Adit, Akbar, Rama dan Arya baru saja selesai membakar sepuluh jagung untuk makan-makan di atas rooftop, sebelum melihat kembang api cantik sebagai perayaan menyambut tahun baru. Sedangkan Zafia, Ria dan Kayra menunggu hidangan siap di sisi sofa bantal besar yang melingkar di sekitar meja.
“Jagung bakarnya udah siap, guys!” seru Adit kemudian meletakan nampan besar berisi sepuluh jagung bakar itu di atas meja.
Akbar dan Arya mengoper tiga wadah berisi saus pedas, saus tomat dan mayonaise di atas meja. Rama turun ke bawah untuk mengambil pesanan satu box pizza hut-nya, lalu Zafia ikut serta menyiapkan banyak gelas dan Kayra membawa teko besar sirup melon marjan di samping nampan tersebut, harumnya jagung bakar membuat banyak tangan berkumpul di tengah-tengah meja.
“Enak banget, kayak udah lama banget aku gak liat jagung bakar,” seru Kayra disela mengunyah makanannya.
Adit menyahut. “Jagung bakar paling banyak di daerah puncak, makanya jalan-jalan ke sana.”
“Emang kakak sering jalan-jalan ke puncak?” timpal Bunda.
“Hehehe, jarang, Bun. Kan Adit sibuk,” tukas Adit dengan cengiran bodohnya.
Sontak semua orang yang ada di atas rooftop menyoraki Adit sampai laki-laki itu tersenyum malu. Suasana di rooftop dalam keadaan yang ramai, karena sedang menikmati jagung bakar sambil menyalakan musik secara random untuk semakin meramaikan malam tahun baru ini. Komplek rumahnya juga terlihat banyak mobil dan taman di depan rumahnya ada saudara para tetangga yang sedang berkunjung di bawah sana.
“Kamu gimana sih, Dit! Kamu sendiri yang ngomong kayak gitu ke Ara—malah sendirinya gak jalan-jalan ke Puncak,” sambung Hana.
Adit mengalungi lengannya di atas leher Hana. “Kamu kodein aku ya? Kamu mau ke sana juga, kan? Bilang aja sama aku, Han.”
“Apaan, sih! Gak ada aku kasih kode ke kamu,” lontar Hana yang dijebak oleh Adit agar malu.
Bunda mengusap bahu Hana. “Kalau cowoknya peka mah, ngapain harus di kasih kode ya, Nak.”
“Iya, Bunda,” ucap Hana berbisik pelan.
Zafia melirik tidak peduli pada Adit yang hari ini terlihat sangat bersikap manis di depan kekasihnya, ia agak kesal atas kehadiran Hana. Seharusnya malam jam sembilan ini ia jalan-jalan sebentar dengan Adit sambil membeli petasan besar untuk dinyalakan nanti malam, tapi ternyata tanpa sepengetahuannya Adit sudah beli duluan saat menjemput Hana tadi.
“Tahun baru, harusnya semua baru. Yuk, bisa, tahun baru ada kemajuan baru juga,” seru Arya memecahkan keheningan yang terjadi beberapa saat.
“Ayah, Fia dikasih izin pacaran?” tanya Rama, melirik Ayah sekilas.
Akbar melirik sekilas. “Buat Fia, mungkin ada yang nembak jadi pacarnya tahun depan.”
“Lo aja belum punya pacar, doain adek gue punya pacar!” cetus Adit memberikan pukulan di bahu teman dekatnya.
Zafia dan yang lain tertawa, tersisa tiga jagung bakar di atas nampan. Seperti biasa yang di lakukan laki-laki dewasa pada umumnya, setelah makan dan minum adalah merokok untuk mengusir rasa pahit atau asam jika tidak menghisap bahan tembakau itu saat sedang berkumpul seperti ini.
“Dit, Bunda sama Ayah mau ke bawah dulu. Nanti bekas makan-makan semuanya, tolong dirapiin ya.” Bunda memberikan pesan sebelum turun ke lantai bawah.
“Bunda gak mau liat kembang api?” tanya Adit memastikan.
“Bunda gak tau, Dit. Liat nanti aja, semoga Bunda gak tidur.”
Zafia di ujung sofa bantal besar tadi berbisik pelan pada sepupu-sepupunya sambil sesekali melirik ke arah Adit dan ketiga temannya itu.
“Kita nongkrong di gazebo depan aja, jangan di sini! Nanti disuruh-suruh sama mereka. Sebelum itu kita harus cepat turun ke bawah, sekarang juga! Air dingin punya Kak Adit udah habis—takutnya keburu disuruh sama dia.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect Love (The Boyz)
Teen FictionSaka-lelaki sejati yang setia dengan hati yang begitu sabarnya memperjuangkan seluruh hidupnya hanya untuk cinta pertama dalam hidupnya yaitu Zafia. Lalu, Zafia-gadis dengan sejuta misteri pada hatinya yang begitu tertutup pada sosok laki-laki yang...