31.

1.8K 120 19
                                    

Penzi Neema Jdaudi atau dalam bahasa swahili artinya cinta anugerah Jdavid. Sesuai namanya, anak itu merupakan anugerah yang dipenuhi rasa cinta terhadap keluarga dan dicintai oleh keluarga. Dia juga menentang pendapat yang mengatakan bahwa kecerdasan seorang anak merupakan turunan dari sang ibu. Hal itu tidak salah, namun tak sepenuhnya benar. Terbukti dari Penzi yang memiliki otak jenius dan replika fisik yang semuanya hampir serupa dengan sang ayah.

"Son, apa yang sedang kamu baca?" Tanya Andrew dengan penasaran.

"Hanya membaca buku mengenai paham stoikisme."

"Astaga kau memang berbeda. Bagaimana mungkin anak 3 tahun sudah membaca hal seberat itu."

"Kau menganggapku aneh seperti anak lain. Itukah perilaku seseorang yang mencoba memahami sang anak? Lagipula Mama tidak pernah melarangku memperlajari hal yang membuatku penasaran asal tidak mengikuti ajaran yang tidak baik dan juga bergaul dengan semua orang tanpa membedakan. Dan ya, aku 2 bulan lagi akan berusia 4 tahun jika kau tidak tahu."

"Ya, ya terserah. Daddy tidak akan melarangmu. Tapi bisakah kita bekerja sama agar Mama dan Daddy bisa kembali bersama? Daddy akan memberikan hal apapun asal kau mau membantu."

Sontak Penzi tertawa riang. "Tenang saja, Mama selalu mengajariku apa itu batasan dan sejauh mana kita bisa penasaran. Dan apa ini? Daddy meminta bantuan pada anak kecil sepertiku?"

Meski merasa diremehkan namun Andrew tidak menunjukkan amarahnya sama sekali. "Hanya kau saja untuk saat ini yang bisa membantuku."

Anak kecil tampan itu menggeleng. "No, yang bisa membantumu adalah dirimu sendiri Dad. Aku dan Mama jelas tahu kau memiliki Obsesive Love Disorder terhadap tante Cherryl. Dia kakak cantik yang menjagaku selama ini dan sangat membencimu."

Andrew terdiam dengan ujung bibir yang sedikit terangkat. "Tidak disangka aku memiliki anak diluar akal sehat seperti itu. Aku pastikan tidak akan ada yang mengetahui hal ini mengingat keberadaannya pasti selalu terancam. Ah Rani, sepertinya kita harus memiliki beberapa anak lagi. Aku sudah tidak sabar sayang."

"Aku tidak akan membiarkan Mama hidup menderita lagi." Desis Penzi tidak suka.

"Ouh ayolah boy, sekarang Daddy sudah berubah dan menyadari kesalahan fatal dahulu."

***

Tidak terasa 5 bulan sudah berlalu. Tidak ada perubahan yang cukup signifikan dalam hubungan rumah tangga Rani. Hanya saja mereka telah resmi menikah kembali baik secara negara maupun agama. Andrew menunjukan sedikit perubahannya dengan tidak pernah memaksakan kehendaknya terhadap Rani selain dari urusan ranjang juga perutnya yang kenyang. Hal ini karena Andrew sangat ingin memiliki anak kembali juga mengkhawatirkan fisik istrinya yang semakin menyusut setiap harinya.

"Sayang, ayo makan sedikit saja. Kamu ingin apa hm? Biar aku perintahkan koki untuk membuatkannya. Ayolah sejak pagi kamu belum makan apapun." Rani menggeleng sebagai responnya.

"Aku bilang aku mual!!"

Kim yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah rahasia Andrew untuk menenangkan pikiran menghela napasnya melihat pemandangan yang beberapa hari ini ia dapatkan. "Ran, Penzi ingin memasak cilok dan memakannya bersamamu. Ah entah makanan aneh sejenis apa itu."

Sontak Andrew menatap ke arah Kim sesikit tajam. Namun bukannya menunduk Kim menantang tatapan itu dengan tatapan 'daripada gak makan!'

Tatapan keduanya terputus setelah Rani beranjak dari tempat duduk ke arah ruang tengah tempat anaknya berada. Ia tersenyum hangat sembari memeluk dan mencium gemas sang anak. "Penzi ingin memasak?"

Anak itu mengangguk dengan manisnya. "Nanti kita makan bersama ya Mama?"

"Boleh sekali sayang."

"Bukankah aku sangat hebat? Aku kira otak pintarmu mulai hilang." Mendengar itu Andre memukul pinggang Kim dengan kuat.

"Aku hanya ingin dia tidak terlalu bergantung pada Penzi. Bagaimanapun aku suaminya."

Tawa Kim seketika menggema. "Ouh keajaiban macam apa ini? Setelah beberapa tahun menggila mencari anak dan istri yang ditelantarkan, kau cemburu dengan anakmu begitu saja? Aku kira kau harus semakin sering ke dokter kejiwaan dan membiarkanku menjadi ayah Penzi serta suami baru Rani."

"Kau ingin aku berikan pada mafia yang anaknya sudah kau lecehkan hah?!"

"Ouh ayolah, kau ini terlalu serius."

"BERISIK!!" Teriak Rani dengan wajah yang sudah memerah. Seketika perdebatan antara 2 pria dewasa itu terhenti sedangkan balita yang berada disana menjulurkan lidah.

Tidak ada raut murung di wajah Andrew, lelaki itu justru memasang ekspresi tersenyum saat pikirannya terbesit akan sesuatu.

"Sayang, selain cilok kamu mau makan apalagi? Harus yang lebih bergizi ya."

"Telur gulung kaviar dan smooties asam jawa dicampur buah naga."

Andrew mematung beberapa saat. "Bagaimana?"

"Aku ingin itu!" Andrew semakin heboh. Ia meneriaki para pelayan agar segera membuatkan makanan aneh tersebut."

Kim yang heran hanya bisa memandangi Andew yang mendadak aneh. "Apa istrimu mendadak gila?"

"Sialan! Dasar pria bebas tanpa pernah berpacaran. Wanita meminta hal-hal aneh bisa karena 3 hal. Dia mengerjaimu untuk menguji, dalam keadaan haid atau dia sedang mengidam dan juga paling akhir dia ingin perpisahan."

"Huh, selamat jika dugaanmu benar. Tapi jika salah kau harus memberikanku vila mewah kesayanagnmu yang ada di London."

"Jika aku benar kau harus menikahi Maria."

"Apa kau gila? Wanita yang lebih jelek dari babi liar itu?"

"Kau takut heh?"

"Tidak, kita lihat saja siapa yang benar. Lagipula sepertinya Rani meminum pil krontrasepsi karena tanpa sengaja kemarin aku menemukannya di bawah kolong meja kamar kalian saat aku tanpa sengaja menjatuhkan kunci  cadangan kamar Penzi."

Seketika riak wajahnya kembali berubah. "Apa kau yakin?"

"Yah, milik siapa lagi jika bukan milik istrimu."

"Sialan! Aku harus segera memanggil dokter Gina. Tidak mungkin istriku berubah mood dengan cepat dan juga mendapatkan pil kontrasepsi begitu saja."

Prank.. (bantingan gelas hampir saja mengenai kepala Andrew.)

"APA?! KAU MAU MEMUKULKU DAN MENUDUHKU MEMINUM OBAT YANG TIDAK JELAS ITU?"

"Astaga sayang, bukan seperti itu."

"JANGAN TEMUI AKU SELAMA 1 BULAN!!!"

"Ouh shit! Lihat saja Kim aku akan mengirimkanmu pada mafia itu setelah ini."

"Sayang ...

"JANGAN PANGGIL AK--

Belum selesai dengan ucapannya seketika kepala  Rani terasa pusing dan berputar. Beruntung dengan sigap Andrew segera berlari memeluk tubuh Rani yang terlihat melemah sampai akhirnya pingsan.

"Cepat panggil dokter!"

"Andrew ada darah."

"Ya tuhan!!! Rani, sayang bertahanlah."

"Mama! Cepat segera cek darah itu berasal dari mana Daddy! Bukan malah menangis payah seperti itu." Segera Andre memasukan tangannya ke dalam dress Rani untuk memeriksa pangkal pahanya.

"Ouh syukurlah bukan berasal dari kandungan Mama boy."

"Memang bukan tapi kaki Daddy yang tertancap pecahan gelas kaca tadi." Dalam hati Andrew merutuki kebodohannya.

"Segera baringkan Mama di sofa Dad."

"Ah iya."

"Sepertinya nanti adikku akan ceroboh dan sedikit bodoh."

"Jadi Mama betulan sedang mengandung sayang?"

"Mana saya tahu, saya kan bukan tuhan." Ouh ingin sekali Andrew melemparkan bocah itu kedalam jurang. Tapi sayangnya dia merupakan anak kandungnya sendiri.

-------

Maaf update nya lama bgt dan banyak typo

Obsession's Second Husband (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang