[S1] - 06 | Flashback: Piring Cantik

95 8 232
                                    

"Jai, ayo kita menikah?" ajak Arzoo.

Jai tampak terkejut; mata tajamnya membulat. "Sekarang?"

"Tidak, Diwali tahun depan," balas Arzoo datar.

"Oh."

"Tentu saja sekarang, Jai!" Arzoo mengepalkan tangannya geregetan. "Seperti kak Rhea dan kak Rishi, kita menikah dadakan di pengadilan langsung tanpa persiapan. Bagaimana? Mau, ya?"

Jai hanya diam. Matanya berkedip-kedip cepat tanpa mau menatap Arzoo.

"Jai, ini sudah berapa kali aku melamarmu? Dua belas kali! Seharusnya aku dapat hadiah piring cantik, tapi bukannya piring cantik atau gelas tampan, aku malah mendapat hadiah berupa kau yang selalu seperti ketakutan setiap aku membahas soal pernikahan. Apa sebenarnya maumu, Jai? Kita terus pacaran sepanjang masa, begitu?"

Jai malah terkekeh. "Jadi, kau mau piring cantik atau menikah denganku?"

Arzoo melotot. "MENIKAHI PIRING CANTIK!" semprotnya tajam, lalu melengos membelakangi Jai.

"Arzoo, bukannya aku tidak mau menikah, aku hanya---"

"Hanya apa, ha?" Arzoo berbalik kembali menghadap Jai. "Kau tahu, tidak? Kak Rishi dan kak Rhea selalu romantis-romantisan di depanku setiap hari! Mau berangkat kerja, kak Rishi akan berpamitan sampai satu jam lamanya seperti orang mau pergi perang. Lalu setiap malam, mereka akan pergi jalan-jalan berdua, atau romantis-romantisan di depan TV sambil nonton film. Kau tahu aku jadi apa di sana? Yap! Pengusir nyamuk. Pengusir cicak. Pengusir kadal. Pengusir buaya. Apa saja. Rasanya, aku ingin pergi ke Mars dengan satelit yang dibuat di film Mission Mangal, biar tidak mati mengenaskan melihat adegan romantis secara live setiap harinya."

Jai tertawa melihat ekspresi Arzoo dan caranya bercerita yang sangat menggebu-gebu.

"Kenapa tertawa? Kau pikir itu lucu? Kau tidak tahu seberapa menderitanya diriku di sana? Mereka membuat planet mereka sendiri di rumah itu; makan suap-suapan, tidur berpelukan, memasak pun bersama-sama, bahkan kadang mandi juga! Sungguh, mulutku hampir berbusa menyaksikan itu setiap hari."

Jai terkekeh pelan. "Yang melihat mata atau mulutmu? Kenapa jadi mulutmu yang berbusa?"

"Ah, itu kan sama saja! Pokoknya hidup kekasihmu ini sangat menyedihkan. Jadi, ayolah, Jai, kita menikah sekarang. Kita jadi pasangan paling romantis seplanet bumi dan kalahkan pasangan Rishi dan Rhea yang menyebalkan itu. Mau, ya ...? Ya ...?"

"Ehmm---" Bola mata Jai berkeliaran ke mana saja asal tidak menatap Arzoo, padahal mereka duduk berhadapan. "Kau tahu Rishi tidur berpelukan? Kau mengintip mereka, ya?" tebaknya untuk mengalihkan bahasan. Gadis yang lumayan pikun itu pasti akan langsung lupa.

"Tidak. Meraka kadang ketiduran di depan TV, saling menyandar," jelas Arzoo.

"Baguslah kalau begitu. Jangan pernah mengintip, ya? Itu tidak baik," tutur Jai.

"Iya, iya. Mana mungkin aku mengintip? Mau masuk ke kamar Kakak saja sekarang aku ketuk pintu dulu,...."

"Piring cantik," gumam Jai seraya mengusap setitik air di pelupuk matanya.

Ia kemudian tersenyum ketika mengingat momen yang terjadi sekitar dua bulan lalu itu. Arzoo yang selalu bertingkah konyol, bicara tanpa henti, melamarnya berkali-kali, dan selalu terlihat ceria apa pun yang terjadi, semua itu membuat Jai sangat merindukan sosoknya saat ini.

"Maafkan aku, Arzoo ..." lirihnya.

Sungguh, Jai juga tidak bermaksud terus menghindar dari yang namanya pernikahan. Dia terpaksa, itulah kebenarannya.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang