Sebelumnya makasih banyak ya buat teman-teman yang mau baca cerita ini, apalagi vote dan komen. Semoga kalian bahagia selalu dan terhibur baca cerita ini.😊
_____
Happy reading allPara tamu selain keluarga inti dari kedua pihak pelamar beriringan pergi keluar. Semua barang hantaran kini dikumpulkan. Karena jumlah hantaran yang dibawa kedua belah pihak hampir sama banyaknya, rumah Nek Yoyok kini dipenuhi oleh barang-barang mewah. Terlebih dari pihak Andrew yang barang bawaannya jauh lebih banyak dengan harga yang fantastis tentunya. Sedikitnya Andrew berterima kasih pada Daddy nya yang sempat ia anggap berlebihan.
"Rani sayang lihat, kami bawakan 1 set emas 24 karat buat kamu."
David tertawa meremehkan. "Peter tunjukan 1 set berlian 20 karat dengan cincin berlian 30 karat dengan batu zamrud terlangka milik mendiang istriku."
"Alah paling dia cuman bohong. Itu palingan imitasi doang."
"Kau ingin pembuktian? Sayangnya aku tidak ingin membuang waktu dengan wanita kampungan sepertimu. Dan Rani, pasti kamu tau siapa kami."
"Selain emas kami juga bawakan kamu kecantikan dan barang-barang yang bisa buat kamu cantik. Mungkin tak semahal 1 set pehiasan berlian itu, tapi kami memberikannya dengan tulus."
"Jangan lihat barang murahan itu Rani, kamu lihat kan kalau barang yang kami bawakan tertera barang yang bernilai puluhan bahkan ratusan juta. Aku sengaja membawakanmu itu sebagai ucapan terimakasih karena mau menjadi menantuku. Aku sudah mengira kamu sangat cantik, tapi tidak mengira kalau akan banyak orang tidak tahu diri." Sungguh perkataan yang sangat pedas dari seorang David.
"Lihat Rani, kamu mau punya calon mertua yang bisa saja menginjak-injak harga diri kamu seenaknya karena status sosialnya berbeda?"
Nek Yoyok memijat kepalanya pelan. Sungguh dia tak paham lagi dengan sifat kekanakan para orang tua yang ingin melamar anaknya untuk sang cucu. "DIAM!! biarkan Rani yang bicara."
"Nah Matahari, sekarang kamu pilih sendiri. Mau barang hantaran yang dibawakan Nak Andrew atau Nak Erol. Jujur Nenek udah pusing!"
Hati Rani dilanda kegelisahan, antara memilih cinta yang masih bertaut pada 1 hati namun dengan resiko akan di khianati kembali atau memilih balas budi pada seseorang yang selalu mengeluarkan uang dengan jumlah yang sangat banyak dengan resiko harga dirinya akan selalu diinjak mengingat status mereka yang berbeda jauh.
"Sayang, bukankah kita sudah sepakat akan menikah secepatnya?" Rani mengangguk kecil.
"Tapi Maha, kamu masih cinta juga kan sama Abang?" Kali ini Rani hanya bungkam, tidak mengangguk ataupun menggeleng pelan.
"Maha Tante janji kalau kamu mau jadi menantu Tante kamu akan kami perlakukan spesial. Kamu akan menjado wanita paling beruntung di dunia ini."
"Jangan percaya Nak, percayalah pada saya kalau kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan jika menikah dengan Andrew."
Rani kembali menarik napasnya dalam-dalam. Ia mencoba mengumpulkan rangkaian kata agar pilihannya tak menyakiti siapapun meskipun mustahil tak membuat salah satu diantaranya menanggung malu.
"Sebelumnya terima kasih atas kedatangan kedua pihak malam ini dengan maksud baiknya. Akan tetapi mohon maaf sekali Pak Kades dan Ibu Kades, tapi saya belum pernah lagi berhubungan dekat dengan Bang Erol. Justru kalau boleh jujur malam ini memang saya siapkan khusus untuk penyambutan calon suami saya. Niatnya setelah masa 'tunggu' pasca perceraian saya selesai, saya memang mau melaksanakan pernikahan bersama Tuan Andrew. Saya menerima dia jujur bukan atas hal yang dia bawa saat ini. Tapi saya menerima Tuan Andrew karena sudah membantu saya disaat terpuruk. Dan lagi saya sudah berjanji untuk membalaskan kebaikannya dengan mencurahkan hidup saya untuk membantunya selama beliau membutuhkan saya di sampingnya." Rani mengutuk bibir lancangnya. Sungguh berlebihan dan terlalu formal sekali tuhan!! Dalam hati mau berucap apa yang keluar malah apa.
"Jadi kamu sama sekali gak tau kalau Erol mau lamar kamu?" Rani menggeleng. Jujur saja sampai saat ini dia masih merasa bermimpi.
"Tadi Rani dan Bang Erol memang sepakat akan membahas suatu hal di sore hari. Namun nyatanya beliau datang sedikit terlambatdengan itikad baikyang sebelumnya Rani sendiri tidak paham betul apa yang akan kami bahas. Maaf sekali ya Pak, Bu, bukan maksud hati Rani mau menyakiti hati kalian yang sudah lebih dulu sampai. Tapi hari ini sudah Rani dan Mas Andrew rencanakan cukup lama."
"Memalukan!! Erol dan semuanya ayo kita pulang. Semuanya bawa lagi barang hantaran tadi, itu semua gak berharga sama sekali dengan cincin berlian 30 karat dan barang branded lainnya. Kita mah apa atuh cuman rakyat miskin yang gak berarti buat wanita kayak dia." Rombongan itupun segera pergi dari sana.
"Hai calon menantu yang sangat cantik, perkenalkan aku David. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan Daddy."
Rani tersenyum sambil menyambut kedatangan calon mertuanya dengan mencium punggung tangan David. Ia juga menatap Andrew yang berwajah masam dengan hangat lalu mempersilahkan mereka duduk.
"Jadi kamu calon suami yang cucu saya maksud? Mohon maaf ya sebelumnya atas hal ya g tidak menyenangkan tadi. Tapi percayalah pihak keluarga kami pun terkejut."
Kali ini Fitri pun berani menimpali dan menjelaskan semuanya. Sepanjang cerita rahangnya terlihat sangat tegang begitu juga tatapan matanya sangat tajam. "Jadi saya harap Tuan Andrew tidak marah pada sahabat saya Rani."
Ekspresi wajah Andrew kini sudah berubah normal. "Ekhem, baiklah saya paham. Langsung saja, perkenalkan saya Andrew Davidson berusia 29 tahun di akhir tahun ini. Seperti yang sudah Nenek ketahui kedatangan saya bersama Ayah saya kemari karena ingin mempersunting pacar saya Maharani Putri Wulan J. Sebagai pendamping hidup saya. Mungkin kami belum saling mengenal terlalu lama, tapi saya berani menjamin kalau saya tulus dan serius ingin menjalani pernikahan dengan cucu Nenek."
Nek Yoyok tersenyum dan menyerahkan semuanya pada Rani. "Seperti perkataan saya sebelumnya, Saya Maharani Putri Wulan J. bersedia dengan penuh kesadaran untuk menerima pinangan Andrew Davidson."
Fitri memeluk sahabatnya itu dengan bahagia. "Jadi kapan rencana Nak Andrew mempersunting cucu saya?"
"Sekitar 2 minggu lagi."
"Apa itu tidak terlalu cepat? Maksud Nenek..
"Nek kami sudah berpisah hampir 5 bulan lamanya dan hanya berpacaran melalui telepon. Kami sengaja ingin mempercepat karena takutnya tidak tahan lagi menahan rindu. Lagipula berkas untuk pernikahannya sudah diproses sejak lama dan akan diajukan ke KUA wilayah kita besok."
"Baiklah, kalau itu yang terbaik maka nenek hanya bisa mendukung kamu. Orang tuamu sudah tau?"
"Lusa mereka akan pulang ke Indonesia. Saya sudah mengurus semuanya Nek." Tak dipungkiri Nek Yoyok sangat senang mendengar kabar tersebut. Akhirmya setelah belasan tahun ia bisa bertemu dengan anak dan menantunya kembali. Ia harap anak dan menantunya itu kini tak lagi sama-sama menyimpan dendam.
Nek Yoyok menangis haru, ia berulang kali mengucapkan terimakasih pada Andrew. Entah apa yamg dilakukan calon cucu menantunya itu, setidaknya ia bisa melepas rasa rindu yang kian bertambah setiap harinya. Berapa keraspun bujuk rayu Nek Yoyok, tapi tak ada yang mau mendengarkannya.
"Nenek bahagia? Anggap saja ini hadiah kecil dari saya."
"Jelas Nenek bahagia. Terima kasih nak."
"Tapi Nek, boleh saya adakan resepsinya di kota?" Tanpa berpikir 2 kali Nek Yoyok terima.
"Jika boleh, boleh saya bawa Rani ke selama seminggu untuk survei gedung, pilih baju dan lainnya?"
"APA?!"
___
25 juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...