32. Terungkap

7 3 0
                                    

Entah harus merasa senang atau tidak, ketika hati dilema untuk melaksanakan ujian try out dan pulang lebih cepat dari pada biasanya. Itulah yang saat ini dirasakan siswa siswi kelas dua belas, ada yang biasa saja saat mengikuti segala macam ujian sekolah karena hanya ingin cepat lulus dan ada yang merasa berat saat menjalaninya, karena harus banyak belajar untuk UNBK nanti.

Suasana kelas sedikit berbeda, karena setiap satu kelas dibagi dua ruangan. Tidak seperti biasanya yang selalu ricuh saat bermain kuda reog di dalam kelas atau berkumpul di barisan tengah untuk bernyanyi bersama ketika jam kosong pelajaran. Semua itu mulai jarang di lakukan, sejak try out berlangsung dan itu yang membuatnya akan rindu.

"Fi, lo masih marah sama gue?" tegur Ipul, lalu duduk di depan kursi Zafia.

Zafia menggeleng. "Gak, ko."

"Gak, gimana sih? Dari suara lo aja masih kedengeran marah sama gue, kan gue udah jujur apa adanya sama lo, Fi." Ipul sedikit mendekat berbisik pelan. "Mau ikut cari pelakunya, gak?"

"Gak, males!"

"Ya udah."

Tepat saat Ipul berbalik menghadap ke depan, ia melihat Saka yang barusan lewat bersama Panji yang merangkulnya dengan akrab. Ipul terus meletakan kecurigaan nya pada Panji, namun ia tidak bisa gegabah dengan menuduhnya begitu saja. Ia hanya khawatir, jika Saka sudah di bawah pengaruh Panji.

"Sak, habis ini ketemuan sama gue di tribun sekolah." Ipul mengetik pesan tersebut pada Saka yang langsung berwarna biru tanda sudah dibaca oleh sahabatnya, tanpa memberikan balasan.

Ini ada kemungkinan juga, mengingat betapa seringnya Saka menghabiskan waktu bersama Panji saat liburan yang lalu. Ipul sampai merasa sedikit cemburu, karena Saka selalu mengajak Panji saat bermain dengannya. Ini sudah dua hari ia dan Saka tidak bertegur sapa, Ipul lebih sering menghabiskan waktu bersama Zaki atau Rendo-teman satu kelasnya.

"Percuma banget hari sabtu habis les tetap main, tapi malah mencar!" gumam Ipul mengacak rambutnya frustrasi.

Setiap hari sabtu setelah les, Ipul hanya ikut main dengan Rafa, Lula dan Zafia. Sedangkan Saka dan Panji entah pergi kemana, tapi ia tetap menikmati waktu bermainnya bersama Rafa dan Lula.

Tidak lama setelahnya, guru pengawas ujian masuk ke dalam kelas. Dua puluh siswa siswi di dalam kelas seketika diam dan mulai fokus mengerjakan soal try out nya.

"Bu Siti, anjir!" bisik siswa dan siswi yang seketika panik.

Hari ini mata pelajaran soal try out nya adalah matematika, Zafia merasa sangat sial karena tidak bisa menyalin jawaban Ipul. Bu Siti selalu keliling kelas dari baris ke baris, depan ke belakang dengan mata elangnya yang terus mengawasi.

***

Setelah pulang sekolah Saka menemui Ipul di tribun kecil lapangan, lalu duduk di tangga kedua. Ipul tidak yakin, apa kali ini Saka akan percaya pada ucapannya atau tidak. Ia belum bisa membuktikan bahwa pelakunya itu ada di sekitar Saka, tapi yang pasti Ipul berharap Saka bisa menyadari sesuatu dari sekitarnya.

"Pul, gue tau lo sama Zafia itu saling suka!" tunjuk Saka langsung pada intinya.

"Enggak, Sak! Lo gak tau Fia selalu sukanya sama Rafa, Rafa dan Rafa." Ipul terus membantah, namun kali ini reaksi Saka hanya diam.

Ipul menatap tajam Saka. "Gue tau, lo dapat kabar ini dari Panji, kan? Secara gak langsung gue berpikir, karena memang kalian sering main bareng."

Saka meliriknya sekilas, diam seribu bahasa tanpa membalas ucapan Ipul. Ia mengakui faktanya, selama ini Panji selalu ikut bermain kemanapun ia pergi. Ipul menyeringai, tatapan wajahnya yang serius selalu mampu membuat siapapun di dekatnya tidak berkutik sedikit pun.

Unperfect Love (The Boyz) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang