membuiat dahi Mira mengerut makin dalam. Apa ini? Apa maksudnya?

"Ada apa, ya, Kak?" tanya Mira masih belum terkoneksi dengan otak ketika Dea mengucapkan kalimat tadi. Masih terdengar sayup-sayup suara deru napas. "Aksen bertengkar di lapangan basket Indoor! Buruan, Mir!"

Sambungan telepon terputus. Tangan Mira tergulai lemas di samping paha dengan layar ponsel yang menampilkan beranda depan. Rima menggoyangkan bahu Mira. "Ada apa, Mir? Lo kenapa? Siapa tadi?" tanya Rima bertubi-tubi. Melihat ekspresi wajah Mira yang sepertinya panik, membuat mereka berdua ikut panik.

Dada Mira naik turun. Cewek itu menyorot lurus ke depan, dengan tatapan kosong. Dengan cepat, Mira bangkit berdiri dan keluar dari ruang kelas sangat terburu-buru. Sasi kebingungan bersama Rima. "MIR LO MAU KE MANA?!" teriak Rima namun tak ada jawaban. Sasi juga ikut beranjak berdiri, diikuti Rima untuk mengekori Mira.

Mira melangkah besar-besar. Tak boleh dibiarkan. Ini semakin gawat.

****

bab 32

protektif; 

perasaan khawatir berlebihan terhadap seseorang karena cemas akan keselamatannya dan berupaya untuk melindungi orang tersebut.

(Psikologi klinis  dari Well and Good: 2019)

****

"Udah tahu, pakai nanya! Dasar cowok!"

Aksen menghela napas pelan. Selepas kepergian Mira ke dalam kelas dan meninggalkan dirinya sendiri di belokan koridor, cowok itu memutar otak untuk mencari kemungkinan apa yang membuat Mira menjadi demam seperti tadi. Bahkan sampai flu.

Seketika, otak Aksen menemukan satu titik terang. Ia yakin, bahwa ini penyebab Mira menjadi sakit. "Berengsek! Beraninya dia buat Mira jadi sakit kayak gini!" geram Aksen mengepalkan tangannya hingga urat-urat nadinya nampak di permukaan.

AKSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang