38. Menunggu

7 2 0
                                    

Acara pernikahan digelar outdoor di taman restoran yang dihias menjadi kebun. Pengucapan ijab kabul yang tadi ikrarkan oleh Adit juga berjalan lancar, kini sudah resmi Adit dan Jamia menjadi suami istri yang sah. Sungkeman pagi tadi membuat keluarga dua mempelai sangat terharu, Zafia sama sekali tidak ada perasaan seperti itu. Hanya tersenyum saat Adit memeluknya tadi sambil berterima kasih padanya, karena ia sudah banyak menangis tadi malam sebelum menerima pernikahan Adit ini.

“Mau pulaaaang!” Zafia mengamati sekitarnya dengan bosan, seluruh tubuhnya sudah lembab dengan keringat.

Di saat banyak tamu yang hadir, Zafia langsung cepat-cepat menghilang dari sana. Ia malas bertemu orang banyak, karena itu sangat melelahkan. Penampilan nya sudah tidak rapi lagi, seperti sebelum nya.

“Eriiik, i need you!” gumam nya pelan.

Saat ini Zafia sedang berada di zona permainan anak-anak, gadis itu duduk di ayunan sambil mengambang dengan pelan. Bersyukur hanya ada beberapa anak-anak saja yang sedang bermain di sekitar sini, jadi ia punya waktu untuk sendirian.

“Masih 2 jam lagi selesai acaranya lagi! Argh elah.” Zafia mengusap kasar kepalanya. Lehernya sudah seperti tercekik kerudung segi empat ini, itu membuat napasnya jadi sedikit sesak.

Zafia beranjak dari ayunan, melihat sebentar suasana jalan raya untuk mencari angkutan umum atau ojek biasa. Gadis itu masih berpikir bagaimana caranya menghilang dari tempat ini, karena ia sangat kelelahan. Cuaca hari minggu ini cukup panas, ia membutuhkan AC untuk membuat tubuhnya kedinginan.

“Bundaaaa, mau pulaaaang!” Zafia berjalan sambil menghentakan kakinya.

Zafia duduk kembali di ayunan sambil menunggu waktu acara pernikahan selesai. Gadis itu sudah merencanakan sesuatu saat sampai di rumah nanti, terutama untuk mandi dan memakai kaos tipis, lalu tidur sejenak agar nanti malam ia ada kesempatan untuk belajar.

“Bunda!” panggil Zafia saat melihat Bunda sedang mengambil jus jeruknya.

Bunda menoleh sekilas. “Bunda, aku pulang duluan ya? Besok aku ada ujian, terus belum belajar sama sekali.”

“Pamit dulu sana sama yang lain, langsung pulang ke rumah ya. Jangan main kemana-mana!” tukas Bunda.

Zafia tersenyum sumringah, ia langsung berlari kecil menuju panggung pelaminan. Dan bersalaman dengan yang lain, tidak masalah pulang sendiri. Ada aplikasi gojek online yang biasa ia gunakan saat pergi kemana saja, setelah bersalaman dengan yang lain kini ia izin pulang pada Adit dan Kakak iparnya.

“Fia ko pulang duluan, gak pulang bareng aja sama kita?” tanya Jamia.

“Aku mau belajar, besok ada ujian.” Zafia beralih pada Adit. “Kak Adit, gue pulang duluan ya. Nanti masih pulang ke rumah, kan?”

Adit mengangguk. “Gih sana pulang duluan, gue tau lo capek.”

“Hehehe, kirain bakal marah.”

“Gak, hati-hati di jalan,” balas Adit.

“Oke! Assalamualaikum.”

“Wa'alaikumussalam.”

***

Seorang gadis masih dengan pakaian atas kebaya tidur di ruang tengah, menyisakan celana legging dan rambut yang dibiarkan terikat saat tidur. Zafia tidak benar-benar melakukan rencana yang sudah ia susun saat di taman tadi, gadis itu langsung membuka hijabnya dan kain batik yang membatasi ruang geraknya. Saking lelahnya ia langsung merebahkan diri di sofa panjang dan menyalakan AC dengan suhu 16 derajat.

Unperfect Love (The Boyz) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang