14. Bertemu Nek Yoyok

1.5K 101 4
                                    

Maaf bgt buat yang udah nunggu cerita ini. Kemarin kondisi aku lagi gk baik. Ada masalah internal yang perlu diselesaikam dan sekarang masih belum selesai.🙏
____________

Semenjak Alfonso menerima sebuah panggilan di tempat spa saat itu Rani tak pernah ada lagi yang mengikuti. Ia sangat menikmati liburannya selama 1 bulan di Bali untuk kemudian mengajak teman-temannya berkeliling di Malang. Rani sengaja mentraktir teman-temannya untuk menikmati kebebasan dan kebersamaan mereka yang mungkin suatu saat nanti tak bisa ia ulang. Hanya 2 hari Rani menikmati kebersamaan itu karena teman-temannya tak bisa cuti dengan waktu bersamaan.

"Matahari? Ah mana ada dia cantik kaya artis. Bohong ya kamu?" Tuding wanita berusia 70 tahun yang masih banyak tersisa kecantikannya itu.

Rani mengangguk dan tertawa kencang. Masih saja neneknya itu tidak bisa menyebutkan namanya dengan benar.

"Iya, ini Maharani nek. Cucu nenek dari istri resmi Pak Jono. " Wanita itu menjerit senang dan memukul kepala cucunya dengan kencang. Neneknya itu memang bukan tipe lemah lembut atau wanita tua yang perasa.

"Aw nek! Masih aja suka mukul kepala. Kalau Maharani tambah lemot gimana?" Rajuknya dengan nada lembut sambil mengucutkan bibir.

"Buset beneran ini Matahari, cucunya Nek Yoyok. Kamu kok bisa berubah kayak artis gini sih nak? Nenek kangen loh!! Durhaka banget ganti nomor tanpa ngasih tau nomor yang baru. Kamu ini, udah tau diporotin doang sama suami tapi gak pernah minta bantuan. Nenek gak pernah bantuin kamu tuh karena pengen kamu bisa terbuka sama keluarga, bukan kalo ada apa-apa dipendem sendiri, suka pasrahan ....(bla ... bla...)..."omelnya tanpa henti.

Rani menarik napasnya cukup panjang. Baru saja sampai tapi sudah kena omelan. Memang nasib ketemunya sama orang-orang unik. Untung tadi dia sempat ke restoran, jadinya saat ini ia tak sedang menahan haus ataupun lapar.

"Maharani udah berubah kok. Buktinya Maharani sering curhat sama temen kerja Rani di kota."

"Yaudah, masuk yuk. Capek kan? Nenek tau kamu udah cerai dan beritanya juga tersebar luas. Sekarang jangan pikirin dulu hubungan. Seneng-seneng aja habisin duit atau cari kegiatan yang bermanfaat."

"Tumben." Sahut Rani keceplosan.

"Apanya yang tumben?"

Rani tersenyum dan memeluk neneknya. "Kangen Nenek hehe. Yuk masuk yuk. Rani bawa oleh-oleh banyak."

Nenek Yoyok memperhatikan sekitar. Dilihatnya Rani yang memainkan telpon hanya menggendong tas berukuran sedang. Dalam hati nenek cantik itu meringis karena menganggap cucunya sudah depresi  efek perceraian beberapa bulan yang lalu.

"Nanti orang kepercayaan pacar Maharani 10 menit lagi dateng bawain semua barangnya." Nenek Yoyok mengusap sedikit air mata yang keluar lalu menarik cucunya masuk. Sungguh nenek Yoyok sakit hati mendapati mental cucunya yang mulai tidak normal.

Setelah masuk Nenek Yoyok membawa Rani ke dapur untuk makan namun ditolak. Rani hanya meminum air putih saja.

"Nak, sidang perceraian kamu sudah selesai?"

"Sudah. Malah sejak 4 bulan yang lalu."

"Kok cepet banget?"

Rani tertawa geli melihat ekspresi sang nenek yang terkejutnya berlebihan. Tanpa beban akhirnya Rani sedikit bercerita. "Sebulan sebelum Mas Rizki ngadain resepsi untuk pernikahan keduanya, dia udah ngajuin perceraian ke pengadilan. Lalu mediasi yang diajukan kami tolak dan sidangnya hanya 3 kali dalam waktu yang berdekatan."

"Memangnya bisa?" Bisa jika memakai uang dan kekuasaan yang besar.

Rani tentu saja tidak akan mengungkapkan hal itu. Ia mencoba mencari alasan lain. Beruntung seseorang mengetuk pintunya. Dia adalah Peter, mata-mata yang waktu itu menolongnya saat berlibur di Bali. Beberapa orang tampang mengeluarkan barang yang cukup banyak dari mobil box pembawa barang.

"Nona, semua barang sudah sampai tanpa cacat ataupun kurang." Rani tersenyum dan berterima kasih. Setelahnya barang-barang berupa 5 koper dan 6 kardus besar dimasukan kedalam rumah. Beruntung rumah nenek Yoyok ini cukup luas, jadi tak terlalu membuat sempit ruangan.

Nenek Yoyok terdiam, ia mematung melihat semua barang yang dimasukan ke rumahnya. "I-ini apa?"

Rani menggaruk kepalanya lalu menjauhkan diri dari sang nenek. "Rani abis keliling 4 daerah. Ini semua belanjaan Rani dan oleh-oleh buat keluarga di sini.

"Kamu abis ngerampok?" Sontak Rani menggeleng.

"Ini semua dari calon suami eh pacar Rani kok Nek." Benar bukan jika semua barang itu dibeli dengan uang yang diberikan Andrew?

"Jadi kamu gak gila?"

"Ya ampun, Nenek doain aku? Aku beneran udah punya pacar kaya."

"Nenek kira Triani bohong."

"Hah, maksud nenek?"

Nenek Yoyok menatap Rani. "Sebenernya Triani kuliah di kota yang sama dengan kamu. Dia suka ngeliat dan cari tau tentang kamu tapi gak berani nyamperin karena masih malu. Erol mantan kamu itu putusin Triani pas kamu pindah ke kota lain. Erol gak mau ngakuin anak yang sempat dikandung adikmu sebelum akhirnya keguguran. 4 bulan lalu Triani bilang kamu berubah jadi cantik dan bekerja jadi pembantu. Gak sangka aja ternyata setelah cerai, yang kepincut sama kamu orang kaya."

Rani tentu terkejut. Jadi adiknya itu MBA dan selalu memata-matainya? Ia menjadi penasaran sampai sejauh apa. Mungkin kah Triani juga pernah menjadi selingkuhan Rizki?

"Maafin Maharani ya Nek. Aku bener-bener durhaka karena gak tau keadaan keluarga sendiri."

Nenek Yoyol tersenyum. "Gak papa, lagian kamu kemarin-kemarin sempet dimusuhin hampir semua keluarga karena masalah penjualan lahan." Yah, miris ... pada kenyataannya hanya Nenek Yoyok yang menyayangi Rani.

"Nenek bakal bantu kamu buat bisa baikan sama mereka kok kita selesaikan dari hati ke hati. Oh iya, pacar kamu namanya siapa?"

Rani tersenyum dan membuka semua barang yang ada dihadapannya. Ia mulai memisahkan barang pribadi dan oleh-oleh yang akan dibagikan pada keluarga besar serta para tetangga.

"Namanya Andrew. Nek koper ini Maharani sengaja siapin buat simpan oleh-oleh khusus buat nenek. Simpan dan terima semuanya ya."

Nenek Yoyok lagi-lagi terkejut untuk kesekian kalinya. "Yang betul nih Matahari?" Tanya nenek gaul itu memastikan.

Rani mengangguk dan menatap semua barang miliknya. "Om Peter bisa bantu Rani lagi? Tolong pisahkan semua barang itu ke kamar dengan cat pintunya berwarna ungu. Sembunyikan dengan baik."

"Nenek juga sebaiknya segera simpan. Rani udah bisa dengar banyaknya langkah kaki yang berjalan kesini."

Nenek Yoyok mengangguk. Ternyata banyak perubahan yang terjadi pada cucu pertamanya itu.

"Ouh ya, bicara soal calon suami. Kamu betulan punya? Jangan bilang dia suami orang lain?"

Rani tertawa kencang. "Ya bukan lah nek. Nanti Maharani kenalkan ya, kebetulan lusa dia pulang ke Indonesia."

"Dia TKI di mana nak? Kerjanya sebagai apa?" Rani tersenyum tipis. Ya memang, dengan keadaannya yang hidup di kampung dengan kesederhanaan dan fisiknya kemarin pasti membuat Neneknya tak pernah berpikir sang cucu akan mendapatkan bos besar yang memiliki banyak bisnis dan mungkin harta kekayaannya tak akan terkuras habis hanya dengan salah satu bisnisnya tak berjalan lancar.

"Dia bukan TKI Nek. Dia sebenernya bos Maharani, orang bule keturunan Inggris-Prancis yang kebetulan neneknya asal Indonesia. Dia bekerja jadi pebisnis. Beritanya dia lagi membangun bisnisnya biar lebih luas lagi. Jangan beritahu yang lainnya dulu tentang ini ke siapapun ya Nek."

"Hebat sekali ya. Semoga saja dia benar-benar orang yang tulus. Jujur Nenek sangat takut mendengar pekerjaan dan latar belakangnya. Kebanyakan bule itu kan kamu tau sendiri pergaulannya kaya apa."

Rani hanya tersenyum dan mengaminkan hal tersebut. Nek Yoyok menyeret koper beroda itu lalu menghilang dari pengelihatan Rani setelah membuka pintu berwarna putih.

"Rani juga gak tau nasib Rani bakal kayak apa Nek. Makanya Rani seneng-seneng dulu dan mau buat kesan indah buat Nenek sebelum akhirnya Rani menjalani episode yang baru dalam kehidupan aku ini."

Kamis 21 juli 2022

Obsession's Second Husband (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang