[S1] - 16 | Sonu: "Arzoo adalah istriku!"

80 7 400
                                    

Jai sesekali merintih kesakitan ketika para anak buah Vijay tak berhenti memukulinya yang masih dalam keadaan terikat di kursi. Ada yang memukulinya bertubi-tubi langsung dari tangan, ada yang mencambuknya dengan ikat pinggang, lalu sisanya memukulnya dengan tongkat kayu.

"JIKA KALIAN SUNGGUHAN SEORANG PRIA, MAKA AYO KITA BERTARUNG SEPERTI PRIA! JANGAN MAIN KEROYOKAN BEGINI!" teriak Jai.

"Tidak usah banyak bicara kau! Rasakan saja ini!"

BUGH!

"Aargh!" Mulut Jai memuntahkan darah setelah pria bertubuh seperti raksasa itu meninju perutnya kuat-kuat. Jai terbatuk-batuk. Kedua matanya berkedip sangat lambat dan nyaris tertutup sempurna. Namun, itu sama sekali tak membuat para berandal itu berhenti menyiksanya.

"Sial," rutuk Zoya yang menyaksikan itu dari jarak beberapa meter. Niatnya dia mau diam saja menonton Jai disiksa; dia sudah tidak sabar melihat Manusia Datar itu mendapat pelajaran. Tapi lama-lama, dia jadi geram sendiri dan tak tega. Bagaimana kalau Jai malah tidak selamat karena siksaan brutal itu?

Tidak, Zoya harus turun tangan. Jai memang harus dihukum, tapi tidak begini caranya.

Zoya bergegas melepas high heels-nya, karena tak mungkin baginya bertarung sambil memakai heels. Sejurus kemudian, dia berlari ke arah Jai dan para pria itu, dengan menghadiahkan pukulan tanpa aba-aba menggunakan tongkat kayu pada para pria yang tengah khusyuk memukul Jai.

"Zoya?" Bibir Jai bergerak menyebut nama itu. Bahkan dalam kedua matanya, ada harapan yang terpancar dari sana.

"Kenapa kau malah memukul kami?!" seru salah seorang dari mereka yang kini terduduk di tanah.

"Karena kalian sudah melewati batas! Kalau kalian mau menyiksanya, maka lepaskan dia! Bertarunglah secara adil, jangan main keroyokan begini!" sergah Zoya tak terima.

"Memang kenapa kalau kami main keroyokan begini? Kau mau apa, ha? Kau ini hanya perempuan!" seru pria botak itu dengan nada merendahkan.

"Lalu kenapa kalau aku seorang perempuan? Kau kira perempuan tidak bisa bertarung layaknya laki-laki?!"

"Memang tidak mungkin bisa! Para perempuan sepertimu itu seharusnya cuma duduk diam mengurus rumah dan melayani para pria!"

BUGH!

Bunyi debuman menggema ketika pria bertubuh besar seperti raksasa itu jatuh terjerembab ke tanah dengan posisi tengkurap, setelah tangan Zoya mendarat dengan sangat keras di wajah pria itu tanpa aba-aba.

"Mengurus rumah dan melayani para pria? Kau mau kulayani model apa, ha?!" Zoya menginjak punggung pria itu dengan satu kakinya, kemudian menarik kedua tangan besarnya ke belakang, hingga pria itu memekik kesakitan.

Beberapa pria lain teman pria itu hanya berdiri menyaksikan dengan mulut menganga, ketika akhirnya Zoya menendang bertubi wajah teman mereka yang masih dalam keadaan tengkurap di tanah.

Tak cukup hanya ditendang, Zoya menarik kasar pria itu hingga bangkit duduk. Ia kemudian merampas tongkat kayu dari salah satu teman pria itu, yang kemudian digunakan memukuli pria botak bertubuh besar itu tanpa ampun.

Hingga ketika temannya tak berdaya, para pria itu bagai baru sadar. Mereka menarik Zoya bersama-sama, menjauhkannya dari teman mereka yang sudah tak sadarkan diri itu.

Karena banyak yang memegangi, Zoya tak bisa melepaskan dirinya dengan mudah. Hingga akhirnya, bibir dan hidungnya mengeluarkan darah ketika dua orang pria meninju wajahnya secara bergantian.

Benda-benda di sekitar Zoya rasanya berputar-putar. Ia kemudian mengerjap beberapa kali agar tidak pingsan. Namun, pukulan kembali ia dapatkan dari pria lainnya. Kali ini bukan di wajah, tetapi perut.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang