T.D 29

20 0 0
                                    

Tok! Tok!

“Masuk..” sahut seorang pria berpundak lebar yang sedang asik membaca laporan keuangan bulanan kantor.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang office boy dengan sebuah tentengan di tangan kanannya.

“Permisi Pak Seokjin, ini pesanan Bapak.”

“Oh iya, taruh saja di meja. Terima kasih banyak ya, nanti bonusnya langsung saya masukkan ke dalam gaji kamu bulan ini ya.”

“Terima kasih banyak, Pak.” Setelah menaruh pesanan di meja sesuai perintah, Office boy membungkukkan kepala dan kembali meninggalkan ruangan.

Setelah memastikan sang OB sudah meninggalkan ruangannya, Seokjin menjatuhkan badan ke sandaran kursi kerjanya. Matanya melirik ke arah bungkusan yang ada di meja. Bungkusan itu merupakan makanan yang Seokjin pesan untuk kedua orang tuanya.

Tuan dan Nyonya Kim memang lebih memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan agar tidak terlalu larut dalam kesedihan atas musibah yang tejadi pada Jeane. Seokjin pun mendukungnya dan mengambil alih untuk mengurus ketiga adiknya.

Akan tetapi beberapa hari ini Seokjin mendapat laporan dari ajudan pribadi keduanya bahwa mereka bekerja semakin tidak mengenal waktu dan seringkali melewatkan jam makannya bahkan hingga hampir melupakan Taehyung dan Jeon karena sudah tidak pernah lagi datang ke apartemen anak-anaknya tersebut. Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, Seokjin memutuskan untuk mengambil tindakan.

Matanya kini beralih ke bingkai foto yang memajang foto keluarganya. Hatinya seketika teriris melihat enam orang yang ada di dalamnya masih nampak begitu bahagia, terutama Jeane. Seokjin sungguh merindukan senyuman Jeane yang entah bisa ia lihat lagi atau tidak.

Tanpa pikir panjang, Seokjin meninggalkan meja kerjanya, menyambar bungkusan makanan dan pergi menuju ruangan kedua orang tuanya.

Seokjin sampai tepat ketika Pak Kang Dong Ah—ajudan pribadi Kim Deon Ha dan Kim Han Ra keluar dari ruangan keduanya.

“Pak Kang, bagaimana Ayah dan Ibu?” tanya Seokjin.

“Itu Tuan Seokjin, saya menemani Tuan dan Nyonya bekerja sejak pagi-pagi sekali sampai siang seperti ini mereka belum keluar. Jadi saya masuk dan menawarkan ingin disiapkan makanan apa untuk makan siang tetapi Tuan dan Nyonya berkata tidak ingin makan. Saya sungguh khawatir, Tuan Seokjin..” balas Pak Kang yang nampak begitu gelisah.

Pak Kang Dong Ah tentu khawatir dengan keadaan Deon Ha dan Han Ra karena Pak Kang sudah bekerja dengan keluarga Kim lebih dari sepuluh tahun. Jadi Pak Kang sudah menganggap keluarga Kim seperti keluarganya sendiri, begitupun sebaliknya. Bahkan Pak Kang pun sudah mengenal baik tiga anak keluarga Kim yang dirahasiakan identitasnya.

Seokjin menghela napasnya. “Yasudah. Terima kasih, Pak Kang. Biar saya yang urus Ayah dan Ibu ya,” balasnya dengan senyum lalu bergegas masuk ke dalam ruangan kedua orang tuanya.

“Tuan..” panggil Pak Kang membuat Seokjin menghentikan tangannya yang belum sempat membuka pintu.

“Iya, Pak?”

“Bagaimana keadaan Nona Jeane?” tanya Pak Kang ragu-ragu.

Tangan Seokjin yang berada di gagang pintu kini beralih mengusap pundak Pak Kang dengan lembut. “Kemarin Jeon mengabari bahwa Jeane sudah jauh lebih membaik. Kita doakan sama-sama agar kondisinya kembali seperti sedia kala.”

Pak Kang nampak bernapas lega. Ia sudah mengenal Jeane sejak remaja dan Pak Kang juga tidak menyangka bahwa seorang gadis seceria Jeane bisa berakhir di rumah sakit jiwa. “Syukurlah. Semoga Nona Jeane segera pulih dan kembali ceria seperti dahulu.”

THE DAYWhere stories live. Discover now