Part 18

10.8K 980 98
                                    

Haechan tidak tahu bagaimana bisa kini ia ada dalam kungkungan Johnny, mereka awalnya hanya berpelukan di atas sofa. Johnny berusaha menenangkan dirinya yang kalut memikirkan nasib Mark, tapi kini kancing bajunya dan Johnny sama-sama terbuka dan tidak terkancing.

Johnny pun tengah asyik membuat tanda disekitar bahu dan dan dada Haechan. Namun saat sedang asyik Johnny tiba-tiba menghentikan aksinya, "kau tadi membeli coklat bukan?" Tanya Johnny, dan Haechan hanya mengangguk seraya memandang Johnny heran.

"Taruh dimana?" Tanya Johnny.

"Masih di kantong plastik di dapur" jawab Haechan seraya menunjuk dapur. Johnny yang mendengar langsung berjalan kearah dapur, dan kembali dengan sekotak coklat ditangannya.

Haechan bangkit dari posisi tidurnya, "kau mau menghentikan ini ya hyung, kita makan coklat saja?" Tanya Haechan polos yang menimbulkan kekehan ringan dari Johnny.

Dengan pelan ia dorong Haechan kembali berbaring, dan memasukan coklat berbentuk bulat kedalam mulut Haechan. Haechan berniat menggigit coklat yang ada di dalam mulutnya sebelum Johnny sudah lebih dulu memagut bibirnya.

Johnny memasukkan lidahnya ke dalam mulut Haechan, memaksa Haechan untuk menelan cokelat tersebut. Johnny mendorong cokelat tersebut pada lidah Haechan, sehingga reflek Haechan mengoles cokelat dan lidah Johnny, lalu mengernyitkan dahinya, ia tidak biasa memakan coklaht dengan cara seperti ini. Pergulatan mereka pun terjadi. Johnny melilitkan lidahnya pada makanan tersebut—menjaga cokelat tetap di tempatnya, ketika Haechan mendorong benda tersebut, hendak mengeluarkan makanan itu. Tidak mau kalah, Johnny menepuk-nepuk cokelat tersebut, hingga makanan itu sedikit lumer.

"Ugh..," Haechan meringis disaat rasa manis itu terasa sedikit aneh. "Hyung… sudah!" perintah Haechan, pada Johnny yang terus memaksanya. Haechan bisa saja mendorong Johnny, tetapi ia tidak yakin dengan kekuatannya sendiri. Johnny tersenyum, ketika mendengar erangan menderita Haechan. Ia puas dengan kerjaannya sekarang.

"Hnnnn…. Ngggg….. hnnnn..," desah Haechan dikala Johnny menghisap lidahnya sangat kuat, seolah tidak peduli lagi rasa manis yang memualkan itu. "Hyung—hnnn… hyu—nggg..," Haechan mendorong Johnny, ketika nafasnya habis. Johnny melepas ciuman di antara mereka. Tatapannya menggelap, berubah drastis.

Johnny megenggam pipi Haechan, dengan kedua tangannya, menjilat tetesan air liur berwarna kecokelatan di dagu Haechan, dan memagutkan bibir mereka kembali. Haechan langsung memejamkan matanya erat, menikmati serangan Johnny. Perasaan rindu bercampur gairah membuat dirinya lupa daratan. Ia mengelus tengkuk Johnny, mengalungkan tangannya di leher Johnny sebelum kedua tangannya itu turun—menelusuri tubuh Johnny. Haechan mengelus pundak, lengan, dan dada Johnny, badan Johnny benar-benar sempurna otot-ototnya tercetak dengan jelas.

"Ohhh… sial! I… ini.. ahnnnn… hyuuunng… ahnnn.. bisa… ce…ahhhh…" Haechan meracau tidak karuan.

Haechan seakan-akan melayang, ketika miliknya keluar-masuk mulut Johnny. Ia memang pernah mendapatkan layanan seperti ini sebelumnya, tetapi ia belum pernah mendapatkan layanan cukup lama seperti ini, sehingga tubuhnya terasa sulit digerakkan, terlalu lemas. Haechan yang penasaran bagaimana caranya Johnny bisa membuat dirinya menggila membuka matanya. Ia menatap ke arah Johnny. Menatap wajah Johnny yang kini sedang memanjakan miliknya. Tangan Johnny bergerak cepat untuk membuka semua kain ditubuhnya.

"Akhhhh… Akhhhh… Akhhh.. hyuung… milikmu semakin keras…" desah Haechan, dengan mata terpejam erat. "Hyuuung…terus… please lebih cepat…" pinta Haechan.

Sudah beberapa menit lalu milik Johnny ada di dalam tubuhnya, berterima kasih pada Mark yang menyetubuhi dirinya tanpa henti kemarin, kini Johnny bahkan tidak perlu melakukan pemanasan pada bagian bawahnya. Dan harus Haechan akui jika Haechan menikmati permainan Johnny.

Is About Haechan Story II (AllxHaechan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang