Drrt.
Suara getaran kecil yang berada di samping bantal bergambar rakun itu, membuat Saka membuka matanya perlahan. Dan ibu jarinya menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
“Halo.”
“Saka, kamu udah di jalan, belom? Jam 7 harus udah ada di tempat ya!”
“Ini dikit lagi sampe, ko. Tungguin aja bentar ya, Git.”
“Hati-hati di jalan ya, Sak. Jangan ngebut-ngebut.”
“Siap, Git.”
Saka mematikan sambungan teleponnya, dirasa Gita—kekasihnya itu tidak bicara lagi. Sekarang malam minggu, seharusnya ia bermain bersama di rumah Ipul. Tapi, sayangnya Saka sudah ada janji dari jauh-jauh hari untuk berkunjung ke rumah Gita, sebagai laki-laki yang baik Saka tidak mau mengingkari janjinya.
“Anjir, belom solat gue! Astaghfirullah.”
Laki-laki itu segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, karena ini sudah jam setengah tujuh tepat. Seketika Saka kepanikan, karena belum mengerjakan salat magrib. Nanti setelah salat, baru ia akan mandi dan siap keluar kamar untuk menemui Umi-nya.
Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit, Saka sudah terlihat rapi dengan penampilannya yang memakai kaos panjang hitam. Ia berdiri di depan kaca untuk memastikan dirinya benar-benar sudah rapi, sebelum keluar kamar nanti.
“MasyaAllah ganteng amat si lo, Sak,” seru Saka, laki-laki itu memang sering kali memuji dirinya sendiri.
Setelahnya ia keluar tanpa membawa tas yang melingkar pada dada bidangnya.Cukup membawa dompet, ponsel di dalam saku celananya sudah membuat dirinya aman terkendali.
“Umi.” Saka mencium pipi umi-nya. “Saka pergi dulu ya, Umi.”
“Mau kemana sih, Nak? Jangan lupa bawa jaket, lumayan dingin malam ini—nanti kamu masuk angin,” sapa Umi.
Saka tertawa dengan malu sembari mengambil jaket digantungan samping pintu kamarnya. “Biasa umi, anak muda.”
“Ya udah, main aja sana! Jangan lupa nanti solat isa ya. Kalau udah kemalaman di rumah teman, lebih baik nginep aja. Tapi, kasih kabar ke umi,” ucap Umi sambil mengusap rambut Saka yang sudah wangi.
“Iya, Umi. Saka jalan dulu, ya.” Saka bersalaman dengan Umi dan berlalu keluar dari rumahnya.
“Assalamualaikum.”“Wa'alaikumsalam. Hati-hati ya, Nak.”
Saka tersenyum dibalik helm fullface hitam-nya, lalu membalas sapaan Umi dengan klakson motor varionya. Alih-alih dirinya sedang menghadapi kemacetan di jalan, handphone yang sejak tadi berada di saku celananya terus bergetar. Gita sudah menelponnya berkali-kali, tetapi demi keselamatan dirinya sendiri Saka memilih untuk tidak mengangkat panggilan teleponnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Teen FictionSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...