Menjadi seorang wanita dan merupakan anak pertama dari sebuah keluarga kecil memiliki tanggungjawab berat tersendiri bagi sebagian orang. Harus bisa dewasa dan menjadi kebanggaan, tempat curhat serta contoh yang baik bagi yang lain terutama adik. Tanpa sadar ia dituntut untuk serba bisa. Adanya emansipasi wanita juga secara tidak langsung membuat keluarga berharap bahwa ia bisa lebih mengangkat derajat keluarga dengan karirnya. Tapi saat semua itu tidak sesuai harapan, tak jarang orang akan meninggalkan atau melupakannya secara perlahan. Terlebih jika kamu sudah memiliki suami yang dibilang memalukan.
Maharani atau biasa dipanggil Rani menjalani kehidupan sehari-hari yang kurang menyenangkan. Akibat fisiknya yang dinilai buruk sebagian besar orang dan sudah memasuki usia matang untuk menikah (sesuai adat di desanya jika ada gadis yang sudah masuk usia 21 tahun maka wajib sudah menikah) membuat nenek Yoyok berinisiatif menikahkan dirinya dengan jalur perjodohan. Dengan iming-iming harta warisan dengan tanah seluas 3 hektar akhirnya ada keluarga dari seorang pemuda desa tampan yang mau melamar.
Rani yang tidak bisa membangkang hanya patuh dan diam. Bahkan disaat semua harta warisan miliknya habis serta diperlakukan layaknya binatang ia hanya bisa pasrah dan mengalah. Baru saat suaminya ingin mengambil alih harta milik keluarganya yang lain Rani dan sang suami terpaksa diusir oleh keluarga Rani agar hidup di kota.
Mengenai hubungan Rani dengan kedua orang tuanya juga terbilang sangat buruk. Kedua orang tuanya berpisah negara dengan masalah besar yang tak pernah mereka selesaikan ataupun keluar kata cerai. Keduanya hanya perang dingin selama belasan tahun dan tidak saling berkomunikasi sedikitpun. Rani hanyalah korban dari mereka yang egois melupakan sang anak tanpa kabar dan hanya mengirimkan setumpuk uang sehingga neneknya yang baik mengelola uang tersebut sampai memiliki kebun belasan hektar. Jadi sejak kecil ia hanya tinggal bersama nenek dan adik tirinya. Bahkan saat pernikahan Rani saja entah kedua orang tuanya tahu atau tidak mengenai kabar tersebut.
Rizki Aditama Bagaskara adalah nama suami dari Rani. Dia terbilang sangat tampan untuk ukuran pemuda desa dan dulunya berasal dari keluarga mapan. Hingga suatu hari keluarganya bangkrut dan bekerja dengan Nenek Yoyok yang memiliki perkebunan cukup luas. Mendengar berita bahwa Rani mencari calon suami bak ajang sayembara, akhirnya keluarga Rizki menawarkan diri dan mendapatkan harta berupa tanah 3 hektar itu.
Tak ada sedikitpun perasaan selain jijik untuk Rani. Rizki tak pernah terlalu menganggapnya ada apalagi sampai menyentuhnya. Ia hanya menginginkan uang tanpa bekerja. Sampai semua warisan Rani habis setelah orang tua Rizki meninggal. Keduanya lantas terpaksa diusir dari kampung karena Rizki yang serakah ingin membabat habis harta keluarga Rani yang lain. Rizki pun memboyong Rani ke Kota besar untuk ia manfaatkan mencari uang.
Keseharian Rizki cukup menyenangkan karena bisa bermain sepuasnya termasuk bermain dengan banyak wanita. Adanya Rani yang bisa ia manfaatkan untuk mencari uang dari pagi sampai malam membuatnya sangat bebas. Terkecuali saat uang Rani habis tak berbekas, disanalah ia akan uring-uringan tidak jelas.
***
"Rani gue lagi pengen kopi nih, bisa tolong bikinin gak?"
"Ran bisa minta tolong fotocopy berkas ini? Setiap kertasnya fotocopy jadi 2 ya."
"Ran!! Sekalian nitip teh manis ya. Jangan terlalu manis"
"Ran dipanggil Pak Sam!"
"I-iya, mohon ditunggu sebentar ya Mbak, Mas. Saya mau ke ruangan Pak Sam dulu." Kaki Rani pun melangkah memasuki lift untuk ke ruangan paling atas.
Tok tok
Rani memasuki ruangan CEO itu setelah diizinkan masuk. Terlihat disana pemilik perusahaan tengah duduk bersama seseorang yang sepertinya rekan kerja Pak Samuel.
"Permisi Pak, ada yang bisa saya bantu dan kerjakan? Bu Ila bilang Bapak panggil saya."
Sam mengangguk. "Ya, buatkan 2 kopi seperti biasa ya. Tambah gulanya dikit aja."
Rani mengangguk dan pamit pergi. Setelah beberapa menit ia pun kembali. "Silahkan dinikmati Tuan, Pak. Saya izin keluar."
"Ya, lo harus coba Drew. Rasa kopi buatan Rani enak banget. Istri gue aja sampe mau belajar masak selama 2 bulan intens sama dia karena cemburu sama bakat masak tuh anak haha. Eh bahkan sampe sekarang istri gue masih belajar masak sama dia."
Orang itupun menyesap kopi tersebut dan terdiam. "Cherry!!"
"Hah?" Reflek Sam yang kebingungan.
"Saya beli perusahaan kamu hari ini juga." Mendengar itu Samuel pun bersorak senang. Otak cerdasnya mencoba mencerna dengan cepat. Ah dia akan memberikan Rani bonus yang cukup banyak sore nanti. Bukan tanpa sebab, tapi Samuel yakin bahwa kopi buatan Rani ada hubungannya dengan ini. Terbukti dengan tadinya Andrew yang banyak mengeluh mengenai gedung perusahaannya namun seketika ia berubah pikiran setelah meminum kopi tersebut.
Setelah mengantarkan kepergian Andrew, Sam bertemu kembali dengan Rani dan berbisik, "Ran nanti kasih tau saya ya kamu pake pelet sama penglaris apa. Lumayan buat saya bawa ke Belanda hahaha."
"Kalau itu saya gak pakai pak."
Alis Sam mengerut dan terlihat berpikir keras. "Lalu?"
"Saya ajarin santet sama neluh online mau?" Sontak atasannya yang receh dan absurd itu tertawa kencang. Padahal Rani lawaknya gak high tapi ketawanya sampai mau jumpalikan. Dasar pak Sam.
"Ah ahah ... hahaha yasudah kamu kembali bekerja saja. Deket sama kamu bikin otak saya makin gak waras." Rani tersenyum sopan lalu berjalan ke lantai 38.
"Mending punya bos gitu deh daripada yang senggol bacok. Hidup aku gak terlalu miris-miris banget jadinya." Ucap Rani membawakan 5 kantong plastik besar pesanan para staff disana.
__________
4 juli 2022Revisi 19 Sept 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...