T.D 2

25 0 0
                                    

“Harus sekali kau ikut denganku ya Kim Jeon?” gerutu Jeane pada Jeon yang sedang memegang kendali stir mobil di kursi sebelahnya.

“Harus!” jawab Jeon singkat, padat, dan jelas.

“Tapi kenapa? Aku ini sudah 20 tahun, mengapa bertemu dengan Kak Min Yoongi saja harus kau awasi?”

“Sebenarnya sih aku malas jika harus jadi obat nyamuk ketika kau bersama Kak Yoongi, tapi ini perintah Kakak Seokjin dan Kakak Taetae. Aku tak bisa menolak.”

Sebenarnya Jeon sendiripun khawatir jika membiarkan Jeane hanya pergi keluar berdua bersama Yoongi, tapi gengsinya terlalu besar untuk mengatakan.

Sedewasa apapun Jeane saat ini, ia tetap anak perempuan satu-satunya keluarga Kim, jadi orang tua dan ketiga kakak laki-lakinya itu tentu akan over protective padanya.

“Oh Tuhan.” Jeane menepuk keningnya dengan telapak tangan. “Aku sudah hampir dua tahun berpacaran dengan Kak Yoongi dan kalian masih belum percaya?”

Jeon menggelengkan kepalanya.

“Sabar Kim Jeane, sabar..” Jeane mengusap dadanya, hal ini benar-benar menguji kesabarannya.

Kim Jeon tetawa kecil melihat tingkah saudara kembarnya itu.

“Kau tak ingat pesan Ayah dan Ibu kah?”

Jeane mengernyitkan alis. “Pesan apa?”

“Dasar pelupa. Ayah dan Ibu kan pernah bilang, jangan pernah percaya seratus persen pada siapapun, kecuali Ayah, Ibu, Kakak Seokjin, Kakak Taetae, dan aku.”

“Lebih baik aku percaya pada Kookie kucingku, daripada aku harus percaya pada kau Kim Jeon,” sahut Jeane kesal.

Plak

Jeon menepuk kening Jeane dengan telapak tangannya, pelan tapi entah mengapa suaranya terdengar kencang.

“Aku serius!”

Aaaa

Jeane mengusap-usap keningnya. “Tapi tak perlu memukul juga, Kim Jeon!”

“Maaf, habisnya kau sulit sekali dinasihati. Tapi kali ini kau harus dengarkan aku.”

“Iya, maaf..”

“Kim Jeane  dengar ya. Kamu ini adik perempuan kami satu-satunya. Aku, Kakak Seokjin, dan Kakak Taetae punya tanggung jawab besar untuk menjagamu. Meskipun kita kembar bungsu, tetap kau perempuan dan aku laki-laki. Kau yang harus lebih mendapatkan perlindungan lebih.”

Jeane tersenyum menahan tawanya mendengar Jeon berbicara seserius itu.

“Kenapa senyum?”

“Ah tidak. Baru kali ini aku mendengarmu berbicara seserius ini.”

Jeon menghela napasnya. “Iya juga. Sebenarnya itu dialog yang tadi diberikan Kakak Taetae. Ada satu kalimat lagi, tapi aku lupa. Nanti kutanyakan dulu ya.”

“Ish, menyebalkan sekali manusia ini.” Jeane memukul-mukul tubuh Jeon yang sedang mengemudi. Jeon tertawa kencang.

“Sudah sudah Jeane, aku sedang menyetir.”

“Menyebalkan! Ku kira kau benar-benar mau menjagaku.” Jeane melengos.

“Memang tadi aku bilang bahwa aku tak serius ingin menjagamu? Sudah jangan ngambek.”

Jeane melirikkan matanya menuju Jeon. “Jadi?”

“Ya aku bersama Kakak Seokjin dan Kakak Taetae akan melindungi dan menjaga kau Kim Jeane.”

THE DAYWhere stories live. Discover now