Kedatangan Rani bersama Andrew yang berangkat bersama diketahui oleh salah satu karyawan disana. Hal itu sedikit membuat kehebohan dan membuat sebagian besar menggosipkan Rani yang memakai ilmu pengasihan sehingga selalu bisa dekat dengan bos besar meskipun statusnya hanya seorang OG dan wajahnya jelek.
Banyak yang menyimpan dendam dan kecemburan pada gadis gendut berkulit kusam itu. Apalagi setelah bentuk tubuh Rani menyusut sehingga hanya menyisakan tonjolan besar di aset-aset yang orang lain inginkan.
"Oy bohay!" Rani menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Bagas yang menenteng makanan ke ruangan Office Boy/Girl di lantai 38. Kenapa lantai 38? Karena di lantai 39 dan 40 tidak ada ruang istirahat bagi staff pembersih.
Mata Rani yang tadi sayu kini menjadi berbinar setelah mengetahui bahwa makanan itu dibelikan untuknya. "Makasih ya Gas. Tau aja aku kurang amunisi karena gak masak nasi."
"Apa ini ada hubungannya sama lo yang berangkat bareng Tuan Andrew?" Rani mengangguk pelan sambil memakan nasi kuning itu.
"Aku sekarang kerja di apartemennya sebagai pembantu. Aku gak masak nasi karena tau sendiri orang bule sarapannya roti."
"Loh trus lo kerjanya gimana? Bukannya di sini aja kerjanya 9 jam? Belum lagi ada pergantian shift di setiap bulannya. "
"Aku tinggal di apartemen Tuan Andrew udah 1 minggu."
Bagas terdiam lalu memgusap rambut Rani yang selesai makan dengan lembut. "Pasti ada hubungannya sama rencana pernikahan kedua si brengsek itu kan? Jangan terlalu gila kerja Ran, badan lo sekarang jadi kurusan."
Rani hanya tersenyum tipis. "Biarin aja lah mereka. Toh dari awal aku gak bahagia. Tapi kayaknya aku ada ide buat balas dendam atau seenggaknya buat Rizki agak nyesel acuhin aku."
"Apa? Selingkuh? Kalo lo cari selingkuhan jangan cari yang lain. Sama gue aja. Gue gak jamin lo buat gak ngerasa kecewa, tapi gue janji gak bakal ngekhianatin apalagi kasar kaya si bajingan."
Dahi Rani mengernyit. "Apaan sih, kalo sampe itu terjadi yang ada malah aku dituduh sebagai pelaku dia nikah lagi. Paling parah aku disebut cewek murahan yang gak tau diri dan gak sadar body."
"Ouh kirain hehe. Btw muka lo bersihan yah. Padahal baru tinggal bentar di kawasan elit tapi udah glow up aja. Mana badan lo makin nyusut, jadinya kan si kembar 4 makin nonjol."
Plak!!
"Bisa gak sih itu otak gak berpikir kotor. Masih perjaka aja udah gini, apalagi udah nikah dan ngerasain yang ekhem."
"Ekhem apa hayoh ... yaudah biar kebuktian kita sat set prot prot yuk. Gue lepas perjaka nya sama lo aja gimana?"
Bugh ... bught ... plak ... bugh.
"Bagas edan!!"
Bukannya marah atau kesakitan lelaki itu justru tertawa kencang sampai akhirnya melirik jam yang ternyata sudah masuk jam kerja.
"Kita pesen oyo malem ini ya sayang. Gak sabar nunggu kata kasar kamu yang lainnya. Nana ninu nya yang pelan aja dulu jangan kasar. Kan baru pertama percobaan."
"Bagas ih!!" Dengan kesal Rani menghentakan kakinya menuju lift untuk pergi lantai 40 dan mulai membersihkan ruangan para petinggi perusahaan. Beberapa belakangan ini sistem kerja di perusahan itu banyak yang dirombak. Termasuk setiap OB/OG yang dulunya bisa pegang 2 lantai dengan partner shift nya kini dipermudah lagi karena hanya berfokus untuk membersihkan 1 lantai.
"Yah dia ngambek. Musti boros beli jajanan sekresek ini buat bujuknya." Gumam Bagas berjalan ke lantai 39.
"Saya suka semangat kamu dalam bekerja." Rani yang sedikit kaget menoleh ke arah Zion, direktur utama disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...