17. Penyelesaian dan masalah

1.2K 85 0
                                    

Maaf ya update revisinya kelamaan. 🙏😭

"Mas aku mau bicara mengenai hubungan kita yang 15 tahun ini tidak ada kepastian lagi. Sebelum Mas memutuskan untuk hidup bersama Ibu atau kembali ke luar negri, setidaknya status kita harus jelas. Cukup belasan tahun ini kita saling menghindar satu sama lain." Ucap Rianti menemui pria yang masih berstatuskan suami di kantor catatan sipil dan belum pernah menjatuhkan talak.

Jono menatap wajah cantik yang masih awet muda itu dengan intens. Jujur dilubuk hati paling dalam ia masih belum melupakan rasa cinta terhadap istrinya. Mengenai kesalahaan di masa lalu, itu sebetulnya sedikit diluar kehendak. Jono dijebak oleh seorang pembantu muda lalu dijerat agar ia tidak bisa lepas karena ketampanannya yang sangat mempesona dulu. Ingin sekali rasanya dia memeluk wanita dihadapannya dan menjelaskan semuanya. Tapi di satu sisi ia takut dikecewakan dengan rasa tidak percaya sang istri terhadapnya. Jono memang tipe pria pengecut sesungguhnya.

"Dek ..." Hanya 1 panggilan dari mulutnya saja begitu terasa berat ia keluarkan. Rasa bersalah sebegitu besar menghantam hati dan kepalanya. Bahkan selama 16 tahun ini, Jono selalu hidup dalam rasa penyesalan dan ketakutan. Takut akan berpisah dengan keluarga kecilnya, takut jika sang istri menemukan tambatan hati yang baru. Yah meskipun ia sendiri yang sudah menciptakan ruang lubang hitam di dalam keluarganya sendiri. Nyatanya melupakan dan acuh pada suatu masalah yang kita ciptakan dan menyisakan penyesalan tanpa penyelesaian itu merupakan hal yang paling berat bagi Jono. Perasaan itu tak sepenuhnya bisa berubah meskipun belasan tahun telah berlalu.

Rani yang memperhatikan merasa paham dan menggenggam tangan kurus yang kini mulai banyak berkeriput itu secara halus. "Tenang Abang, Adek gak benci Abang sama sekali, mungkin belasan tahun lalu rasanya kecewa berat dan tak terima. Tapi sekarang ini Rianti sudah ikhlas. Rianti bakal terima apapun keputusan Abang bahkan jika itu mempunyai keluarga baru. Setelah mendengar kondisi yang sudah menimpa anak kita Maharani, Rianti jadi sadar kalau selama ini Rianti sangat kekanakan dalam menghadapi masalah. Harusnya Rianti intropeksi diri bahwa Rianti banyak kekurangan sehingga Abang mungkin merasa sudah tidak sanggup lagi menghadapi Rianti.

Sebetulnya Rianti sangat bahagia bisa melihat anak kta tumbuh besar dengan kelapangan hati yang besar. Terlepas dari cobaan berat yang sudah menimpanya. Ia bahkan tak memupuk kebencian pada kita, Triani, Erol ataupun Rizki dan juga Nia. Entah kebaikan apa yang pernah Abang dan Adek buat, tapi Rianti gak pernah nyesel menjalin hubungan sama Abang sampai punya anak sebaik dan setegar Rani." Ungkap wanita setengah baya yang nampak masih segar itu.

Jono yang mendengar itu tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia memeluk Rianti begitu erat lalu bersimpuh pada kakinya. Ia semakin merasa bersalah setelah panggilan mesra mereka diucapkan kembali.

"Dek ... maafkan Abang, kamu bahkan jadi istri yang nyaris sempurna bagi Abang. Tapi karena jebakan Gina dan tidak mendengarkan ucapan kamu, semua ini kita alami. Abang egois karena gak pernah mau lepasin kamu. Selama 30 tahun ini bahkan Abang gak pernah bisa buka hati Abang sama siapapun lagi. Di Hongkong pun Abang tak ada kepikiran hanya untuk sekedar menyalurkan hasrat lagi karena selalu keinget kamu. Abang selalu nyesel karena gak pernah bisa tegas dan takut pada Gina sampai Abang kehilangan cinta kamu."

Air mata Rianti pun ikut terjatuh. Entah suaminya itu berbicara jujur atau tidak, tapi Rianti sangat terharu dengan situasi ini. Situasi dimana mereka bisa bicara dari hati ke hati setelah sekian lama perang dingin tanpa kabar apalagi saling pengertian. "Abang ... Rianti lebih senang kalau Abang jujur. Rianti benar-benar akan terima dan tidak akan meminta pisah jika itu keinginan Abang."

Jono menggeleng. "Sumpah demi tuhan yang ada di pikiran Abang cuman ada kamu dan wajah kecewa kamu setiap saat. Juga pikiran Abang selalu bertaut pada kondisi anak kita yang katanya sering di diskriminasi oleh teman-temannya kecuali Fitri."

Rianti membawa badan suaminya untuk duduk kembali di sisi ranjang. "Jadi Abang ingin melanjutkan hubungan ini dan memulainya dari awal lagi?" Jono mengangguk.

"Tapi sebelumnya Rianti meminta maaf, Rianti juga pernah mengkhinati pernikahan kita untuk mencari pelampiasan untuk apa yang pernah kita lewati. Tidak sampai ke sentuhan fisik memang. Tapi saat itu status kami seperti orang berpacaran." Jono tentu saja tidak masalah. Ia paham dan mungkin akan berbuat lebih jika hal yang menimpa istrinya itu menimpa dirinya.

"Rianti senang dan lega, akhirnya Rianti punya teman yang bisa menemani dan mendengarkan semua cerita Rianti di masa tua. Umur 45 rasanya bukan lagi memikirkan pembalasan. Tapi menerima kekurangan dari masing-masing pasangan, saling pengertian dan memaafkan semua yang terjadi di masa lalu. Biarlah kejadian kemarin kita jadikan pelajaran. Rianti mau di masa tua ini ada orang yang mau saling bahu membahu menuntun anak kita untuk menjalin hubungan dan menghadapi masalah rumah tangganya dengan benar. Bukan berarti ikut campur, tapi memberikan motivasi dan contoh juga cukup. Abang mau wujudin impian Rianti yang 1 ini?" Jono kehabisan kata, lagi-lagi ia dan kali ini memberikan kecupan hangat di kening istrinya.

"Abang sangat setuju. Dan sepertinya kita harus menikah ulang secara agama sebelum kebablasan." Rianti dan Jono sama-sama tertawa. Lega rasanya menyelesaikan apa yang selalu mengganjal.

"Ouh iya, mengenai Triani ... Abang ingin memberitahukan sesuatu untuk kamu."

Belum sempat menjelaskan, suara ketukan pintu terdengar dari arah luar.

Dilihat Nek Yoyok dengan raut sedihnya. "Cepat bersiap, Matahari celaka lagi akibat si anak haram!" Ucapnya penuh dengan kemarahan. Kali ini Nek Yoyok yang besar hati tak bisa lagi mentolerir ulah Triani.

"Maksud Ibu apa?"

Nek Yoyok menampar lalu memukul kepala Jono dan melampiaskannya dengan pukulan di badan anaknya secara membabi buta untuk pelampiasannya. Rianti yang melihat mertuanya tidak terkontrol segera memisahkan keduanya.

"Triani menyiram Matahari dengan susu panas sampai kulitnya melepuh. Sekarang Matahari tidak sadarkan diri dan dinyatakan kritis. Sejak dulu anak itu selalu berniat menyakiti hati dan fisik cucu kesayanganku!" Jawabnya sambil menangis memeluk Rianti erat. Tangis Rianti pun pecah, ia tak sanggup membayangkan kondisi anaknya.

Jono yang mendengar itu terduduk lemas di lantai. "Anakku ... Maharani."

"Sudah, cukup menangisnya. Kalian bersiap!!"

***

Andrew menatap ruangan yang tengah dipenuhi dokter itu dengan tegang. Sejak awal sampai dia tak henti-hentinya merapalkan kalimat 'Jangan mati'. Kondisi Rani yang tadi sempat sedikit stabil kembali semakin parah karena aliran pembuluh darah ke jantungnya sempat terhenti.

"Bagaimana kondisinya sekarang dokter?"

"Sekarang dia sudah baik-baik saja. Setelah diperiksa ulang ternyata nona Maharani memiliki alergi berat dalam jangka waktu cukup pendek pada zat kimia berbahaya apapun yang berkontaminasi dengan tubuhnya. Jika tidak segera tertangani maka rasa sesak, dada terhimpit dan penyempitan atau perlambatan peredaran pembuluh darah ke jantung bisa sekali menyebabkan kematian."

"Apa sekarang dia baik-baik saja?" Dokter itupun tersenyum dan mengangguk.

"Beruntung penanganan kami tepat dan reaksi obatnya bekerja cepat. Beliau bisa sadar dalam waktu dekat. Setelah ini kami juga akan memindahkan nona ke ruangan inap vvip yang sudah Tuan pilih." Andrew mengangguk. Tak lama pintu UGD kembali terbuka dan beberapa perawat membawa brankar Rani ke lantai atas menggunakan lift disusul oleh Andrew dan David dibelakangnya.

"Dad haruskah kita sedikit bermain dengan trauma wanita ular itu agar tak hanya fisiknya saja yang cacat tapi juga mentalnya?" Bibir David menyeringai pertanda bahwa ia setuju.

"Daddy juga sudah mendapatkan hasil labnya. Sebelum tertangkap ayo buat dia dibuang terlebih dahulu. Sekalian saja kita buat si pria hidung belang itu setia pada pasangannya." Andrew pun setuju. Sungguh 2 manusia yang menyeramkan. Entah apa yang akan Rani hadapi kedepan. Semoga ia bisa menghadapinya penuh dengan ketegaran.

_______

1 Agustus 2022

19/12/22

Obsession's Second Husband (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang