Seminggu ini Rani menghabiskan semua waktunya dengan berjalan-jalan mengelilingi kota Paris bahkan menaiki kapal pesiar dan helikopter pribadi milik Andrew atas inisiatif pria kaya itu sendiri. Sudah 4 hari juga Andrew pergi ke luar kota tanpa memberi kabar pada Rani. Mungkin pria itu sangat sibuk dan juga ingin membiarkan Rani menghabiskan banyak waktu dengan keluarganya tanpa menganggu. Tapi bukankah sebaiknya dia mengirimi Rani minimal 1 pesan perhari?
"Rani sayang kamu kenapa Nak?" Rani menggeleng pelan lalu memeluk Rianti sangat erat.
"Ibu gak bisa tinggal di sini lebih lama?" Elusan lembut di surai yang kini berwarna kecokelatan itu begitu terasa nyaman.
Merasa tak cukup, Rianti menciumi wajah Rani sampai anaknya tertawa geli. "Nanti Ibu akan berkunjung lagi ke sini. Atau kamu yang berkunjung ke Indonesia ya? Di kampung sangat banyak pekerjaan yang terrunda mengingat Ibu dan Bapak punya bisnis yang baru di bangun beberapa hari."
Rani mengerti. Tapi tanpa keluarganya di sana Rani kesepian karena aturan Andrew yang sangat mengekang. Kalau bisa jujur, awal pindah ke Prancis dia nyaris gila karena tidak memiliki teman bicara selain David yang sesekali berkunjung. Andrew mungkin memperlakukan Rani dengan baik, tapi itu tak membantunya untuk merasakan bahagia sebenarnya. Tawa Rani selama di mansion ini hanya sekedar formalitas untuk menghargai usaha suaminya. Ia rindu kehidupan lamanya. Meski Rizki selalu menyakiti Rani, tapi setidaknya ada sahabat dan temannya yang sedikit mengobati.
"Baiklah. Hati-hati di jalan. Semoga kalian semua selamat sampai tujuan. Jangan lupa kabari Rani ya kalau udah sampai di Indonesia." Rani menangis memeluk keluarga dan sahabatnya satu per satu.
***
"Bonan, sudah 1 minggu ini suamiku pergi. Kamu tau kapan dia pulang? Aku sudah menghubunginya tapi tetap tidak ada jawaban sama sekali." Tanya Rani karena sudah merasa geram. Penjaga kepercayaan Andrew yang berasal dari Indonesia itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Aarrrgghhtt ... kenapa sih kalian itu kaya robot hidup! Aku mau teman bicara!"
"Ada apa ini sayang?" Terlihat Andrew dengan pakaian formal yang sedikit kusut dan wajahnya menjadi sedikit kusam.
Rani yang melihat penyebab semua kekesalannya hanya menggeleng pelan sambil tersenyum tipis lalu membawa tas kerja Andrew ke dalam kamar. Tak lupa tadi ia sempat memeluk suaminya sesaat dan tanpa sengaja mencium bau parfum lain yang sepertinya milik seorang wanita disertai helaian rambut panjang berwarna pirang.
"Kau yang membuatnya marah?" Tanya Andrew dengan penuh intimidasi.
Bonan menggeleng. "Nona ingin memiliki teman bicara tuan." Tanpa berkata apapun Andrew menyusul Rani ke dalam kamar.
"Sayang aku baru pulang dan kamu menyambutku dengan hal yang tidak pantas seperti tadi? Kamu tidak manis seperti biasanya!"
Rani menggelengkan kepala. Matanya sedikit terpejam untuk menstabilkan emosinya yang mudah meluap belakangan ini. Dirinya sadar kalau hal tadi memang salah. Bagaimanapun berdebat dan merajuk apalagi sampai marah-marah tidak jelas pada suami yang lelah sehabis pulang kerja merupakan hal yang tidak pantas dilakukan.
"Maaf Mas, tadi aku cuman kesal. Mungkin akibat hormon kehamilan yang seperti pernah dokter Finda bilang. Kamu mau mandi terlebih dahulu Mas? Air nya sudah aku siapkan. Kamu ingin minum apa?"
Pria itu menganggukan kepala lalu pergi ke kamar mandi.
Setelah cukup malam, Rani memperhatikan Andrew yang tengah berselancar memperhatikan diagram yang tidak terlalu dirinya pahami. Setelah selesai Andrew merebahkan badannya dan memunggungi Rani tanpa memakai selimut.
Rani yang sejak lama sudah menunggu momen dimana sang suami bisa diajak bicara pun hanya bisa menahan rasa kecewa. Air mata itu kini mengalir tanpa henti sampai Rani pergi ke kamar mandi agar isakan tangisnya tak mengganggu Andrew yang sudah tertidur pulas. Mungkin suaminya terlalu kelelahan sampai ia sama sekali tidak memperhatikan atau sekedar menanyakan keadaanya selama ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...