T.D 27

23 0 0
                                    

Tepat pukul 8 malam, Jimin yang baru saja pulang setelah bertemu dengan Taehyung memasuki apartemen yang nampak sepi dan gelap dengan perlahan.

“Sepertinya Kak Yoongi belum pulang..” gumamnya melihat apartemen milik Yoongi itu benar-benar sepi bak tak berpenghuni.

Saat hendak menghidupkan lampu utama, Jimin melihat dari dua ventilasi kecil di atas pintu kamar Yoongi dengan jelas lampu kamar sang kakak ternyata sudah menyala.

Kak Yoongi sudah pulang? Atau tadi pagi ia terlalu terburu-buru hingga lupa mematikan lampu kamarnya?” monolognya di dalan hati.

“Kulihat sajalah..” Jimin melangkahkan kakinya ke kamar Yoongi hingga melupakan ruang utama yang lampunya belum ia hidupkan.

Dengan sangat berhati-hati agar tidak menimbulkan suara, Jimin membuka pintu kamar sang kakak. Saat pintu berhasil terbuka sedikit, mata Jimin dapat dengan jelas melihat sang kakak sedang terisak di meja kerjanya.

Hati Jimin teriris melihat apa yang kini ada di hadapannya. Tak lama Jimin kembali menutup rapat-rapat pintu kamar Yoongi perlahan. Di tengah kegelapan, Jimin bersandar di dinding tepat di samping pintu kamar Yoongi.

Ternyata aku belum sepenuhnya kembali mengenalmu, Kak. Sepertinya perpisahan 14 tahun kemarin membuatmu tidak mempercayaiku menjadi sandaran ketika kau lemah seperti ini,” batin Jimin, air matanya kembali mengalir untuk kedua kalinya hari ini.

Pelaku pemerkosaan yang belum diketahui identitasnya itu tidak hanya menghancurkan hidup Jeane, tapi seluruh anggota keluarga Kim, Jimin, dan tentunya Yoongi sang calon suami.

Semenjak kejadian Yoongi histeris dua minggu lalu, Jimin memang lebih sering melihat Yoongi terdiam di kamarnya. Bangun lebih siang dari biasanya, hanya sesekali Jimin melihat Yoongi berangkat menggunakan seragam praktik rumah sakit tempat Yoongi bekerja. Jimin terkadang pun bingung, bagaimana cara Yoongi menangani pasiennya sedangkan psikisnya saja sedang tidak baik-baik saja. Anehnya bahkan setiap sedang berada di hadapan Jimin, Yoongi selalu berusaha semuanya baik-baik saja.

Yoongi menghabiskan banyak waktunya di meja kerja, di depan sebuah laptop dan lembaran kertas. Jika Jimin tanya apa yang sedang dilakukan oleh Yoongi, Yoongi pasti menjawab sedang menulis lagu. Jimin tahu bahwa sang kakak saat ini juga seorang produser, tapi ia juga yakin ada penyebab lain di balik itu semua.

Jimin menggusak kasar kedua pipinya. “Aku harus melakukan sesuatu agar Kak Yoongi tidak terus menerus seperti ini.”

***

“Tae..” seseorang menepuk pundak Taehyung yang sedang duduk melamun. Taehyung sedikit terperanjat karena tepukan itu cukup membuatnya terkejut dan membuyarkan lamunannya.

“…Maaf membuatmu terlalu lama menunggu, tadi tiba-tiba ada kerjaan yang harus kukerjakan,” lanjut seseorang tersebut.

Taehyung tersenyum tipis. “Gwencana.

“Dimana Jeon?” tanya Jimin. Seseorang yang menepuk pundak Taehyung tadi adalah Jimin.

“Jeon sudah di dalam. Kajja…” ajak Taehyung.

Jimin tiba-tiba terdiam. Hari ini Jimin sudah memiliki janji dengan Taehyung dan Jeon untuk menjenguk Jeane, lebih tepatnya Jimin yang meminta Taehyung untuk bertemu dengan Jeane karena semenjak ia tahu apa yang terjadi pada Jeane, ia belum pernah menjenguknya. Yoongipun tidak pernah mau mengajak Jimin ketika sedang menjenguk Jeane.

THE DAYWhere stories live. Discover now