Di ujung kantin terlihat empat orang berlawanan jenis sedang sibuk dengan dunianya masing-masing. Ipul yang bermain game di ponselnya, Rafa sibuk berkutat dengan buku bahasa indonesianya, lalu Lula yang sejak tadi sibuk memakan cemilan dan Zafia hanya menatap bosan atas situasinya.
"Halo, ges!" sapa Saka, memecahkan keheningan di antara mereka. "Akhirnya, TO3 udah selesai juga."
Ipul melirik sinis. "Iya, kelar! Habis itu tugas praktek numpuk dah."
"Gak usah diingetin juga," sahut Zafia menyikut perut Ipul.
Lula menjitak dahi Ipul. "Tau lo, ah."
"Sakit, anjir!" sungut Ipul.
Rafa hanya mendengus tanpa peduli pada yang lain-nya, lalu menutup buku paket nya. Hari ini ia sangat lelah, apalagi mendengar informasi dari Bibi Jumi bahwa Ibu dan Ayahnya bertengkar lagi.
Entah permasalahan apa Rafa juga tidak mengerti, ia hanya tau masalah perekonomian keluarga yang biasanya selalu menjadi pemicu pertengkaran Ibu dan Ayahnya."Fi, gue pinjam pulpen lo dong," celetuk Saka tiba-tiba.
"Ini." Zafia mengeluarkan pulpen dari resleting paling kecil dibagian depan tas-nya.
Saka pura-pura sibuk menulis di bagian belakang buku milik Rafa yang masih kosong. Dirinya memang sudah tidak canggung sejak kejadian itu, tapi Zafia yang justru menyikapinya dengan sedikit kaku meski tampak depan gadis itu tetap terlihat biasa saja pada-nya. Ipul melirik jahil pada Saka yang terlihat kebingungan untuk menegur Zafia atau tidak.
'Susah banget ditebak ekspreksinya, anjir!' Saka terus mengumpat kesal dalam hatinya.
"Kalian udah baikan?" Saka menoleh ke arah Lula yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan.
Saka menggeleng pelan. "Apaan deh, kan itu cuman hoaks! Biasa aja ko gue."
"Gue juga biasa aja, itu cuman hoaks ko." Zafia menyahut dengan tenang.
"Syukur atuh, gue kira gara-gara si Panjul itu-lo sama Fia jadi canggung," balas Lula.
Ipul menambahi. "Panji di percaya, dia tuh cuman cari keributan dimana-mana tau! Kelas 11 aja bawa roko samsu sebungkus, mana teman sebangkunya difitnah."
"Julid banget lo, ngomongin orang mulu sih! Sayang pahala lo tau."
Otomatis dalam sekejap Ipul bungkam dan mendapat cibiran dari teman-teman di sekitarnya, ketika Rafa menasihatinya seperti itu.
"Hahaha, nasehatin aja, Raf! Erik emang suka gitu. Aku suka gak tahan dengerin dia julidin orang!" Zafia mencibir sambil tertawa kalem.
Rafa hanya menjitak dahi Ipul. "Insaf lo, Pul."
"Bacot!"
Hanya dengan satu kata umpatan seperti itu, Ipul mampu membuat empat teman nya yang lain jadi bungkam dan masih menahan tawanya. Wajah Ipul saat marah benar-benar sangat lucu, alis yang menyatu dan kedua ujung telinganya yang terlihat memerah atas rasa marahnya.
***
Di ruang tengah dengan tubuh miring dan telapak tangan dijadikan sandaran kepala Zafia berada di sana sambil menonton kartun favorit upin dan ipin. Adit meluruskan kedua kaki mulusnya di lantai, karena telapak tangan kanannya lelah Zafia membiarkan kepalanya bersandar di atas tulang kering Adit dan menjadikannya guling kecil sambil mengusap betisnya.
"Usap-usap, Dek."
Zafia mendengus. "Dasar bujang lapuk! Malah keenakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Teen FictionSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...