[S1] - 14 | Akhirnya Bertemu

74 6 286
                                    

"Oke, kalian lanjutkan makannya, ya. Aku pergi dulu," pamit Rajveer.

Dalam hati, ingin sekali Heena melarang, tapi dia tak punya kuasa apa-apa untuk itu.

"Iya, hati-hati, ya, Pak," balas Arzoo ramah.

Rajveer mengangguk sambil melempar senyum pada Arzoo. Menyaksikan itu, perasaan Heena jadi tidak enak. Ada apa dengan mereka? Tingkahnya seperti sepasang kakasih saja.

Setelah Rajveer tidak ada lagi di situ, Heena langsung bertanya dengan sangat tidak sabar, "Ada apa di antara kalian berdua?"

Arzoo tersenyum lebar, sebelum akhirnya berkata, "Kalian tahu? Pak Rajveer ternyata adalah mantannya kak Rhea," katanya bangga.

Heena terbatuk-batuk, minuman yang ada di mulutnya seketika menyembur keluar. "Man-tan? Mantan pacar maksudmu?"

Arzoo mengangguk dengan semangat. "Kau pernah menyuruhku caritahu tipe gadis yang Pak Rajveer suka 'kan, Heena? Sekarang aku tahu, tipe gadis yang Pak Rajveer suka seperti kak Rhea."

Heena langsung syok. Dia memegangi dadanya dengan mulut menganga. Rhea? Gadis seperti kakak Arzoo itu yang Rajveer suka? Bagaimana mungkin?

"Jadi ... apa aku harus berubah seperti kak Rhea biar Pak Rajveer suka padaku?" tanya Heena yang langsung diangguki Arzoo dan Samira.

"Ya. Kau harus mengurangi sifat lebaymu, suka cari masalah dengan orang lain, suka tebar pesona, cari perhatian, pokoknya kau harus jadi gadis yang sederhana, datar, dingin, dan tegas," tutur Samira sambil menahan tawa.

"Dan kau tidak boleh ber-make up tebal lagi, karena kakakku hanya berdandan sederhana, tapi itu sudah cukup membuat kak Rishi tergila-gila," tambah Arzoo.

"Tanpa make up, aku bisa mati, Arzoo," lirih Heena dengan memasang ekspresi menyedihkan.

"Demi Pak Rajveer ..." bisik Arzoo, kemudian tertawa dan diikuti Samira. "Bukankah dalam cinta butuh sedikit pengorbanan?"

Heena mendengus. Pengorbanan macam apa lagi yang dimaksud Arzoo? Dia sudah cukup berkorban, 2 tahun ini tidak pernah pacaran dengan pria mana pun karena fokus mengejar Rajveer. Apa itu bukan pengorbanan namanya?

"Sudah, Arzoo, jangan ganggu dia terus. Lebih baik sekarang ayo kita cari gaun untuk malam nanti," ajak Samira.

"Tidak!" tolak Arzoo. "Kalian pergi sendiri saja, ya? Aku titip."

"Baiklah." Samira langsung setuju, padahal Heena mau menolak. Tapi ya sudahlah, mereka juga akan belanja pakai uang Samira.

***

"Sonu, aku punya undang---loh, ke mana dia?" Zoya celingukan ke sekitar kursi pantai yang berjejer itu. Ke mana Sonu? Tadi kan rebahan malas di sana?

"Jangan-jangan dia pulang ke hotel? Keterlaluan sekali. Padahal aku dapat undangan untuk mengajaknya pergi ke pesta nanti malam." Zoya mendudukkan dirinya kembali sambil bersedekap dada.

Sekarang, apa yang akan dia lakukan di sini? Tahu akan begini, dia ikut Rajveer saja tadi, alih-alih pergi bersama buaya darat bernama Sonu itu.

"Aku benci kau, Sonu!" teriak Zoya. Ia kemudian menyandar di sandaran kursi pantai itu dan bermain ponsel.

Sementara di sebuah kafe di pinggiran pantai, Mahika tak henti-hentinya tersenyum memandang Sonu di hadapannya. Pria itu sangat manis. Dia mau mendengarkan setiap celotehannya dan merespons tanpa marah-marah seperti Jai. Seharusnya, ayahnya menjadikan Sonu saja sebagai bodyguard-nya, bukan Jai. Jai itu galak dan kejam, sedang Sonu sangat manis. Pria idaman para gadis. Mahika suka sekali.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang