31. Pantang Menyerah

10 4 0
                                    

“Assalamualaikum, Bang Adit!” sapa Ipul dengan napas terengah, kelelahan mengendarai sepeda hitam-nya.

Adit menoleh sekilas. “Wa'alaikumussalam. Ngapain lo?”

“Fia ada, Bang?” tanya Ipul.

Adit mengangguk, namun menahan tangan Ipul sehingga remaja laki-laki muda di depannya ini berhenti sejenak dan mengajaknya duduk di gazebo sambil menikmati jus jeruk di siang hari.

“Lo apain adek gue, Rik?” tegur Adit dengan tatapan menyelidik.

Ipul menggeleng panik. “Gak gue apa-apain, Bang. Ada sedikit kesalahpahaman aja di sekolah sama Fia, nah makanya gue mau selesain masalah ini sama adek lo.”

“Beneran? Sampe adek gue nangis, gue gak izinin lo main lagi ke sini!” cetus Adit sedikit memberinya ancaman.

“Astagfirullah, ini makanya gue mau lurusin masalahnya, Bang.” Ipul beranjak dari duduknya. “Gue ke dalam dulu!”

Adit membiarkan Ipul masuk ke dalam rumahnya, di dalam sana Zafia ada di ruang tengah sambil menonton televisi kartun upin dan ipin. Gadis pendiam itu sama sekali tidak bisa ditebak apa kesukaan dan hobi-nya, Adit juga heran sekarang banyak anak dewasa yang malah menonton upin dan ipin sampai memberikan shiper sendiri dengan tokoh Jarjit yang katanya suka dengan Susanti atau Mail—si penjual ayam goreng suka pada Meimei, sepertinya di twitter pun juga ramai meme-meme yang beredar.

“Fi, gue mau langsung ke intinya! Plis dengerin gue dulu.” Ipul membuat Zafia menoleh sekilas dengan wajah sinisnya.

“Matiin dulu tv nya, biar lo fokus dengerin gue jelasin sebentar aja,” pinta Ipul yang langsung dituruti oleh Zafia.

“Cepetan!”

Ipul membuka galeri foto bagian folder kumpulan screenshot tugas atau informasi yang penting, menunjukan update-an dari akun si pelaku pada Zafia. Di sana followers dari akun si pelaku sudah hampir ratusan yang mengikuti, sedangkan akun milik Ipul hanya mencapai 50-an pengikut dan hanya teman-teman dekat saja yang mengikuti.

“Itu jelas bukan akun gue! Lo sendiri tau, Fi—gue itu orangnya kayak gimana. Gue kalau suka ya suka, kalau gak ya gak! Jujur demi apapun gue gak ada perasaan spesial sama lo sebagai pasangan gue, selain cuman perasaan nyaman sebagai sahabat gue.” Ipul menjelaskan panjang lebar pada gadis itu dengan wajah serius.

Zafia mengangguk pelan, mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Ia masih belum percaya, apalagi selama ini gadis itu sering kali bercerita pada Ipul yang termasuk rahasianya juga. Mengingat bagaimana marahnya Saka tadi pagi, membuat Zafia berpesan pada dirinya sendiri untuk tidak bercerita apapun lagi pada orang yang tidak tepat.

“Rahasia Saka, itu beneran lo yang sebar?” tanya Zafia.

Ipul menggelengkan kepala. “Gue bilang berapa kali, sih? Bukan gue yang sebar, tapi ini ada oknum yang mungkin gak sengaja atau sengaja dengerin gue sama Saka lagi cerita tentang lo dan akhirnya disebarin pake akun asli-nya tapi nyamar jadi gue, terus pake nama panggilan gue.”

“Gue takut sama lo, takut gak bisa dipercaya omongannya!” tukas Zafia dengan nada ketus.

Laki-laki yang duduk di sampingnya itu kembali mengutak-atik ponselnya dan membuka profil twitter yang asli miliknya, kemudian Zafia membuka akun twitter si pelaku-nya. Ipul memegang dua ponsel tersebut untuk mengamati setiap nama dan kapan akun itu dibuat.

“Ini jelas bukan akun twitter gue, sedangkan akun gue yang asli aja followersnya itu baru ada 45 pengikut. Gue baru bikin akun twitter lagi waktu bulan november, setelah ada yang hack akun gue yang lama dan gak mungkin juga followers gue langsung ratusan kayak gitu!”

Unperfect Love (The Boyz) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang