21. Cinta Lama Bersemi Kembali

15 5 0
                                    

“Masa gue suka lagi sih sama Fia?”

Saka bermonolog di dalam hatinya sambil mengamati sebuah foto candid Zafia yang ia ambil diam-diam di lapangan sekolah melalui ponsel dalam genggamannya. Suasana kelas tidak begitu ramai, jadi ia bisa menyendiri sejenak di paling ujung belakang kelas. Hanya ada beberapa anak laki-laki yang sedang main game di depan papan tulis.

Setelah berusaha menemukan kesalahan dirinya selama ini, akhirnya Saka mendapat jawaban dari perasaannya sendiri. Di sisi lain ia merasa menjadi laki-laki yang paling jahat di dunia karena salah mengartikan Gita dalam hidupnya. Saka melupakan satu fakta bahwa selama ini ia menjalin hubungan dengan Gita hanya sebagai pengalihan untuk berusaha melupakan Zafia, maka dari itu saat Gita menyatakan perasaan-nya, Saka menerima.

“Bener kata Ipul, ternyata gue berengsek.” Saka membatin, ia mengakui itu semua.

Saka baru sadar bahwa perasaan nyaman-nya saat bersama Gita hanya seperti teman dekat biasa yang selalu datang saat ia butuh, bukan perasaan yang benar-benar mencintai pasangannya dengan tulus. Usahanya selama ini untuk melupakan Zafia ternyata gagal total, ketika perasaannya sedih karena jauh dari perempuan yang ia cintai selalu datang, setiap kali Gita tidak ada di sampingnya.

Bertahun-tahun Saka selalu berusaha untuk mencintai Gita dan menganggap gadis itu sebagai sosok pasangan setia dalam hidupnya, tapi tidak kunjung berhasil. Lagi dan lagi, isi kepalanya selalu dipenuhi akan sosok Zafia. Sudah tiga tahun lamanya ia menjalin hubungan dengan Gita hanya untuk mengalihkan rasa sepi dan sakitnya selama ini.

Jika boleh jujur, Saka sangat cemburu pada Ipul yang begitu dekat dengan Zafia meski status keduanya hanyalah sahabat hingga sampai saat ini. Melihat Zafia yang tertawa begitu lepas, karena celana abu-abunya yang sobek selalu terekam dalam memori otaknya dengan jelas. Ia selalu berada di kelas Ipul beberapa minggu ini hanya karena ingin melihat Zafia dari kejauhan.

“Sekarang tugas gue harus pilih diantara keduanya.”

Saka mengangguk, menyetujui perkataan hatinya sendiri. Ia memasukan ponsel di saku celananya, beranjak dari tempat duduk dan melangkah menuju kelas Ipul untuk memastikan sekali lagi perasaannya pada Zafia.

“Eh, Sak, mau kemana lo?” sapa Panji.

Saka agak terkejut, ketika mendapati sosok Panji ada di belakang kursinya. Ia berharap bahwa Panji tidak melihat foto Zafia tadi, Saka berusaha tenang dan tersenyum. Tapi sepertinya Panji sedang fokus memainkan ponselnya, jadi ia tidak perlu khawatir.

“Ke kelasnya Ipul, mau ambil dompet ketinggalan di sana.”

Panji mengangguk acuh, selepas kepergian-nya ia menyeringai singkat sambil fokus pada ponsel dalam genggamannya.

Di dalam kelas 12 IPS 2, Saka melangkah menuju tempat duduk Ipul. Laki-laki itu sedang sibuk dengan ponselnya sambil menyandarkan punggung di tembok paling ujung kelas, sampai tidak menyadari bahwa Saka sudah duduk di depannya. Tangan kanan-nya mengetuk pelan meja Ipul agar fokusnya teralihkan.

“Ngapa lo?” tanya Ipul, lalu merubah posisi duduknya agar berhadapan dengan Saka.

“Fia mana?” Saka balik bertanya dengan santai.

Ipul terkejut, berbisik pelan pada Saka. “Anjir, ngapain lo nanyain Fia?”

“Ayok, ikut gue sebentar!”

Saka menarik bahu Ipul secara paksa, mengajak laki-laki itu untuk ke tribun sekolah agar bisa membicarakan sesuatu yang sangat penting ini untuknya. Ipul hanya menurut, saat sudah di tribun yang diteduhi atap itu ia melepaskan rangkulannya.

“Ngapain sih, Sak? Ngomong di kelas aja, sih.” Ipul merasa penasaran dan duduk di sampingnya.

“Gue suka lagi sama Fia, gue gagal selama ini buat move on dari dia.” Saka membantu rasa penasarannya.

Unperfect Love (The Boyz) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang