Baca chapter ini harap banget yahh untuk tidak emosi ataupun mengumpat, warning!
selamat membaca, kasih rate dan bintangnya yuuu!
"Gue langsung panik, dan ambil kunci motor tinggalin lo gitu aja."
Mira menggeleng pelan. Ia masih belum bisa mencerna semua secara tiba-tiba. Bolehkah ia marah? Bolehkah ia membenci Wira, sebab cowok itu meninggalkannya di gedung pertunjukan piano kemarin, ia hampir dilecehkan begitu saja?
"Gue nyesel, Mir. Gue mau minta maaf. Lo mau maafin gue?" tanya Wira dengan suara beratnya. Kali ini benar-benar tersirat rasa penyesalan dari sorot mata terdalam.
Mira menahan pelupuk matanya yang memanas. Membayangkan kelakuan bejat ketiga preman semalam, membuat Mira tak bisa menoleransi perbuatan Wira. Mira melepaskan tangan Wira perlahan, membuat cowok itu penuh pertanyaan di kepala.
"Kenapa kakak gak kabarin aku dulu setelah sampai rumah sakit? Kenapa kakak juga bilang ke aku dulu. Ini bukan masalah kecil, Kak! Ini masalah harga diri aku sebagai perempuan yang nyaris aja hilang kalau gak ada Kak Aksen semalam!"
Dada Mira naik turun, menahan napasnya yang tersekat saat ini. Sebisa mungkin ia tidak menaikkan lagi intonasi suaranya agar tidak menarik banyak perhatian siswa.
"Mir, masalahnya gue panik dan langsung—"
"Alasan!" tukas Mira menahan air matanya lagi, lantas membalikkan tubuhnya dan langsung melangkah lebar-lebar demi meninggalkan cowok itu dan tidak melihat bahwa dirinya hendak menangis sekarang.
Wira mengeraskan rahangnya. Mendengar nama Aksen dibesar-besarkan dari mulut Mira sendiri, membuat ia jengah kali ini. "Aksen gak sebaik yang lo kira!"
Ucapan Wira, berhasil membuat langkah kaki Mira terhenti. Ia mengusap pelupuk matanya kasar, menarik napas demi mencerna omongan Wira yang mengejutkan dirinya. Wira melangkah perlahan, menyusul Mira dari belakang.
"Lo gak tahu, kalau Aksen gak sebaik yang ada di pikiran lo," ucap Wira membuka suara dengan nada dingin. Kali ini ia yang menjadi angkuh. Mira membalikkan badan, dan menggeleng tak percaya Wira berani memfitnahnya.
"Jadi sifat Kakak kayak gini? Udah berani fitnah orang, tanpa ada bukti yang jelas?"
"Gue ada bukti jelasnya!" tukas Wira tak mau dituduh seperti ini terus menerus.
Mira mendongakkan kepalanya, yang ukuran tinggi tubuhnya hanya sedada Wira sendiri. "Apa buktinya?!" tantang Mira tak kalah angkuh.
Wira menarik napas perlahan, ia tak mau egoisme dan emosi yang menguasai dirinya sekarang ini. "Lo harus dengerin gue, jangan ada yang potong penjelasan gue."
Mira memutar bola mata malas. Ia masih tak yakin, jika Aksen tak sebaik yang dikira.
"Lo masih ingat kejadian di kamar mandi cewek tempo lalu?" tanya Wira kali ini berhasil membuat emosi Mira mereda. Ia sibuk memikirkan kejadian yang dimaksud oleh Wira kali ini. Pikirannya dibuat mengembara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSEN
Teen Fiction[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA KARENA ADA PART YANG DIPRIVAT] ****** Mira kerap kali dijadikan objek balas dendam oleh seorang Aksen Millian Grady, karena paket hitam yang selalu meneror dirinya di malam Jum'at membuat Aksen merasa terguncang se...