Kabar kedatangan Rani dan perubahan fisiknya yang drastis membuat banyak warga heboh membicarakannya. Terlebih setelah mendapatkan 1 kantong oleh-oleh dari 4 daerah yang berbeda. Hal itu membuat banyak orang yang menggosipkannya beragam. Mulai dari menggosipkan dia jadi simpanan pejabat, praktek pesugihan, jual narkoba, sampai membicarakan pacar baru Rani yang tidak mereka ketahui siapa dan bagaimana rupanya.
"Rani!!" Pekik seseorang memeluknya dari belakang.
"Loh, Fitri? Kamu gak kerja?" Wanita cantik itu menggeleng.
"Ambil cuti seminggu. Nyokap gue baru selesai operasi kelenjar dan gak ada yang bisa rawat seharian penuh. Lagian staff keuangan gak terlalu numpuk pekerjaannya setelah penambahan karyawan."
Rani mengangguk dan melepaskan pelukan Fitri. "Gila, gue masih gak nyangka bisa ketemu lagi, padahal baru aja kemarin kita liburan dari Malang."
"Iya nih gak nyangka. Semoga Ibu kamu cepet sembuh ya. Maaf kemarin aku gak sempet jenguk soalnya aku baru tau sekarang."
"Gak papa. Santai aja kali. Gue juga paham kok."
Tiba-tiba seseorang datang dengan senyuman manisnya. Rani baru tersadar jika ada orang lain di teras rumahnya untuk menunggu dipersilahkan masuk.
"Hai Maha, udah lama banget ya kita gak ketemu."
Dua pasang mata itu saling bertatapan cukup lama. Debaran yang dulu selalu menggila kini perlahan pudar meski masih ada rasa sisa di hatinya. Bayangan kejadian dulu kini kembali berputar di kepalanya bersamaan dengan rasa sakit luar biasa. Rani baru menyadari, ternyata hatinya belum bisa sepenuhnya melupakan pria di hadapannya. Pria yang membuatnya sangat frustasi sampai depresi. Rani kini paham, ternyata rasa sayang dan sakit hatinya pada Rizki hanya rasa ingin diakui dan dihargai. Meski begitu, bukqn berarti Rani sudi untuk menjalin hubungan asmara kembali.
Rani memalingkan mukanya sejenak untuk membuang ekspresi bingungnya lalu menampilkan senyuman manis yang membuat lawan bicaranya terpana. "Hai Bang Erol. Ada apa ya?"
Fitri yang menyadari perubahan Rani segera menjelaskan. "Bang Erol mau nyerahin berkas pajak dari omnya. Kebetulan tadi kita ketemu dijalan, jadinya bareng sama gue deh kesininya."
"Ouh ... kebetulan Nenek lagi ke kota buat belanja dan sekaligus survei langsung biar bisa memperluas pemasaran hasil kebun kami sama Mang Adnan. Sebentar ya Rani ambil kertas pajak taun kemarin."
"Maha sekarang beda banget ya. Nyesel Abang masuk ke rayuan ular kadut."
Fitri yang masih mendengar lirihan kecil itu tersenyum mengejek. "Kenapa Bang? Nyesel sampai ke dasar lubang hitam? Ada niatan balikan? Jangan harap, dia udah punya pacar baru yang lebih segalanya."
Belum sempat menanyakan maksudnya, Rani datang dengan beberapa lembar uang merah dan setumpuk kertas ditangannya. Wajahnya yang tersenyum tak lantas membuat suasana terasa menyenangkan. "Ini Bang, langsung totalin aja semuanya tanpa perlu dijelasin. Nanti kejelasannya biar Nenek yang tanyain sama Om Arham. Rani percaya kok sama Abang."
Erol yang diperlakukan seperti itu hanya tersenyum kikuk dan melakukan tugasnya. "Totalnya Rp.1.323.600 Ran, kamu bisa cek lagi ya."
Rani menggeleng dan menyerahkan uangnya. "Itu bang, boleh dihitung ulang ya."
"Gak kurang kok Ran, ini kembaliannya 26.500 ya." Lagi-lagi Rani menggeleng.
"Gak papa bang, itung-itung buat ganti bensin Abang dari rumah kesini. Atau kalau gak bonus buat Om Jono." Erol menggeleng dan menaruh kembalian itu sebelum akhirnya pergi.
"Ah iya, ada hal yang mau Abang obrolin sama kamu. Nanti sore Abang boleh berkunjung ke sini?"
"Oke, sore ya Bang, kalau malam aku gak terima tamu karena ada acara." Pria itu mengangguk dengan semangat lalu pamit kembali. Kali ini benar-benar pergi tanpa ada kalimat tambahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession's Second Husband (Hiatus)
Short StoryPROSES REVISI!! (☡18++) Maharani Putri Wulan J. mempunyai kehidupan dan takdir yang kurang menyenangkan. Mencintai dan menikah pada pria yang kasar, tukang selingkuh serta tak pernah meliriknya membuat keseharian Rani sesak. Alasan suaminya berperil...