16. Triani gegabah✔

1.4K 92 0
                                    

Aroma  cabai yang kuat menyeruak di ruang dapur yang menyatu dengan ruang makan apartemen. Untuk menghilangkan rasa bosannya Rani memutuskan untuk memasak seblak dengan 50 cabai rawit merah. Hal itu Rani lakukan sebagai pelampiasan tatkala ia merasa sangat jenuh karena sudah hampir setengah bulan lamanya tidak diperbolehkan keluar apartemen sama sekali.

Ditengah asiknya menikmati sensasi kepedasan sambil menonton drama korea bertema pelakor melalui ipad, suara bel apartemen terdengar. Dengan cepat Rani merapihkan wajahnya yang bercucuran keringat. Meski masih dengan kulit wajah sangat merah, Rani berjalan ke arah pintu dengan sedikit mengangkang. Pergempuran Andrew memang tak pernah memberi Rani ampun sama sekali.

"Kak ayo masuk! Ngapain bengong di depan pintu?"

"Kok kamu tau alamat apartemen ini?"

"Mas Andrew sendiri yang ngasih tau." Jawab Triani membuat Rani tak percaya. Bagaimana mungkin suaminya yang memberitahu sedangkan dirinya saja tidak menyukai adik iparnya.

"Jawab yang jujur Triani."

"Ih dibilangin gak percaya! Barusan aja gue abis dari kantornya dan makan siang berdua." Rani mengulum senyumnya dan menggeleng perlahan. Andrew memang sempat pergi ke kantor tapi saat memasuki jam makan siang mereka melakukan video call sekaligus pria itu memberi kabar bahwa akan menjemput David ke bandara.

Awalnya tadi Rani ingin ikut, hanya saja Andrew melarangnya karena menyadari cara jalan Rani yang aneh. Selain itu David pastilah tak mau menantu kesayangannya kelelahan.

Triani semakin memamerkan kedekatannya dengan Andrew melalui foto yang terlihat merupakan editan. Foto itu hampir saja seperti realistis kalau saja jari adiknya tidak terpotong. Baru saja ingin tertawa sebuah pesan masuk ke handphone Rani. Terlihat David tengah menaiki wahana ektrem dengan wajah ceria sedangkan Andrew dengan wajah datarnya. Rupanya kedua pria itu mengunjungi ancol dan dufan terlebih dahulu.

"Kak!"

"Ya?" Sahut Rani lalu menikmati seblaknya kembali. Ah sudah berapa lama adiknya itu mengkayal sampai Rani tak sadar bahwa ia sudah berada di dapur kembali?

"Jangan merasa senang dulu karena berhasil menikah dengan Mas Andrew. Dia itu nikahin Kakak cuman karena dipaksa sama ayahnya. Kalau aja saat itu aku gak minta mengulur waktu, mungkin saat ini posisi kakak masih sebagai babu. Kakak itu cuman pelampiasan. Sebentar lagi bahkan kakak akan diceraikan."

Dengan kesal Rani pun memaksa mulut adiknya memakan seblak yang ia buat sehingga Triani kepedasan luar biasa dan meneguk susu yang ada dimeja sampai habis.

"Berisik!"

"Heh kurang ajar banget lo hah! Liat aja lo bakal nangis darah abis ini."

Rani menarik sudut bibirnya. Ada hal yang belum adiknya ketahui meskipun sering mengirimkan mata-mata untuknya. "Kamu gak perlu khawatir dengan hidup Kakak. Mental Kakak sudah lebih kuat dari sebelumnya."

"Kakak yakin Mas Andrew setia? Gak takut ada suatu hal yang besar dibalik dirinya menikahi Kakak? Misalnya ngincer jantung Kak Rani buat salah satu pacarnya?" Tentu saja dirinya yakin kalau Andrew memiliki alasan kuat sampai mau menikahinya. Masalah setia, dia sudah tidak percaya seseorang yang saling mencinta pun tak akan memiliki selingan diantara salah satunya. Lagipula hal biasa jika seorang pengusaha memiliki simpanan dimana-mana. Setelah perceraian kemarin, Rani sudah tidak mau naif lagi. Selama ia diperlakukan baik, tidak masalah Andrew menjalin hubungan dengan kucing manapun. Toh ia menikah bukan karena cinta.

"Aku percaya tuhan akan memberikan kita sesuatu yang lebih baik setelah berhasil melewati ujiannya dengan sabar. Ouh ya, kamu mau camilan?" Triani menolak.

"Gue gak mau gendut kaya lo." Celetuknya lagi tanpa rasa bersalah.

"Ouh ya sudah, lagipula percuma cantik dan kurus kalau gak padai bersyukur dan cuman punya tujuannya rebut kesenangan orang. Kamu kesini sama siapa?"

"Sama Bang Erol. Dia sekarang mulai ngejar-ngejar gue lagi. Bagas juga sering kirim DM dan nyoba deketin gue. Ceritain dong Bagas tuh orangnya kaya gimana?"

"Bagas orangnya asik dan baik. Saran Kakak kamu jangan terlalu deket sama Erol. Kakak khawatir dia punya niat kurang baik setelah merasa dipermalukan sama keluarga kita."

Triani tertawa sangat keras. "Lagian lo sok cantik banget sih Kak pake nolak Erol segala. Mentang-mentang yang lamar pengusaha kaya jadinya lo pilih Mas Andrew. Lo tau gak? Keluarga kita jadi dimusuhin keluarga pak kades karena ulah lu. Ditinggalin Mas Andrew sebentar lagi mampus lu."

"Kakak sendiri bahkan gak tau kalau dia mau lamar Kakak. Kirain dia datang buat lamarin kamu. Kakak sih gak sangka kalau kalian udah putus gitu aja."

"Hm, gue kira Nenek udah cerita. Ouh iya ini udah sore, pamit dulu ya. Besok ada kuliah pagi." Rani yang sudah menghabiskan seblaknya bergegas mengambil susu panas dari microwave. Dengan sigap Triani mengambilkan susu panas itu dan memasukan sesuatu. Sial karpet beludru di dekatnya membuat Triani hilang keseimbangan dan terjatuh.

"Aaakkhhh ..." Rani berteriak merasakan punggung, pundak dan lehernya terbakar.

"Ya ampun maaf Kak!" Pekik Triani segera berdiri tegak dan menghampiri Rani.

Mendengar teriakan sang istri, Andrew yang baru saja membuka pintu sontak berlari mendekati arah suara. Dapat dilihatnya Triani membuang gelas mug di tangannya dan menggosok leher Rani yang melepuh.

Pandangan itu membuat Andrew marah. Di dorongnya Triani agar menjauh dari Rani sampai wanita itu terjatuh lalu segera ia menggendong sang istri untuk menyiram badannya dengan air bersuhu ruangan lalu membantunya mengganti pakaian.

"Sayang ... Fruity kamu tunggu sebentar lagi ya. Dokter akan segera sampai disini secepatnya. Astaga kulitmu sangat merah dan melepuh sayang." Andrew memeluk Rani penuh kehati-hatian dan mengecupnya beberapa kali untuk menenangkan.

"Sa-sakit ... rasanya panas sekali." Air mata Rani tidak berhenti menetes karena tak kuat merasakan pedihnya. Rani pernah tersiram air panas di bagian kakinya tapi tak merasa sesakit dan sepedih itu.

"Shit! Sepertinya itu bukan hanya sekedar susu panas."

Sementara itu di luar kamar David memandang wajah Triani dengan sangat dingin. Mendapat tatapan itu Triani merasa sangat gugup lalu pamit pergi. Belum sempat menyentuh pintu keluar, sebuah tangan kekar dari pria paruh baya itu mencekalnya.

"Jangan harap setelah ini hidupmu akan tenang. Persetan mengenai kau yang merupakan simpanan dari salah satu anggota FBI yang tengah bertugas di negri ini." Badan wanita itu mematung. Tak menyangka kalau pria dihadapannya tahu mengenai sedikit rahasia Triani.

"Maaf Dad, tapi sebaiknya Daddy tidak menuduhku sepprti itu. Bahkan aku ini masih perawan. Kalau Daddy tidak percaya kita bisa buktikan ke dokter."

David tertawa kencang. Ah bahkan dirinya berani bertaruh kalau menantunya yang polos dan naif itu bahkan sudah mengetahui kebusukan adiknya sejak lama. "Kau menantang? Bahkan aku rasa jika diperiksa pun dokter sudah tahu bahwa hymenmu sudah terkoyak dengan banyaknya batang sampai milikmu sangat longgar."

Tatapan mata David kembali menusuk. "Satu hal lagi, aku tidak sudi dipanggil Dad oleh wanita benalu tidak tahu diri sepertimu."

Cekalan tangan David di pergelangan Triani kini telah dilepaskan. Tak lama setelah kepergian wanita itu suara teriakan Andrew terdengar.

"DAD, RANI PINGSAN!!"

________
Minggu 31 juli 2022

Obsession's Second Husband (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang