5. Si Iri Tania (Revisi✔)

3.7K 226 1
                                    

"Makan, jangan sampe lu bolos kerja kelamaan."

"Iya Mas. Terimakasih. Rani senang Mas mulai peduli dengan Rani." Senyum tulus itu terlihat manis membingkai wajah wanita yang belakangan terakhir sudah mau merawat diri.

Pria itu hanya memandang Rani dan membuang ludah secara asal disampingnya. "Najis. Gue lakuin ini ya karena kalo lo sakit gue gak bisa minta duit. Gue masih waras buat gak minjem ke rentenir. Udahlah gue mau kencan dulu. Minum obat lu biar gak cepet mati terus nyusahin."

Tanpa terlihat tersinggung sedikit pun, senyuman manis itu masih saja tidak luntur.

Merasa jengah, Rizki pergi sambil berguman, "Udah gak waras bini gue. Kebanyakan gaul sama orang macam si Bagas."

Tak berselang lama senyuman itu luntur. Sekelibat rasa penasaran mengenai kekasih baru Rizki melintas di benak Rani. Untuk pertama kalinya Rani memberanikan diri mengikuti Rizki. Lagipula, ia sudah membaik karena tidak bekerja seminggu lamanya.

Terlihat Rizki masuk ke sebuah rumah yang tidak asing. Sepertinya Rani pernah melihat foto rumah itu di suatu tempat. Tak lama keluar seorang wanita cantik berpakaian seksi menghampiri Rizki dan menciumnya dengan ganas.

Alangkah terkejutnya Rani melihat siapa wanita itu. Wanita yang ia sudah anggap sahabat namun diam-diam menusuknya dari belakang.

Tidak ingin berbuat bodoh dengan berujung dianiaya oleh Rizki, Rani merekam kejadian itu lalu pergi begitu saja. Sangat bohong jika hatinya tak merasa sakit. Begitu banyak pengorbanan yamg dilakukannya untuk kedua orang itu namun yang ia dapat hanya penghianatan dari belakang. Tapi daripada lebih terpuruk, Rani memutuskan untuk berkeliling dan menonton film bioskop terbaru di mall saja setelah memberi pesan pada Rizki bahwa ia ingin membeli sesuatu ke luar. Semarah apapun, Rizki tetap suaminya kan?

"Loh Rani? Bukannya lo lagi sakit?" Sapa seseorang dari arah samping. Rani yang tengah membeli pop corn dan minuman menoleh dan tersenyum lebar saat melihat siapa yang menyapanya.

"Loh Bagas, kamu hari ini libur?" Lelaki itu mengangguk dan mengajaknya menonton bersama. Kebetulan Rani tadi membeli camilan terlebih dahulu dan belum memutuskan film mana yang akan ia tonton. Antrian di pemesanan loket hari ini begitu ramai meskipun bukan tanggal merah ataupun hari weekend. Mungkin karena sudah sore, tapi entahlah.

Suasana bioskop sudah dalam keadaan gelap ketika Rani dan Bagas memasukinya. Mereka mendapati tempat duduk yang berada di paling pojok, suasana paling gelap berada si sana. Tapi yang menjadi perhatian Rani adalah sepasang kekasih yang tengah asik bermesraan tanpa memperhatikan sekitar. Rizki dan Nia, bagaimana bisa tuhan mempermainkannya begitu apik.

Bagas yang menyadari Rani memberhentikan langkahnya pun kembali menyusul dan memperhatikan arah pandang Rani.

Cekrek, potret Bagas dengan santainya. Ah beruntung kamera Handphone nya tidak buruk.

"Udah jangan dipikirin, masa masih bohai mau mati berdiri karena kelamaan liatin orang." Ucapan ngawur Bagas pun menyadarkan Rani sehingga akhirnya film horor pun di mulai. Disana Rani sama sekali tidak melirik pasangan yang berada di depan, ia lebih fokus pada film horor itu sembari sesekali memeluk lengan kekar Bagas.

"Huh gila filmya bagus banget. Serem tapi seru banget ceritanya." Puji Rani dengan wajah pucatnya.

"Hahaha iya bagus, saking bagusnya gue sampe nagih dapet yang empuk di tangan." Sontak Rani menoleh dan menggeplak kepala Bagas. Memang sepertinya sesekali kepala pria itu harus kena benturan agar bergeser dan normal.

"Sakit sayang."

Rani mengelus kepala Bagas. "Ututu ... mana yang sakitnya sayang?"

"Sakit di hati sama lemes di dengkul karena gak dikasih jatah ranjang sama ayang."

Obsession's Second Husband (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang