Pagi ini Rani bangun lebih awal dari biasanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah punggung polos Andrew dan bahunya yang lebar. Dengan pelan ia turun dari ranjang dan memunguti pakaiannya yang tergeletak di bawah lantai lalu berlanjut membersihkan diri dan berjalan ke arah dapur melalui lift yang ada di mansion berlantai 5 itu.
Diambilnya sayuran serta buah-buahan segar yang kemudian ia olah menjadi salad. Hari ini jadwal pengantin baru itu untuk olahraga. Biasanya Rani akan dipaksa melakukan banyak hal. Maka dari itu ia memutuskan untuk memakan sesuatu terlebih dahulu mengingat Andrew terbiasa olahraga pagi tanpa sarapan.
"Aku kira kamu kemana!" Rajuk Andrew dengan muka bantalnya.
"Mas mau sarapan?" Pria tampan itu menggeleng.
"Kenapa bangun sepagi ini? Biasanya kamu akan bangun lebih siang setelah aktifitas panas yang kita lakukan setiap malam."
Tawa kecil terdengar begitu indah di telinga Andrew. "Sepertinya tubuhku mulai terbiasa menerima rasa sakit dan aktifitas melelahkan."
"Benarkah? Kalau begitu bisa tidak aktifitas panasnya kita tambahkan durasinya lagi?" Mata cokelat itu terbuka lebar.
"Kita melakukan itu hampir setiap malam! Mas masih kurang? Apa jangan-jangan Mas itu--
"Aku bukan hyper. Tapi denganmu entah kenapa hasratku selalu gampang naik. Kamu terlalu candu dan sayang jika dianggurkan."
Rani mencoba menahan senyuman sampai menimbulkan rona merah muda di pipinya. Bukan menahan senyuman karena merasa tersipu, tapi itu senyuman meremehkan. Mana bisa dia percaya dengan gombalan seperti itu. Pengalaman dan wawasannya mengenai pria sudah tidak senaif dulu.
Lalu terlintas pertanyaan random di otak kecil Rani. "Sayang ... kamu cinta gak sama aku? Kok kamu mau sih ngeluarin banyak uang dan menetapkan pernikahan kita secara resmi?"
Andrew terdiam beberapa saat. "Aku tidak ingin kamu bersama pria lain. Dan juga hanya kamu yang memberikan sensasi sex luar biasa." Jawabnya dengan jujur.
Pertanyaan itu sudah Rani lontarkan beberapa kali, tapi tetap saja jawabannya selalu bukan yang Rani cari dan inginkan. Seolah menegaskan kalau Andrew hanya menjadikannya boneka sex yang bisa ia mainkan sesuka hati dan juga sangat terlihat suaminya menyembunyikan suatu hal yang besar. Tapi untuk saat ini Rani tidak peduli tentang hal itu. Selama dirinya tidak disiksa dengan sangat tidak manusiawi maka dia akan terima.
Karena selera makannya sudah hilang dan sudah tersisa sedikit, Rani berdiri dari tempat makannya. "Baiklah. Aku mau ganti baju olahraga dulu ya."
"Fuity hari ini kita akan lari sejauh 10 KM, latihan menembak, latihan memanah dan latihan tinju."
Langkah Rani terhenti. Badannya berbalik dan menatap Andrew dengan wajah memelas meskipun dalam hatinya ia sedikit kesal. "Bisa tidak larinya 5 KM aja? Aku sebenernya masih lemes karena aktifitas semalam."
"Gak! Harus 10 KM."
"Aku gak suka olahraga!"
"Tidak suka pada sesuatu bukan berarti hal itu buruk. Kamu harus terbiasa olahraga agar badan kamu selalu sehat dan juga olahraga bisa membantu tubuh mengeluarkan zat endorfin yang membuat rasa senang gampang kamu dapatkan." Jawaban asal itu membuat Rani malas berdebat.
Selintas ide kecil terlintas di otak Rani. "Oke, tapi aku mau malam ini dan besok tidurnya jam 8 sore dan jangan diganggu."
Awalnya Rani berharap kalau hal itu mengusik Andrew. Tapi nyatanya harapan Rani hanya sebatas angan. "Oke. Aku rasa kamu memang butuh istirahat juga. Aku juga gak tega setiap awal penetrasi kamu suka mengeluh kesakitan meskipun setelahnya selalu kenikmatan."
Bisa tidak Rani memukul kepala suaminya yang tampan dan berkuasa itu? Dia terlalu sering berbuat dan mengatakan hal yang menyebalkan. Terlalu frontal.
***
Setelah berhasil menyelesaikan lari sejauh 10 KM dengan penuh perjuangan, Rani berbaring untuk mengistirahatkan badannya. Sedangkan Andrew memilih untuk melanjutkan larinya. Rani tak habis pikir, apakah suaminya itu selalu memiliki baterai cadangan atau bagaimana. Karena di matanya, selama beberapa bulan tinggal bersama, pria itu tidak pernah terlihat kelelahan ataupun sakit.
"Hai, sedang apa bidadari cantik ini berbaring di pinggir hutan?"
Rani terduduk dan melihat siapa yang menyapanya. Ternyata itu salah satu sepupu Andrew yang sedang jogging di wilayah mansion suaminya. Menurut Bonan, beberapa saudara Andrew memang sering berkunjung ke kediamannya untuk menumpang olahraga atau membahas bisnis yang sempat tertunda. "Ouh, hai Alexza. Aku hanya sedang sangat kelelahan."
Pria tampan berambut putih itu memberikan sebotol jus miliknya pada Rani. Tapi berhubung Rani tidak bisa mengonsumsi sesuatu secara sembarangan, ia pun menolak secara halus. Lagipula wanita itu sudah membawa air mineralnya sendiri. Pria itu saja yang memiliki kebiasaan aneh meminum jus jeruk dan air mineral setelah berlari jarak jauh.
"Kamu yakin ingin berdiam di sini sendirian?" Rani mengangguk.
"Kamu sepertinya sudah sangat lelah. Aku bantu gedong mau? Sepertinya Andrew akan sangat lama. Dia itu selain maniak kerja, dia maniak olahraga juga."
'Pantas saja badannya sangat bagus dan tubuhnya selalu bugar. Ditambah staminanya saat di ranjang luar biasa. Bukankah itu artinya aku bisa menambahkan 1 pernyataan lagi? Dia juga maniak sex!' Batin Rani dalam hati.
"Rani!" Suara itu menyadarkan kembali dirinya dari lamunan.
"A- iya?" Jawabnya dengan gagap. Tanpa Rani sadari wajah Alexza sudah berada sangat dekat dengannya.
"Kamu sangat mirip. Bedanya kamu lebih seksi, penurut dan terlalu santai." Kedua alis Rani mencoba bertemu. Wanita itu tak paham tentang orang yang dibahas Alexza.
Belum sempat bertanya lebih lanjut Rani merasakan tubuhnya melayang. Sepeesekian detik badannya dibuat berdiri lalu tak lama setelahnya badan yang mulai langsing itu berada di punggung seseorang. Ternyata Andrew kembali menghampiri Rani dengan cepat.
"Jangan mengganggu istriku Za. Dia harus mengumpulkan energinya untuk olahraga lain."
"Aku tak mengganggu. Hanya saja aku ingin memberikan sedikit saran padamu. Jangan terlalu memaksakannya. Kau akan menyakiti ah bukan tapi menyiksa keduanya. Kau pasti tidak ingin mengulangi hal yang sama bukan? Berhenti sebelum terlambat."
Ucapan itu Andrew anggap angin lalu. Ia menatap Rani yang tidak terlalu paham bahasa Prancis dengan sedikit gemas. "Olahraga yang lainnya kita batalkan. Akan lebih baik sepertinya kalau kamu operasi plastik dulu untuk menghilangkan setiap bekas luka ditubuhmu." Rani mengernyitkan dahi dengan ekspresi kesal.
Pandangan Andrew beralih kepada Alexza dan menatapnya dengan dingin. "Lanjutkan saja olahraganya. Jika ada bisnis yang perlu kita bahas temui aku di ruang kerja 30 menit lagi karena aku harus menemani istriku ke dokter."
"Oke. Goodluck." Acuh Alexza meminum jus miliknya lalu mulai berlari lagi.
Setelah Andrew dan Rani yang berada digendongannya menjauh, Rani mulai berani memulai percakapan. "Dia orang yang aneh banget."
"Siapa?"
"Alexza." Andrew mengulum senyumnya lalu membenarkan.
_________
3 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...