“Kita gak pergi kemana-mana nih awal tahun baru?” tanya Kayra dengan nada merajuk.
Zafia melirik sekilas. “Gak, udah paling nyaman di rumah aja.”
“Gak enak banget, masa liburan tahun baru cuman di rumah doang, sih,” keluh Kayra dengan nada mengeluh.
Bunda jahil mengusap kepala Kayra. “Kalau mau jalan-jalan, pergi sendiri aja sana. Naik motor Bunda, kalau kamu bisa bawa motornya, hehehe.”
“Lagi apa yang kamu harapin sih, Ra, cuman berganti hari aja ko. Selebihnya balik lagi ke aktivitas masing-masing,” lanjut Bunda sambil memakan cemilan kripik singkongnya.
Ayah menyerahkan selembar uang seratus ribu rupiah pada Zafia. “Ajak yang lain jajan sana, Fi. Nanti kalau kurang, ayah tambahin lagi.”
“Kak Ria, kita jalan-jalan beli jajanan, yuk!” panggil Kayra berusaha membujuk kakak sepupunya.
“Nanti dulu!”
Ria yang sibuk mengerjakan skripsi di tengah-tengah kedua adik sepupunya menyahut dengan sarkas, ia sedang malas bergabung dalam obrolan kedua adik sepupunya dan sejak tadi hanya menyimak, karena Ria sedang fokus pada laptopnya. Seharusnya liburan tahun baru ini ia habiskan untuk jalan-jalan, tapi sekarang waktu liburannya malah dipakai untuk menyelesaikan skripsi dan segala macamnya.
“Ria gak keberisikan kerjain tugas di sini? Ara sama Fia berisik banget loh, kalau berantem,” tegur Bunda.
Ria menggeleng pelan. “Enggak, Bunda— justru kalau sepi Ria malah ngantuk, jadi harus rame begini tapi konsentrasi Ria gak keganggu ko.”
“Bisa-bisanya konsentrasi ngerjain tugas di tengah hiruk pikuk-nya aku sama Fia!” cibir Kayra dengan gelengan kepala.
Ria memutar kedua bola matanya malas dan kembali fokus pada layar laptopnya. Cara belajarnya orang-orang itu berbeda, kalau Ria sendiri lebih suka belajar di waktu kapanpun, asal tidak sendirian atau sepi. Zafia selalu belajar di sore hari, sedangkan Kayra setiap menjelang larut malam saat semua orang sudah tidur.
“Itu mah lo-nya aja yang bego, makanya gak konsentrasi belajar kayak gimana juga!” sungut Zafia dengan nada kesal.
Kayra memberikan protes dengan alis menyatu. “Fia kalau kesal sama Kak Ria, jangan jadi gue yang diomelin terus dong! Kenapa, sih? Datar banget sih lo, Fi.”
Zafia bungkam seribu bahasa, ia mengalihkan pandangan ke bawah saat menjadi pusat perhatian orang rumah di ruang tengah. Ria tidak bisa mengantar beli jajanan di luar, lalu Kayra yang banyak bicara malah membuatnya pusing. Wajar saja, kan, jika ia ingin dimengerti oleh semua orang untuk keinginannya sendiri.
“Seharusnya yang marah sama Kak Ria itu gue, kenapa jadi lo yang ikutan marah sama Kak Ria!” Zafia memberikan jarak dari posisi duduknya.
“Bacot!” Zafia balas membungkam Zafia.
Bunda, Ayah dan Ria hanya menggelengkan kepala sambil mengembuskan napas dalam-nya yang sedikit menyesakan dada. Ria sangat paham atas sikap Zafia yang memang sedikit egois dan Kayra sendiri jika kesabarannya sudah habis mengeluarkan semua keluhan lewat nada bicaranya.
“Adek dari pada ribut terus, mending siapin sepatu sekolah, tas yang mau di pakai minggu depan deh,” tukas Bunda mencairkan suasana yang sedikit menegang.
Zafia menukas. “Gak, ah! Masih lama ini masuk sekolahnya. Masih bisa besok siapin semuanya!”
Bunda mengalihkan pandangan, Ayah hanya melirik sekilas tanpa peduli bagaimana sikap anak bungsunya yang sedang menyebalkan itu, ia lelah membujuki segala macam keinginan Zafia. Gadis itu keras kepala, menuruni sikap sang istri dan sikap egois-nya entah menuruni sikap siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Dla nastolatkówSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...