AKSEN 19 | PERSETERUAN

1K 109 17
                                        

happy new year 2022!

kedepannya, aksen bakal slow update, bisa juga fast update tergantung kesibukan Author di real life <3

spam next disini!

Gak aku baca ulang, jadi kalo ada typo, tandain ya!

Gak aku baca ulang, jadi kalo ada typo, tandain ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Jadi, lo mau balas dendam?"

Aksen hanya mengedikkan bahu seperlunya saja. Cowok itu masih terlihat tenang dengan wajah galak juga tatapan tajamnya. Ya, Aksen Millian Grady hari ini akan membalaskan sebuah dendam pada rival terbesarnya. Tentu kalian tahu siapa dia.

Aksen menggeram kesal sedari kemarin karena terus belum ikhlas jika rencananya gagal hanya karena satu cowok menjadi sok pahlawan.

"Lo serius? Bakal heboh banget di SMA Ganesha kalau lo yang samperin dia dulu nanti. Pikir baik-baik dulu, lah, Sen," kata Deon kali ini membuka pendapatnya.

Pria itu masih stay dengan buku Matematikanya. Aksen hanya tersenyum kecut. Alfa dan Gavin sudah tahu, bahwa keputusan Aksen pasti tidak bisa diganggu gugat.

Cielah, kayak juri aja.

Aksen menyugar rambutnya. "Gue pastiin, pahlawan kesiangan itu bakal mampus di tangan gue," gumamnya sambil tersenyum penuh kelicikan.

Rencana pembalasan dendam akan dilakukan beberapa menit lagi tepat lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Gavin menepuk pundak Aksen sambil menggelengkan kepalanya.

"PERGI KE TANAH ABANG BELI CEMPEDAK!"

"Cakep!"

"BUAT APA TAMPAN KALAU GALAK!"

"Sialan, lo! Pilih kanan apa kiri?!" bentaknya pada Gavin yang sudah ketakutan saat Aksen melayangkan kedua kepalan tangannya hingga urat-urat tangan itu nampak.

Beh, tangan orang ganteng, mah, beda! 

Gavin masih terkekeh, melupakan bahwa nyawanya saat ini dalam bahaya. Untung saat ini mood Aksen sedang fine jika dengan sahabatnya. Tapi jika dengan rival terbesarnya, jangan harap.

Alfa menepuk pundak Aksen dua kali, namun kali ini bukan seperti Gavin yang ditemani pantun-pantun aneh miliknya. 

"Kalau itu memang mau lo, terserah. Kita juga tahu kalau lo gak bisa ditentang kalo udah buat keputusan," putus Alfa tak tahu lagi harus bagaimana mencegah Aksen.

Deon menutup buku Matematikanya. "Satu yang harus lo tahu, rival lo itu Ketua Osis SMA Ganesha. Kalau lo cari masalah sama dia, tentu guru-guru pasti dukung dia, karena jabatannya di sekolah ini. Dan lo, mungkin bisa aja kena hukuman lebih berat," kata Deon membuat Aksen terdiam.

"Aksen memang bukan Ketua Osis di sini," sambung Gavin membuat Aksen ikut menatapnya dengan mata memicing.

"Tapi siapa yang gak kenal lo, di sekolah ini? Cowok terpintar dengan prestasi ranking satu paralel seantero sekolah?"

AKSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang