[S1] - 20 | Pulang

54 6 401
                                    

"Kenapa kalian malah menembak putriku?! Apa kalian buta sampai tidak bisa membedakan Jai dan Mahika, ha?!" maki Vijay pada tiga orang pria di hadapannya.

Ketiga pria yang semuanya tinggi besar itu hanya tertunduk mendengar makian dari bos mereka.

"SUDAH BERKALI-KALI KUBILANG, TEMBAK JAI! JAI! BUKAN MAHIKA!"

"M-maaf, T-tuan, t-t-tangan s-s-saya g-g-gemetaran, t-t-tempatnya juga g-gelap. No-nona M-Mahika s-sendiri y-yang menghadang," jawab pria ini terbata-bata-karena memang bicaranya gagap seperti ini. Pria ini jugalah yang bertugas sebagai sopir Mahika.

"Tapi kami juga sudah menembak kekasihnya Jai, Tuan," adu pria satunya.

"Ya, tapi yang kuperintahkan pada kalian adalah MENEMBAK JAI! Tapi yang kalian lakukan? Kalian malah menembak putriku! Apa Jai dan Mahika terlihat sama sampai kalian tidak bisa membedakan keduanya, ha?!"

"Bukannya tidak bisa, Tuan. Kan tangannya gemetaran. Nona Mahika juga melindungi Jai," sahut yang satu lagi.

"Sudah tahu Mahika melindunginya, maka jangan tembak dulu!"

"Bukan salah kami, Tuan, tapi dia," tunjuk Pria Kedua dan Ketiga pada Pria Pertama alias si gagap tadi. "Tangannya kan memang selalu tremor."

Vijay mengacak-acak rambutnya frustrasi. "Sudah tahu dia tremor, lalu kenapa bukan kalian yang menembak?!"

"Gelap, Tuan. Pandangan kami tidak jelas," jawab pria Kedua dan Ketiga bersamaan.

Vijay rasanya ingin meremat-remat kedua anak buahnya yang terlampau payah ini. Yang tremor, lah, gelap, lah. Banyak sekali alasannya.

"Ya sudah, sekarang ikut denganku."

***

Jai terduduk di ruang tunggu sebuah rumah sakit, menunggu Arzoo dan Mahika yang sedang ditangani di dalam. Keadaan pria itu sangat lusuh. Bajunya bersimbah darah Arzoo dan Mahika. Kedua gadis itu sendiri sama-sama terluka di bagian perut.

"Jai!"

Jai mengangkat wajah. Rhea dan Radha berlari kecil ke arahnya diikuti oleh Rishi, Rohan, dan yang lainnya.

Bug!

Rhea mendorong kasar pundak Jai, hingga pria itu hampir terjengkang. Matanya merah padam. Menyorotkan kemarahan yang sangat pada pria yang akhirnya hanya bisa ternganga menatapnya.

"KAU APAKAN ADIKKU?!" bentaknya.

"Rhe-Rhea, aku ...."

"Apa? Ha?! Kau apa?! Jika kau kembali hanya untuk memberinya luka, SEBAIKNYA TIDAK USAH KEMBALI SAJA!"

"Rhea, kendalikan dirimu," Rishi menyentuh pundak istrinya yang sudah sangat emosi itu.

"Lepas, Rishi!" sentak Rhea. "Kau mau membawa adikku kabur? Oke, aku tahu keahlianmu memang kabur-kaburan, tapi paling tidak kau lihat dulu situasinya, Jai! Kau terjebak di bawah kendali bajingan itu, dan kau malah mau membawa serta Arzoo untuk masuk dalam masalahmu? Kau mau membahayakan nyawanya, ha?! Ini yang kau sebut sebagai cinta?!"

"Rhea, aku bisa jelaskan---"

"CUKUP! Aku tidak butuh penjelasanmu!" amuk Rhea. Semua orang hanya diam menatapnya. Bahkan beberapa perawat yang lewat pun tampak meringis ngeri tanpa memberi teguran.

"Pertama, kau kabur dari pernikahanmu sendiri dan mempermalukan adikku; kedua, kau muncul bersama gadis lain dan membuat adikku patah hati untuk yang kedua kalinya; ketiga, adikku masuk penjara gara-gara semua itu; dan sekarang, dia tertembak! Apa maumu sebenarnya, Jai? Apa masalahmu pada Arzoo?"

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang