Hari sabtu adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh semua murid, karena pengambilan rapot dan setelahnya diberikan waktu liburan akhir tahun selama dua minggu. Di ruang kelas saat ini semua wali kelas sedang sibuk, ramai wali murid yang datang untuk mengambil rapot anak-anaknya.
Saat ini Zafia dan empat temannya yang lain berada di tribun lapangan, duduk di tempat paling pojok posisi atas tribun agar terhindar dari panasnya matahari pagi ini. Zafia duduk di samping Atikah, Amalia duduk sejajar dengan Nabila dan Diva di tengah-tengah. Gadis itu mendengarkan setiap seruan dari teman-temannya untuk rencana menghabiskan waktu liburan akhir tahun nanti.
“Gue seneng banget, akhirnya dua minggu ke depan bakal libur panjang,” seru Diva.
Nabila bertanya. “Kalian semua biasanya kemana kalau lagi liburan sekolah?”
“Di rumah aja, gak kemana-mana,” jawab Zafia.
Amalia ikut nimbrung. “Pulang kampung, main ke rumah mbah uti.”
“Gue jalan-jalan ke Surabaya sama Ibu dan Ayah.” Diva menimpali dengan wajah bangga.
Nabila memukul telapak tangan Atikah. “Lo pergi kemana, Tik?”
“Hah?” Atikah meliriknya dengan wajah memelas. “Main sama Adek aja sih di rumah, kayak biasa aja.”
Zafia balik bertanya pada Nabila. “Lo kemana, Bil?”
“Cari informasi dari kampus lain buat masuk kuliah kalau udah lulus nanti,” jawab Nabila membuat empatnya yang lain terdiam.
“Teman kita yang satu ini, anak yang paling ambisius. Liburannya sangat berfaedah,” seru Diva, ia bertepuk tangan sendiri untuk Nabila.
“Persiapan aja kalau buat tes sbmptn nanti, jadi belajar dari sekarang. Kalian juga belajarlah!” tambah Nabila.
Amalia yang hidup segan mati tak mau, menukas dengan santai. “Lulus gue mau langsung nikah aja.”
“Huuu...” Dengan kompak empat yang lain-nya menjitak ubun-ubun Amalia sambil mencibirnya dengan sorakan.
“Sakit, woi! Gak berperikemanusiaan banget sih kalian semua.” Amalia mengusap kepalanya dengan kesal.
Drrt...
Getaran di dalam saku celana kulot abu-abu yang dipakai Zafia, membuat gadis itu langsung mengecek notifikasi chat dari Bunda. Tapi, bukannya membuka pesan Bundanya lebih dulu, ia malah membuka chat room nya dengan Lula.
Tralala 🎵
Fi, sini ke depan kelas lo dulu.
Ada Rafa nih, gc!“Fia, mau kemana lo?” teriak Diva.
“Di panggil Bunda!”
Zafia menjawab tanpa mengalihkan fokus dari ponselnya. Otomatis ibu jari milik Zafia bergerak cepat membalas pesan dari Lula, langkahnya semakin tergesa-gesa hanya untuk melihat Rafa di depan kelasnya.
Tungguin gue, La!
Jangan pulang dulu.Tepat sampai di depan kelas 12 IPS 3, Zafia melihat Lula yang sedang berbincang pada Rafa di depan ruang komputer yang berhadapan dengan gedung khusus kelas IPS. Rafa dengan pakaian kaos di dalam dibalut cardigan hitam sebagai pakaian luaran lengkap celana pendek selutut berwarna hitam terlihat sangat menawan di matanya.
Zafia menarik dan mengembuskan napasnya perlahan, berusaha untuk tidak gugup saat menyapa keduanya. Rafa setampan itu dimatanya, membuat detak jantungnya berdegup dengan cepat dan ia sedang berusaha mengatur ekspreksinya yang gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Teen FictionSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...