|6. Hadiah

18 4 0
                                    

Pagi hari yang cerah, Zafia sedang berjalan menuju kelas Saka untuk bertemu Lula. Ipul dan Devi juga belum datang, ia malas untuk bergabung dengan teman-teman sekelasnya yang kemarin terlibat atas kemarahan Ipul. Dan Saka, temannya yang satu itu tengah sibuk bermain game mobil legend bersama Panji dan kawan-kawan yang lainnya di belakang kelas.

"Lulu, gue mau tanya sama lo deh." saat Lula mengangguk, Zafia berbisik sesuatu. "Hari ini ulang tahunnya Rafa, kan?"

Lula yang memang berteman sejak kecil dengan Rafa mengangguk. "Iya, tanggal 28 Juli sekarang. Masih hapal aja lo."

"Ya gimana lagi, gue kan emang suka sama dia."

Gadis dengan tubuh gempal itu memberikan isyarat untuk diam, karena seseorang yang tengah mereka bicarakan masuk ke dalam kelas dan meletakan tas punggung biru dongkernya di tempat duduk barisan ke tiga nomor dua.

"Hai, Fia," sapa Rafa yang melambaikan tangan kirinya ke arah Zafia saat hendak duduk di kursinya.

"Hai, Rafa." Zafia membalas sapaannya, alih-alih degup jantungnya berdetak begitu cepat.

Setelah menyapanya, gadis itu memalingkan wajah ke samping Lula untuk membuang rasa saling tingkahnya saat dekat dengan Rafa. Lula itu selalu ada ditengah-tengah antara Zafia dan Rafa untuk mencairkan suasana dengan tujuan agar Zafia bisa mendekatkan diri juga dengan teman kecilnya itu.

"Raf, lo punya banyak drakor kan?" tanya Lula.

Zafia agak waspada saat Lula mulai mencairkan suasana diantara kecanggungan yang tengah ia rasakan saat bersama Rafa, padahal laki-laki itu terlihat biasa saja saat menanggapi-nya sebagai teman yang dulu pernah satu kelas dengannya saat kelas sepuluh semester satu.

"Bukan gue yang punya drakor, tapi teteh Inun yang punya. Emangnya kenapa, La?"

"Ini si Fia, mau minta drama its okay not to be okay." Lula menunjuk Zafia yang terlihat agak terkejut, kedua mata bulat besar miliknya masih melirik Rafa.

"Ooh, kamu mau minta Fi? Mumpung aku bawa laptop teteh Inun, siapa tau masih ada."

Dengan sangat terpaksa, Zafia mengangguk kikuk namun berusaha untuk tidak terlihat begitu gugup di depan Rafa. Anak laki-laki yang tengah mengeluarkan laptop dari dalam tas biru kesayangannya itu juga tidak tahu, kenapa ia bisa berkata 'aku dan kamu' hanya pada Zafia selama hampir tiga tahun berteman.

"Kamu bawa flashdisk enggak? Sini aku copy-in."

"I... Ini, maaf ya ngerepotin kamu." Zafia meletakan flashdisk khusus mv-mv idol korea favoritnya di samping laptop Rafa.

"Enggak ngerepotin, ko. Cuman gini aja masa ngerepotin, sih. Tunggu sebentar,ya."
"Iya, Raf."

Alih-alih Rafa yang tengah mengutak-atik layar laptop milik teteh Ainun itu. Zafia melirik Lula sekilas dengan tatapan protes, sedangkan gadis itu hanya tersenyum puas dan menyenggol sikut Zafia. "Jarang-jarang bisa ngobrol bareng gini kan sama Rafa Ini kesempatan lah."

"Gak gitu juga, Lulu! Gue malu."

"Gpp, kan biar lo gak diem-dieman aja pas ketemu dia gini."

Zafia dan Lula yang hendak melanjutkan acara bisik membisik itu teralihkan, ketika Rafa berbalik ke belakang-dimana itu adalah tempat duduk Lula dan memberikan flashdisk hitam milik Zafia di tangan gadis itu.

"Ini, udah selesai full episode sampai 16. Kalau mau drama korea lagi minta aja sama aku, setiap hari aku bawa laptop ko."

"Makasih ya, Rafa."

"Sama-sama, Fi."

"Eh iya, Lu, Raf, aku balik ke kelas dulu ya. Belum piket soalnya, dadah."

Zafia beranjak dari tempat duduknya dengan tergesa, ia tidak sanggup berada di sini. Detak jantungnya terlalu cepat, ketika Rafa berbicara padanya. Bahkan, ia tidak sempat berpamitan pada Saka untuk keluar dari kelasnya. Rafa dan Lula hanya kebingungan saat melihat tingkah laku Zafia yang tiba-tiba saja seperti orang kebelet buang air kecil.

Unperfect Love (The Boyz) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang