Arshia berkaca-kaca menatap kedua orang tuanya. Bibirnya membentuk setengah lingkaran yang melengkung ke bawah, tepat beberapa detik setelah sang Ayah mengatakan mereka akan pindah rumah.
"Kenapa kita harus pindah, Ayah, Bunda? Aku kan sudah betah tinggal di sini. Aku bahkan baru kemarin bersahabat dengan Arshika, lalu kenapa kita harus pergi dari sini?" tanya Arshia hampir menangis.
"Sayang, kita memang harus pindah dari sini karena ... Ayah kerjanya juga pindah. Arshia tidak mau berpisah dengan Ayah, kan?" ujar Arzoo lembut.
"Tapi kenapa Ayah kerjanya harus pindah? Kenapa tidak di sini saja? Aku tidak mau pindah! Tidak mau!" teriak Arshia yang kini sudah benar-benar menangis.
Ketika dia sudah merasa nyaman berada di sini, mengapa kenyamanan itu harus direnggut? Dia ingin sekali punya keluarga besar, yang mana semua itu tak pernah terwujud. Tetapi ketika impiannya itu terwujud lewat Arshika dan para saudaranya, malah mereka mau dipisahkan?
Arzoo dan Jai saling menatap dengan rasa bersalah. Lagi-lagi mereka harus merenggut sesuatu dari putri mereka. Pertama kakak, sosok yang paling Arshia impikan dalam hidup, mereka renggut. Belum lagi keluarga besar seperti sepupu, bibi, paman, kakek, dan nenek, juga mereka tiadakan dalam hidup Arshia.
Memang benar, hidup dalam keadaan kabur-kaburan seperti ini sangatlah tidak mengenakkan. Jika keberadaan mereka saat ini diketahui, mereka hanya tidak ingin Ayahnya Mahika juga turut mendengar berita ini dan berakhir mereka ditangkap lagi, karena bagaimanapun masalah antara mereka dengan Ayah Mahika tak sepenuhnya selesai; ah lebih tepatnya sengaja tidak diselesaikan. Jika benar Ayah Mahika menemukan mereka, bagaimana dengan Arshia?
"Arshia ...."
"Tidak!" Arshia menangkal tangan Arzoo yang hendak menyentuh pipinya. Ketika detik berganti, anak itu langsung berlari keluar meninggalkan kedua orang tuanya di meja makan.
Sementara di tempat yang berbeda, Arhaan tengah senyum-senyum sendiri sambil memakan sandwich-nya. Sesekali ia melirik Arshika yang sibuk disuapi makan oleh Ibu mereka.
"Apa putra Ayah ini sedang jatuh cinta? Kenapa senyum-senyum sendiri terus dari tadi?" tanya Rishi pada Arhaan.
Alih-alih diam karena ditanyai begitu, Arhaan malah semakin menjadi. Dia kini makin lebar tersenyum. Hingga kemudian Arshika menyeletuk dengan mulut penuh makanan, "Aku mau menjodohkan kak Arhaan dengan Arshia, Ayah. Bagaimana? Ayah setuju?"
"Uhuk!" Rishi langsung terbatuk-batuk mendengar itu. Rhea bergegas memberikan segelas air yang diminum hingga habis oleh Rishi. Kemudian, pria itu agak ternganga menatap Arhaan dan Arshika. "Menjodohkan? Kau sudah mau menikah, Nak?" tanyanya tak percaya.
"Tidak sekarang, Ayah, tapi nanti. Sama seperti Arshika yang dijodohkan dengan Advait, Arshika juga menjodohkanku dengan Arshia. Nanti kita menikahnya sama-sama, ya, Arshu?"
"Okey, Kakak!" Arshika mengacungkan jempolnya.
Rishi dan Rhea semakin dibuat ternganga oleh tingkah kedua anak ini. Mereka masih sangat kecil, tapi kenapa sudah memikirkan soal perjodohan?
"Eh, tidak!" seru Arshika tiba-tiba. "Kak Advait itu payah, aku mau cari villain saja yang keren."
Rishi menepuk dahinya pasrah. Apa dia harus protes pada Rohan karena meracuni pikiran Arshika dengan villain keren? Tapi dipikir-pikir pria itu ada benarnya, dia kan memang villain, dan dia juga yang memenangkan Rhea.
Ah sudahlah, yang ada Rishi akan gila jika memikirkan ini lebih lanjut. Dan tolong, dia masih belum siap punya menantu, apalagi cucu.
"Sudah selesai. Sekarang ayo kita berangkat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Impossible Love (COMPLETED)
RomanceS1: Pernikahan impian Arzoo kandas di depan mata tatkala Jai menghilang secara mendadak. Demi menyelamatkan harga diri sahabatnya yang ditinggal mempelai pria di pelaminan, Sonu-sahabat mereka-menawarkan diri menjadi pengantin pengganti. Arzoo yang...