1 Minggu Kemudian.
Hari ini tepat di hari minggu, lebih tepatnya siang hari Zafia dan keluarga besar sebagiannya datang untuk mengantar Adit melamar pujaan hati-nya di ruang pribadi restoran yang sudah dipesan oleh keluarga Jamia dari jauh-jauh hari. Rombongan Adit hampir semuanya yang datang, termasuk sebagian sepupunya yang sudah berkeluarga juga datang dengan membawa aksesoris sebagai seserahan untuk Jamia.
Adit dan Jamia juga mengundang teman-teman dekat di sekelilingnya yang sering berkumpul bareng. Zafia hanya memandang sekitar dengan bosan, karena dua sepupunya yang lain tidak ikut datang.
“Adit!” seru Jamia menahan senyum-nya ketika Adit duduk di depan-nya memakai kemeja hitam pendek, juga wajah putihnya yang terlihat menawan.
“Jamia,” panggil Adit yang sedikit salah tingkah, ketika melihat gadis dewasa pujaan hati-nya yang begitu cantik memakai gamis hitam dan hijab putihnya.
Zafia merasa waktu berjalan dengan begitu cepat, acara lamaran secara resmi pada calon kakak iparnya sudah digelar hari ini. Ia merasa sedih, karena waktu bersama Adit akan semakin singkat. Tanpa Adit di rumah, ia akan merasa kesepian karena kakak yang selalu mengajaknya bicara lebih dulu akan pisah rumah dan membina rumah tangganya. Setetes air mata hampir jatuh meluruh pada pipi-nya, jika saja ia tidak langsung menyekanya.
“Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.” Tamu keluarga besar yang ada di sana menjawab, membuat Ayah melanjutkan ucapannya.
“Wa'alaikumussalam warrah matullahi wabarokatuh.”
Ayah tersenyum melirik sekilas tamu yang hadir di dalam ruangan pribadi restoran, senyum-nya yang wibawa menjadi pusat perhatian di sana untuk memulai prosesi acara lamaran. Adit yang berdiri di samping Bundanya tampak begitu gugup, di sebelah kanan dekat calon besan-nya ada Jamia yang menunduk dalam diam mendengarkan.
“Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wataa'ala yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang diberikan kepada kita semua, sehingga dapat bertemu untuk bersilaturrahmi pada hari yang berbahagia ini dalam keadaan sehat wal'afiat.”
Ayah sedikit membungkuk untuk menghormati keluarga calon menantu-nya dan tersenyum menyapa berdiri di tengah-tengah, sebagian tamu yang hadir di sana juga tengah menunggu. Zafia sendiri menggerutu dalam hati dengan kesal, karena ia sudah mengantuk dan malas sekali untuk mendengarkannya.
“Tinggal bilang 'mau lamar anak bapak', apa susahnya sih? Pake intro segala lagi, boros kata banget!” sungutnya dalam hati.
“Selamat siang Bapak dan Ibu serta segenap keluarga yang kita hormati. Terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada keluarga, karena menerima kami sekeluarga dengan baik. Izinkan saya agar bisa menyampaikan tutur kata untuk mewakili Aditia Kanza Rahman—anak sulung kami secara resmi menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan kami hari ini.”
Bunda bersandar pada bahu Adit, menatap haru pada anak laki-lakinya yang sudah tumbuh dewasa begitu cepat dan akan membangun rumah tangganya.
“Pada hari ini, kami hadir di tengah-tengah keluarga Bapak dan Ibu—yang tiada lain dalam rangka silaturrahmi untuk bisa saling mengenal satu sama lain agar lebih dekat. Maka dari itu, izinkan kami mewakili anak sulung kami yang sudah cukup mengenal anak bapak dalam empat bulan ini demi menyampaikan niat tulus untuk melamar putri Bapak dan Ibu sebagai wujud kesungguhan kami.”
Ayah melirik Adit dan Jamia secara bergantian. “Mudah-mudahan Bapak dan Ibu berkenan untuk meridhoi niat anak sulung kami dengan menerima lamaran ini. Hanya ini yang mungkin saya sampaikan kepada Bapak dan Ibu sambil menunggu sambutan dari Bapak—Ibu bersama menjawab lamaran anak sulung kami. Tidak lupa kami sekeluarga mohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang kurang berkenan dalam menyampaikan tujuan yang mulia ini. Trima kasih, wassalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Teen FictionSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...