[S1] - 10 | Gara-gara Sofa

71 8 261
                                    

Arzoo mencak-mencak di depan pintu kamar satu-satunya yang tersisa di penginapan itu. Kamar samping kirinya, sudah dihuni Rohan. Lalu samping kanannya, ditempati pensiunan penjahat super posesif bernama Rishi itu.

Entah mengapa nasibnya begitu mengenaskan. Sudah ditinggal di pelaminan, harus pula sekamar dengan orang yang sekarang berperan sebagai suaminya sampai enam bulan kedepan. Bahkan, kakak iparnya yang super posesif itu tidak mengizinkan dia sekamar dengan kakaknya. Ah, sungguh, komplit sekali penderitaan Arzoo.

"Arzoo, aku akan cari penginapan lain. Kau bisa tidur di sana sendiri," ujar Sonu, setelah puluhan menit menyaksikan Arzoo mengomel sambil mencak-mencak tidak jelas.

"Penginapan lain yang mana maksudmu? Hanya ada 1 penginapan di daerah sini, lagipula sudah malam, kunci mobil pun dibawa Rohan. Kau mau pergi dengan apa?"

"Jalan kaki atau apa saja. Sudahlah, masuk dan istirahat. Aku janji besok pagi-pagi akan sampai lagi di sini."

Sonu mulai melangkah pergi, sementara Arzoo berkedip-kedip berpikir.

Tiga puluh detik kemudian-ketika Sonu sudah sampai di gerbang-Arzoo seolah baru sadar.

"SONU, JANGAN PERGI!" teriaknya sambil tergopoh-gopoh menyusul Sonu.

"Tidak, aku tetap akan perg---"

"Aku mengizinkanmu tidur di kamar itu," potong Arzoo.

Sonu mengerjap-ngerjap, memastikan yang ia dengar bukan halusinasi apalagi mimpi. "Sungguh?"

"Iya, lah. Kau kan bisa tidur di sofa. Yang penting kau tidak pergi dari sini. Bagaimana kalau nanti kau hilang? Siapa yang akan memberikan kain sari yang kau beli untuk Shreya?" oceh Arzoo. Tiba-tiba saja dia mendapat alasan ini, padahal yang sebenarnya adalah, karena ia tak tega melihat Sonu harus berkeliaran tengah malam begini. Bagaimana kalau misal nanti Sonu diculik orang? Kasihan sekali.

"Baiklah."

Mereka pun melangkah bersama-sama ke kamar itu. Begitu pintu dibuka, mereka menatap nanar ke dalam ruangan itu. Pemandangan yang sangat menguji iman, kesabaran, dan kewarasan, sekali lagi mereka dapatkan.

"KENAPA TIDAK ADA SOFANYA?"

***

Ini tempat asing. Jai tidak bisa pergi ke mana pun karena tidak tahu nama-nama tempat di sini. Selain itu, dia juga terkendala bahasa. Jadilah dia hanya berdiam diri di taman selama Mahika menghabiskan waktu bersama ibunya. Satu hal lagi yang Jai ketahui, ibu Mahika adalah orang Indonesia, yang entah bagaimana bisa menikah dengan ayah Mahika yang asli India, tetapi akhirnya berpisah setelah sembilan tahun bersama.

"Jai!"

Dua detik setelah suara riang itu menghampiri pendengarannya, kursi samping Jai bergerak-tanda diduduki seseorang. Mahika, tentu saja.

"Cicipi masakan ibuku, ini enak sekali!" Mahika menyodorkan piring berisi makanan yang Jai tidak tahu apa itu.

"Ini apa?"

"Namanya rendang. Rasanya enak sekali. Sungguh! Kau bisa menciumku kalau aku bohong," celoteh Mahika sambil memasang wajah ceria yang over dosis.

Jai ternganga. Sepertinya, tingkat kegilaan Arzoo masih berada di level rendah jika dibandingkan dengan Mahika. Cium katanya?

"Aku bercanda, Sayang. Ayo, cicipi. Atau mau kusuapi?"

"Aku bisa sendiri." Jai menerima piring itu dari tangan Mahika, kemudian mulai memakannya sebelum Mahika mengeluarkan pidatonya yang tidak masuk akal.

"Lusa kita pulang, Jai. Aku sudah izin Mom, dan Dad tidak bisa melarang karena Mom sudah setuju," ujar Mahika, yang membuat senyuman lebar di bibir Jai timbul.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang