Setelah kejadian waktu itu, Andrew dan keluarga Rani begitu sangat menjaga dan merawat wanita itu begitu penuh perhatian. Setelah seitar 2 minggu dirawat, Rani pun mengikuti suaminya untuk tinggal di Prancis sekaligus perawatan agar bekas lukanya bisa cepat menghilang.
Sejak saat itu Andrew sangat mengekang Rani bahkan saat pernikahan orang tuanya kembali. Untuk memakan sesuatu saja pria itu selalu menghitung dan memeriksa zat apa saja yang terkandung di dalamnya sebelum memberikannya pada Rani. Sempat 1 kali saat Andrew menghadiri rapat dan Rani memakan jus apel kemasan dari Fitri tanpa meminta memeriksanya dulu ke lab. Andrew begitu memarahi Rani sampai beberapa jam tanpa henti. Karena itu Rani kapok dan selalu menurut meski sudah sangat kesal.
"Sayang bangun. Ini sudah jam 6 pagi, bukankah 4 jam cukup untukmu beristirahat? Kamu harus segera sarapan agar asam lambungmu tidak naik." Rani yang tertutupi selimut tebal itu menggeliat dan mengekspos tubuhnya yang polos dibalik kain tebal itu.
"Maafkan aku sayang, seharusnya aku menyiapkan air hangat untukmu mandi dan juga membantumu bersiap ke kantor." Seraknya seraya menutupi tubuh dengan selimut.
Andrew tertawa kecil. "Aku maafkan, lagipula kamu selalu payah karena kalah dari aku. Mulai besok kamu harus rajin olahraga ya."
Rani menggeleng pelan. Ia tak menampik hal tersebut karena memang stamina Andrew sangat diluar batasnya. Dikarenakan luka Rani sudah mengering, Andrew menuntaskan dahaganya sampai 12 ronde dengan durasi yang lama. Padahal Andrew selalu komplain kalau milik Rani selalu terasa anak perawan tanpa selaput dara di setiap penetrasinya. Entahlah Rani harus senang atau sedih menyikapinya.
"Mas sudah mandi? Kalau sudah Rani mau mandi dulu ya." Andrew menggeleng pelan.
"Aku belum mandi. Kita mandi bersama ya? Janji tidak akan macam-macam mengingat kamu sudah sangat lelah. Setelah mandi dan sarapan kamu bisa melanjutkan tidurmu lagi." Rani pun hanya pasrah saat badannya di gendong dari arah depan.
"Sayang aku sudah siapkan pakaian kamu. Cepat pakai bajumu sebelum telat. Bukankah pagi ini kamu ada meeting penting?"
"Aku sedang malas membuka kancing kemeja. Bisakah kamu memakaikannya?"
Rani yang paham kalau Andrew sedang mode manja segera melakukan keinginan pria itu. Disela-sela Rani memakaikan dasi Andrew mengecup bibir Rani dengan gemas. "Nanti suapi dan ikut aku ke kantor ya? Masalah tidur, kalau kamu masih mengantuk kamu bisa lanjutkan di mobil atau di kantorku nanti." Rani menghela napas pendek. Sudah Rani duga kalau suaminya itu tak akan mereka berjauhan cukup lama.
"Iya sayang. Ah ya tentang resepsi kita yang tertunda kamu yakin mau menggelarnya secara mewah?"
Andrew mengangguk. "Ya, bulan depan kita akan melangsungkannya. Em.. sayang untuk bekas luka itu apakah kamu keberatan kalau kamu aku memintamu menghilangkannya dengan cara operasi? Aku lihat luka itu tidak akan bisa sembuh hanya dengan salep." Rani berpikir sejenak lalu menggeleng pelan.
"Nice, kamu memang istri yang paling baik dan penurut."
"Yah selama itu demi kebaikan aku gak akan nolak."
"Yasudah mari kita kebawah setelah kamu selesai bersiap. Aku turut senang karena bahasa Inggris kamu meningkat pesat setelah tinggal di Paris beberapa minggu ini."
"Ya, berkat Mas bahkan aku jadi bisa berbahasa Prancis juga meski sedikit."
"It's oke. Kamu juga bakal jago kok nantinya."
Rani tersenyum simpul. "Sayang boleh tidak nanti aku ke toko buku?"
"No! Kamu bisa membelinya secara online. Aku tidak mau kamu pergi ke tempat umum dan bertemu banyak pria. Kamu hanya boleh berdiam di mansion ataupun ikut aku ke kantor dengan pengawasan ketat. Aku takut kamu kenapa-napa. Lagipula aku sudah memberikan kamu banyak fasilitas di sini kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...